Share

019

Wisang tidak memaksa Batari untuk mengatakan alasan mengapa begitu cepat perempuan itu mengubah haluan hatinya. Ia menyeruput kopi panas yang dipesannya secara perlahan.

Rasa pahit melewati lidah dan menjalar ke kerongkongannya. Ya, dia memesan kopi pahit, tetapi rasanya tidak seberapa dibandingkan kenyataan bahwa kekasihnya telah menjadi milik orang lain.

Suara dengkusan keras terdengar di telinga Batari. Perempuan itu masih menunduk, ia merasa bersalah. Namun, hal lain yang lebih dominan adalah perasaannya yang belum pupus untuk pria desa itu. Ia takut, bila mengangkat kepala lalu menatap bola mata Wisang, pertahanannya akan runtuh kemudian menceritakan yang sebenarnya.

"Tari...," panggil Wisang. Pria itu memajukan tubuhnya mendekati meja. Ia berbisik, "Bila kamu disia-siakan oleh pria itu... Mas siap menerima kamu kembali."

Wisang berdiri lalu melangkah keluar kedai minuman. Ia meninggalkan Batari seorang diri. Batari mengangkat kepalanya perla
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status