Share

002

Xabier turun dari mobil mewahnya, masuk ke dalam studio. Hari ini ia ada jadwal pemotretan untuk iklan merek parfum pria terkenal.

Tubuh pria itu padat berisi, ia kerap menyambangi pusat latihan kebugaran untuk membentuk ototnya. Ditambah cambang halus di sekitar dagunya, menguatkan ketampanannya.

Xabier telah bersiap, kini tengah memeriksa parfum yang didominasi aroma lemon, jeruk, sedikit apel.

"Xabi, kita mulai sepuluh menit lagi," ujar fotografernya.

Xabier mengangguk lalu mengendusi aroma wangi yang keluar dari botol parfum itu. Ia sangat menyukai aroma yang menguar dari wadahnya.

Waktu yang ditentukan tiba, Xabier melakukan pose terbaiknya.

"Aroma parfum ini menenangkan, aku suka. Untuk perusahaan mana ini?" tanya Xabier pada fotografernya, Guidom, setelah sesi pemotretan selesai.

"Kebiasaan, tidak baca kontrak kerja," ujar Guidom, sahabatnya sejak zaman kuliah.

"Sebut saja, Guidom. Jangan bertele-tele," tuntut Xabier. Tidak membaca kontrak kerja adalah kebiasaannya. Namun, tidak demikian bila kontrak berkenaan dengan usaha kuliner yang serius digarapnya.

"Djadikusumo Grup," sahut Guidom sembari merapikan perlengkapan memotretnya.

"Apa? Serafina," tegasnya, memastikan tidak salah mendengar informasi dari Guidom.

"Ya, siapa lagi? Perempuan yang terobsesi padamu sejak dulu. Tidak baca merek parfumnya?" kekeh Guidom.

Xabier mengangkat sebotol parfum dan mengejanya, "Xabiero Eau De Toilette." Xabier berdecak, ia menaruh parfum dengan sedikit keras ke atas meja kaca.

"Pantas saja aroma ini aku suka," decak Xabier. "Kenapa tidak membacanya sebelum menerima kontrak ini?" Xabier mengumpat dengan suara kecil.

"Kebiasaanmu itu diketahui Serafina, salahmu sendiri tidak menggunakan jasa manajer artis," cetus Guidom seraya meninggalkan Xabier seorang sendiri.

Pria itu mendengkus, sayangnya kontrak kerja telah ia tanda tangani. Dirinya harus menuntaskan pekerjaan untuk pemotretan parfum baru milik Serafina.

Bila tidak, resiko hukum harus ditanggungnya. Xabier tidak mau itu terjadi. Kembali ia mengumpati keteledorannya.

"Xabi...," sapa seseorang dengan alunan lembut.

Pria itu menoleh. Perempuan yang ada dalam pikirannya tadi telah berdiri di belakang tubuhnya entah sejak kapan.

"Hai, Sera," balas Xabier datar.

"Bagaimana sesi pemotretan kamu hari ini?" tanya Serafina sambil berjalan mendekat.

"Biasa," jawab Xabier jujur. Dia agak kurang nyaman karena tubuh Serafina begitu dekat dengannya.

"Aku tidak tahu kamu pemilik parfum ini," lanjutnya sembari menunjukkan sebotol parfum. Ia mundur dua langkah memberi jarak aman.

Serafina terkekeh. "Seharusnya kamu sudah tahu dari merek parfumnya," sambut Serafina seraya tersenyum manis.

"Sampai sebegitunya menggunakan namaku?" tuntut Xabier meminta penjelasan.

"Kamu tahu aku dan perasaanku padamu, Xabi. Sejak lama. Biarkanlah aku hidup dalam bayangmu bila tidak memilikimu," timpal Serafina penuh harap.

"Kamu hanya menyakiti dirimu sendiri. Jangan lupa, aku sudah menikah," ingatnya.

Serafina menegang, sejurus kemudian ia mampu mengatur iras wajahnya. "Tidak Xabi. Aku tahu kamu terpaksa menikahinya," kekeh perempuan cantik itu.

Xabier berdecak, ia memberi ekspresi tidak peduli. "Terserah kamu. Pemotretan telah selesai, aku harus pergi," pamit Xabier berlalu dari hadapan Serafina.

Serafina bergerak cepat menghalangi langkah Xabier. "Xabi, apakah kita tidak bisa kembali seperti dulu lagi?" tanya Serafina memandang penuh harap manik Xabier.

Xabier balas menatap, "Apa yang kamu harapkan dariku, setelah kamu memilih meninggalkanku? Apa kamu lupa di saat aku terpuruk karena perceraian orang tuaku, kamu memilih pria lain sebagai kekasihmu?"

"Xabi... aku mohon maaf." Perempuan itu menundukkan pandangannya. "Aku masih sangat muda waktu itu, labil dan hanya ingin kesenangan.Tapi aku menyesal dan bertahun-tahun aku berusaha kembali padamu," papar Serafina, mengangkat kembali wajahnya.

"Menyesal? Benarkah?" Xabier mendalami arti tatapan Serafina. "Bukan berbalut bisnis?" tanyanya blak-blakan.

"Xabi... aku tidak seperti itu," timpal Serafina.

Xabier melihat jam tangan, ini waktunya untuk meninggalkan lokasi. Perbincangan basa-basi ini menghabiskan waktunya yang berharga.

"Serafina, jangan mengharapkan apapun dariku. Kamu hanya akan mendulang rasa sakit hati," tegasnya. "Aku harus pergi." Belum lagi Serafina menjawab, Xabier telah melewati tubuhnya untuk keluar dari ruangan itu.

Setelah dari lokasi pemotretan Xabier menuju restoran pusat miliknya. Ia membuka lima cabang baik di dalam maupun luar kota dengan nama Restoran Pohon Rindang.

Beberapa waktu berada dalam ruang kerjanya, seorang perempuan yang diangkat sebagai sekretaris mengetuk pintu.

"Masuk," perintah Xabier.

"Selamat siang, Pak," sapanya. "saya ingin menyampaikan revisi laporan keuangan restoran yang telah dipresentasikan tempo hari," ujar Domarita, sekretaris Xabier.

"Ya, taruh saja," ucap Xabier tanpa melihat Domarita sebab ia tengah fokus pada laptopnya untuk mengecek email masuk dari perusahaan Djadikusumo Grup. Xabier memeriksa kembali kontrak kerja yang ditawarkan oleh perusahaan milik Serafina itu, sementara Domarita meninggalkan ruangan.

Setelahnya, Xabier memeriksa laporan keuangan restoran. Tercatat dengan rapi detail keuntungan di setiap cabang, hingga total keseluruhan cabang. Setiap bulan keuntungan yang diperoleh terus meningkat.

Pria itu senang dengan kerja karyawan di restorannya. Tidak sungkan ia memberi bonus untuk karyawan yang berprestasi, mulai dari bagian administrasi, back of house, dan juga front of house.

Tiba-tiba ia teringat akan peristiwa dua bulan lalu, pertemuan pengusaha kuliner nusantara, Batari yang sekarang menjadi istrinya terpilih sebagai karyawan terbaik dari restoran miliknya.

Ia masih menyelidiki siapa orang yang dengan tega memasukkan obat tertentu ke dalam minumannya sehingga gairahnya meningkat tajam. Xabier ingat dia memanggil Batari dan Arjuna Bagaspati ke dalam kamar hotel untuk menyerahkan bonus tambahan bagi mereka sebagai karyawan terbaik.

Kedatangan Batari sendirian tanpa Arjuna mengganggu kerja otaknya yang telah diliputi hasrat tak mereda. Ia memaksa Batari.

Karena itulah, dirinya menikahi Batari sebagai bentuk tanggung jawab. Xabier juga tidak ingin Batari merusak citra baik yang telah diraih susah payah, seandainya ia dilaporkan pada pihak berwajib melalui kasus kekerasan seksual.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
dinikahin tp ditelantarkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status