Aeris kembali mengusap punggung Alea agar perasaan gadis itu menjadi lebih tenang. "Apa Alea masih punya kesempatan kembali bersamanya, Kak?" Aeris menatap Alea dengan sendu. Alea tidak mungkin bisa kembali bersama dengan mantan kekasihnya karena mantan kekasihnya sudah menikah. Andai saja Alea tetap memaksakan keinginannya, maka nasib istri mantan kekasih Alea akan sama dengan nasib Aileen.Apa Alea ingin menjadi wanita jahat dengan menghancurkan rumah tangga orang lain?"Tidak ada ya, Kak?" Alea tersenyum getir karena Aeris hanya diam. Sepertinya dia memang sudah tidak mempunyai kesampatan lagi untuk bersatu dengan Leon. Namun, dia yakin sekali kalau Leon masih memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Apa salah kalau dia masih mengharapkan Leon sampai sekarang?Aeris menarik napas panjang. Otaknya sedang berpikir keras mencari jalan keluar atas masalah yang dialami Alea. Aeris sangat menyayangi Alea dan tidak ingin gadis itu terluka, akan tetapi di lain sisi dia tidak ingin A
"Tapi bagaimana kalau wanita itu tidak mau melepas mantan kekasihku, Kak?""Dia wanita egois jika menahan mantan kekasihmu untuk terus berada di sampingnya."Jantung Alea berdetak cepat karena rasa bahagia. Ucapan Aeris berusan seolah-olah memberi dorongan besar bagi dirinya untuk berjuang lebih keras lagi mendapatkan Leon. Alea bersumpah, dia tidak akan menyerah sampai Leon kembali ke dalam pelukannya."Terima kasih banyak, Kak. Aku akan berusaha keras mendapatkan dia lagi." Alea memeluk Aeris dengan erat. Padahal mereka baru saling kenal. Namun, entah kenapa Aeris berhasil membuat Alea merasa nyaman untuk menceritakan semua masalahnya."Sama-sama, Alea. Aku tidak suka melihatmu sakit, cepat sembuh, ya?" ucap Aeris sambil balas memeluk Alea."Ada apa ini? Kenapa kalian berpelukan?" Kai yang baru saja datang dari menebus obat di apotek tampak heran melihat Aeris dan Alea saling berperlukan."Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya lelaki berkulit tan itu bingung."Ini rahasia di antara per
Aeris pun memeriksa kantong celananya. Sepertinya ponselnya memang tertinggal di kamar Alea. Ah, dia memang ceroboh.Alea melirik ponsel Aeris yang kembali bergetar. Entah sudah berapa kali pemilik nama 'Hubby' itu menelepon Aeris. Kenapa suami Aeris terus menelepon? Apa ada hal penting yang ingin lelaki itu sampaikan? Ponsel Aeris akhirnya berhenti bergetar. Namun, tidak lama pemilik nama 'Hubby' itu kembali menelepon, mungkin ada hal penting yang ingin suami Aeris sampaikan. Alea pun akhirnya menerima panggilan tersebut."Kamu di mana, Sayang? Apa kamu lupa kalau kita sudah janji makan siang bersama?" cerocos suara di seberang saat Alea menempelkan ponsel Aeris ke telinganya.Alea terhenyak. Tanpa sadar dia mencengkeram selimut dengan erat hingga membuat buku-buku jari tangannya gemetar. Wajah Alea pias. Jantungnya berdentam hebat di dalam rongga dada. Napas Alea tersengal karena suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Melumpuhkan seluruh syaraf di dalam tubuhnya. Suara lela
Leon tampak begitu serius memperhatikan jalanan yang ada di hadapannya. Tumben sekali Leon sejak tadi diam karena dia biasanya banyak bicara dan suka menggoda Aeris hingga membuat pipi wanita itu bersemu merah. Namun, entah kenapa Leon mendadak banyak diam sekarang.Aeris pun heran melihatnya. Apa Leon sedang ada masalah lagi di kantor?"Kenapa kamu diam saja, Leon? Apa kamu sedang ada masalah?"Leon hanya melirik Aeris sekilas lalu kembali memperhatikan jalanan yang ada di depannya. "Kamu kenapa, sih?" Aeris kembali bertanya karena Leon mengabaikan pertanyaannya."Aku nggak kenapa-napa," sahut Leon datar. Apa Aeris tidak tahu kalau dia sedang cemburu?Leon tidak suka melihat Aeris dekat dengan Malikai—Si kedelai Hitam yang dirawat dan dibesarkan dengan sepenuh hati alias Kai.Aeris benar-benar tidak tahu kenapa Leon tiba-tiba mendadak mendiamkannya seperti ini. Apa dia sudah berbuat salah?"Kamu marah sama aku?""Tidak.""Kenapa kamu diam saja?"Leon mengembuskan napas panjang karen
Leon mendesah panjang, lantas mendorong kepala Aeris dengan jari telunjuknya. "Ish ...." Aeris berdecak kesal sambil merapikan poninya yang sedikit berantakan karena ulah Leon."Aku lagi mikirin nasibku. Kenapa sampai bisa mempunyai istri yang ajaib seperti kamu."Aeris malah terkekeh. Dia tidak merasa tersinggung sama sekali karena sudah terbiasa mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut Leon."Tapi kamu mencintai istri ajaibmu ini, kan?" Leon tersenyum lantas meraih tangan Aeris dan menautkan jemari mereka. "Iya, aku sangat mencintai istri ajaibku ini," ucapnya sambil mengecup jemari tangan Aeris dengan penuh sayang.Jantung Aeris mendadak menjadi tempat konser musik dengan ribuan artis yang sedang menyanyikan lagu-lagu cinta dari berbagai zaman dan bahasa. Aeris merasa sangat bahagia mendengar ucapan Leon barusan dan meminta lelaki itu agar mendekat."Kamu mau apa?" tanya Leon sambil menatap Aeris dengan takut-takut. Apa Aeris ingin mencubit pipinya karena salah membeli pe
Kris kembali menghela napas panjang. Kedua matanya terlihat sendu menatap foto Aeris yang ada di tangan. Kris sepenuhnya menyadari jika dirinya bukanlah sosok ayah yang baik.Sebagai seorang ayah dia seharusnya menjaga dan menyayangi Aeris. Tetapi apa yang dia lakukan? Dia malah sering berkata kasar, menampar, bahkan memukuli Aeris. Entah setan apa yang merasuki pikirannya waktu itu hingga tega menyiksa Aeris. Hidupnya sekarang terus dihantui oleh penyesalan dan rasa bersalah. Kekuasaan dan harta yang melimpah ternyata belum bisa membuatnya bahagia. Bertahun-tahun dia mencari Aeris karena ingin meminta maaf dan menebus semua kesalahannya pada anak perempuannya itu. Dia ingin membahagiakan Aeris di sisa hidupnya yang mungkin tidak akan lama.Aeris sekarang sudah dewasa dan menikah dengan pria yang tepat. Kris yakin sekali kalau Leon pasti bisa membuat Aeris bahagia."Papa lihat apa?"Kris sontak mengalihkan pandangannya dari foto Aeris. "Kamu sudah pulang, Kai. Bagaimana keadaan Alea?
"Mau ya, Sayang? Please ...."Aeris meninggalkan meja makan, lantas membawa piring dan gelas kotor ke tempat pencucian. Lagi-lagi Leon memaksanya untuk bertemu dengan Kris. Aeris belum siap. Bagaimana kalau Kris memukulinya lagi? "Mau, ya?" Leon kembali membujuk."Sekali tidak ya, tidak."Leon menghela napas panjang. Setiap hari Kris selalu memohon agar dia bisa mempertemukannya lagi dengan Aeris.Tetapi membujuk Aeris bukan pekerjaan mudah. Aeris selalu saja menolak permintaannya untuk bertemu dengan Kris."Aku kasihan sama papa, Sayang. Dia kelihatan sangat menyesal dan kangen banget sama kamu."Aeris meremas wastafel erat-erat. Papa? Sejak kapan Leon memanggil Kris dengan sebutan papa? Menggelikan!"Aku tidak mau," tandasnya.Leon mendesah panjang. "Ayolah, Sayang. Aku mohon. Bagaimana pun juga dia masih papa kamu."Dada Aeris terasa begitu sesak. Kenapa Leon terus saja memaksa? Apa Leon tidak tahu apa yang telah Kris lakukan padanya di masa lalu? Aeris terluka parah. Sampai sekar
Aeris memasukkan makanan buatannya ke dalam kotak makan karena dia ingin makan siang bersama Kris di taman yang berada di dekat rumah mereka yang lama. Hubungan Aeris dan Kris kini semakin membaik. Aeris sangat berterima kasih karena Leon sudah membantu memperbaiki hubungannya dengan sang ayah."Apa sudah siap semuanya?" tanya Leon sambil menyomot tahu goreng yang tersisa di piring."Sudah, apa papa nanti suka dengan masakanku?""Masakanmu sangat enak Sayang. Aku yakin sekali papa pasti suka."Aeris mengecup pipi Leon sekilas. "Terima kasih, aku pergi dulu, ya?""Iya, hati-hati. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya," pesan Leon sebelum Aeris pergi.Andai saja dia tidak ada meeting penting, dia pasti akan ikut makan siang bersama Aeris dan Kris.***Banyak hal yang berubah dari taman itu. Di samping ayunan itu dulu hanya ada jungkat-jungkit, tapi sekarang ada perosotan dan komedi putar mini. Aeris masih ingat saat kecil dia sering bermain di sana bersama Anne."Aeris, sini!" Seorang lela