"Baiklah, nanti kita pergi ke makam mamamu setelah makan."Aeris dan Kris pun pergi ke makam Aileen setelah makan. Kris tidak bisa menahan lagi air matanya ketika melihat makam Aileen. Kata maaf terus terucap dari bibirnya yang gemetar karena menahan sesak di dalam dadanya. Kris merasa sangat menyesal sudah meninggalkan Aileen dan Aeris.Andai saja dia tidak selingkuh.Andai saja dia tidak menceraikan Aileen.Andai dia ....Cukup! Kris tidak ingin berandai-andai lagi karena semuanya sudah terjadi. Lagi pula dia tidak mungkin bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya."Papa jangan menangis, mama pasti sedih kalau melihat Papa terus menangis." Aeris menggenggam jemari Kris dengan erat agar merasa lebih tenang.Kris mengusap punggung tangan Aeris yang sedang menggenggam tangannya dengan lembut. Kedua matanya menatap Aeris dengan lekat. Aeris adalah buah cintanya bersama Aileen. Dia bersumpah akan membahagiakan Aeris. Itu janjinya.***Untuk Hubby:[Sayang, Maaf. Hari ini
Alea kembali meneguk minuman yang ada di tangannya. Segelas Rose Wine. Minuman berwarna merah muda yang terbuat dari anggur merah dengan ekstraksi warna yang lebih singkat dari pada proses pembuatan Red Wine. Alea terlihat sangat kacau, pikirannya tidak tenang, dan sedikit cemas. Padahal Alea sudah minum aspirin, tapi obat itu ternyata tidak bisa membuat pikirannya tenang. Dia butuh alkohol."Satu lagi." Alea memesan lagi segelas Rose Wine-nya yang ketiga.Sang bartender pun segera membuat minuman yang Alea pesan.Lagi-lagi Alea menghabiskan minuman itu dalam satu kali tenggak. Rasa panas sontak menjalar di tenggorokannya. Malam ini Alea ingin melupakan sejenak masalahnya.Mama yang selama ini dia banggakan.Mama yang selama ini dia elu-elukan.Mama yang selama ini dia hormati ternyata telah menghancurkan hidup orang lain.Di mata Alea, Azura sosok ibu yang begitu sempurna, merawatnya dengan penuh kasih sayang sejak dia masih kecil. Namun, siapa yang akan menyangka Azura telah menghanc
"APA?!" Anne tidak jadi memasukkan kentang goreng ke mulutnya setelah mendengar cerita Aeris. Sahabatnya itu baru saja memberi tahu jika Alea ternyata adik tirinya. Anak dari wanita yang telah menghancurkan pernikahan Aileen dan Kris."Wow, berita yang sangat mengejutkan. Pantas saja wajah kalian sangat mirip dan sama-sama alergi sirup kelapa, golongan darah kalian pun juga sama, ternyata kalian bersaudara," komentar Sean setelah mendengar cerita Aeris."Yups, awalnya aku juga kaget, tapi bukankah sangat menyenangkan memiliki adik perempuan yang cantik dan hebat bermain piano seperti Alea?"Anne malah tersenyum sinis. "Menyenangkan dari mananya, Aeris? Apa kamu tidak sakit hati? Alea itu anak dari wanita jalang yang telah menghancurkan pernikahan kedua orang tuamu. Selama ini Alea selalu mendapat kasih sayang penuh dari papamu. Tapi apa yang kamu dapatkan? Apa, hah?" Anne masih ingat dengan jelas betapa menderitanya Aeris ketika masih kecil. Anne tidak terima Alea hidup bahagia sement
"Sejak kapan? Sejak kamu kuliah di Korea Selatan? Sejak kamu memiliki perusahaan? Atau sejak menikah? Atau mungkin—" Aeris sontak berhenti bicara karena Leon mengecup bibirnya singkat."Aku belum selesai bicara, diam dan dengarkan aku dulu, okay?"Aeris mengangguk. "Tapi kamu tidak perlu menciumku," ucapnya malu-malu.Kedua pipi Aeris tampak memerah, seperti kepiting rebus. Leon pasti sudah menggigit pipi Aeris jika dia seorang kanibal karena istrinya itu terlihat sangat menggemaskan."Aku terakhir kali bermain piano mungkin sejak tiga tahun yang lalu."Aeris membuka mulut karena ingin bertanya. Namun, dia langsung menutup mulutnya rapat-rapat karena mendapat lirikan tajam dari Leon."Sejak aku dan mantan kekasihku yang dulu putus.""Hah?" Aeris refleks membekap mulutnya dengan kedua telapak tangan karena takut Leon akan marah jika mendengar suaranya. "Piano memiliki banyak sekali kenangan tentang kami. Tapi sejak kami putus, aku tidak pernah lagi bermain piano karena selalu teringat
Ruangan yang bisa menampung seribu penonton lebih itu tampak dipadati pengunjung. Sejak tadi beberapa seniman lokal yang berasal dari mahasiswa dan murid sekolah musik bergantian membawakan lagu yang diiringi dengan piano. Aeris, Leon, Brian, Anne, dan Sean duduk di kursi paling depan agar bisa melihat penampilan Alea dengan jelas."Leon, aku deg-degan. Bagaimana jika adikku melakukan kesalahan?""Katanya adikmu pemain piano yang hebat, dia pasti tidak akan melakukan kesalahan.""Penampilan selanjutnya adalah … saya kira semua penonton di sini pasti sudah tahu dia siapa. Beri tepuk tangan paling meriah untuk—" MC terdengar menahan suaranya sebelum menyebut nama, "Alea!"Sambutan yang didapat sangat meriah, seolah-olah mampu menggetarkan ruangan tersebut. Tepuk tangan dan wajah antusias langsung terlihat di mana-mana. Namun, tidak dengan Leon. Wajahnya pias dengan jantung yang berdetak hebat. Leon terenyak di kursinya."Itu adik tiri aku, Sayang. Dia cantik, kan?"Leon tidak menyahut.
Apa pun yang terjadi aku akan tetap di sampingmu, karena hatiku telah memilihmu'-Chandra Yasodana Leon-Suasana terasa sangat menegangkan. Alea melayangkan tatapan marah, kecewa, dan sakit pada lelaki yang terus menggenggam jemari Aeris. Sementara Leon terlihat lebih tenang, tatapan kedua matanya begitu meneduhkan, tapi dalam di saat yang sama, seperti jelaga.Genggaman Leon terasa begitu hangat, tapi hal itu tidak bisa membuat perasaan Aeris tenang. Syaraf-syaraf di otak Aeris mendadak bekerja dengan sangat cepat, menghubungkan cerita demi cerita yang dia dengar dari Alea dan Leon. Aeris sangat membenci hal itu.Cinta pertama.Mantan kekasih saat SMA.Gagal move on.Dan ….Anak.Entah dia yang terlalu bodoh atau otaknya memang bekerja terlalu lambat. Kenapa dia baru menyadari kalau cerita Alea dan Leon saling berkaitan? Ya Tuhan, kenapa!Rasanya Aeris ingin sekali menangis, tapi air matanya seolah-olah mengering. Kenyataan jika Alea adalah mantan kekasih Leon membuatnya sangat terpu
"Apa kamu tahu, Leon? Nenek dan mamamu selama ini menentang keras hubungan kita, alasannya karena ibuku telah merebut suami dari sahabat baik nenekmu, dan aku baru tahu jika sahabat baik nenekmu itu ternyata ibu kandung Kak Aeris, kakak tiriku sendiri. Mama dan nenekmu selalu menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu, padahal saat itu aku sedang mengandung anak kita. Aku terus berusaha meyakinkan mereka jika aku berbeda dengan ibu, tapi mereka terus saja menghinaku anak jalang, wanita murahan, perebut suami orang. Aku tidak tahan mendengar makian mereka. Rasanya sangat menyakitkan, Leon. Apa salah jika aku terlahir dari rahim wanita jalang?"Aeris dan Leon tertegun mendengar cerita Alea barusan. Leon benar-benar tidak menyangka Hana dan Aerin tega berkata kasar pada Alea. Leon pikir, Alea pergi karena tidak mencintainya lagi, tapi dugannya salah. Ternyata Alea pergi meninggalkannya karena Hana dan Aerin.Alea menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang mengimpit dada sebelum kem
"Kamu dari mana saja, Alea? Kenapa baru pulang sekarang? Aku dengar konsermu sudah selesai jam delapan tadi."Pertanyaan yang keluar dari mulut Kai menyambut Alea saat menginjakkan kaki di rumah. Gadis itu malah berjalan begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari kakaknya."Aku sudah mengurus paspor dan berkas kepindahanmu ke Amsterdam. Besok lusa kita berangkat."Alea sontak berhenti melangkah. Sepasang mata bulat miliknya menatap Kai dengan sinis. Apa selama ini Kai tahu suami Aeris adalah Leon?"Kak Kai terlalu naif.""Ma-maksudmu apa bicara seperti itu, Alea?" Kai sangat terkejut mendengar ucapan Alea barusan.Alea malah menyeringai. "Kak Kai pasti sudah tahu kalau suami kak Aeris itu Leon, kan? Apa ini yang membuat Kak Kai menyuruh Alea meninggalkan Indonesia?"Kai tersentak, rahangnya pun mengatup rapat. Apa Alea sudah tahu jika Leon adalah suami Aeris?"Alea sudah tahu semuanya. Kenapa Kak Kai masih bisa bersikap biasa saja padahal hati Kakak hancur melihat kak Aeris bersama Le