Tubuh Batari ditangkap cepat oleh Xabier, perempuan itu lunglai ke lantai dengan wajah pucat."Tari...," panggil Xabier berkali-kali sambil menepuk-nepuk pipinya pelan.Batari tidak sadarkan diri. Dengan kesusahan, Xabier memgambil ponselnya lalu melakukan panggilan pada Domarita."Domarita, kamu dan Arjuna ke mari segera!," perintahnya.Saat masuk ke ruangan Xabier, Domarita dan Arjuna terkejut mendapati Batari tengah dibopong oleh Xabier."Arjuna, kendarai mobil saya ke rumah sakit. Domarita, buka jalan saya menuju mobil," perintah Xabier pada pekerjanya.Arjuna dan Domarita gegas melaksanakan tugasnya. Arjuna melesat mengambil kunci mobil di meja kerja Xabier lalu keluar menyiapkan mobil.Domarita membuka pintu dan meminta diberi jalan pada pengunjung untuk tiba di mobil. Ia disuruh untuk ikut ke rumah sakit. Dengan kecepatan sedang, Arjuna berhasil membawa bos dan istrinya ke tempat yang dituju.Setelah malalui pemeriksaan di instalasi gawat darurat, Batari dianjurkan untuk rawat
Xabier tidak meninggalkan rumah sakit hingga sore kunjungan dokter tiba. Ia keluar hanya untuk ke kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya."Selamat sore Bapak, Ibu," sapa seorang dokter didampingi beberapa perawat. "Tekanan darah ibu Batari rendah, ibu mengalami dehidrasi. Ini hal yang sebenarnya wajar terjadi pada ibu hamil. Namun, jangan sampai keterusan karena berdampak pada bayi di dalam kandungan," jelasnya. "Kebutuhan cairan ibu hamil yang direkomendasikan itu berkisar 8 hingga 12 gelas tiap harinya. Sebab ibu berbagi dengan janin. Jangan sampai terjadi masalah pada perkembangan janin. Saya harap ini bisa menjadi perhatian Bapak dan Ibu," nasihat dokter kandungan menatap Batari dan Xabier bergantian."Hal lain, harap dijaga suasana pikiran dan hati Ibu, jangan sampai terlalu stres dan lelah," sambung dokter.Xabier mengangguk mendengar apa yang disampaikan oleh dokter kandungan. Ia juga senang sebab bila keadaan membaik, Batari besok diperkenankan keluar dari rumah sakit.Dok
Pagi tadi asisten rumah tangga di rumah klasik mengantarkan beberapa pakaian Batari ke rumah sakit. Darinya Batari juga tahu bahwa pakaian serta barang lain miliknya telah diantar ke hunian barunya yang berlokasi di tengah kota.Xabier tadi pagi tidak menemani Batari, pria itu ada jadwal pemotretan. Sedari subuh pria itu telah meninggalkan rumah sakit."Hidupku mengapa menjadi seperti ini?" keluh Batari sembari menikmati cemilan sehatnya. Ia mengusap perutnya yang mulai sedikit membesar."Maafkan Ibu ya, Nak. Kadang Ibu masih egois memutuskan sesuatu. Ibu janji untuk menjaga dan mempertahankan kamu, walaupun Bapak kamu ...." Ucapan Batari tersendat. Ia tidak mampu melanjutkan perkataannya.Ia tahu bagaimana rasanya tidak mendapat kasih sayang kedua orang tua. Sekalipun demikian, ia masih memiliki bude yang baik, bersedia merawatnya hingga dewasa.Batari mengulas senyum. Ia akan berjuang untuk memilih jalan bahagia bagi diri dan anaknya dalam pernikahan yang tidak jelas arah tujuan.Se
Xabier dan Batari tiba di sebuah rumah di tengah kota Surabaya. Desain klasik juga mendominasi rumah milik Xabier itu. Batari menyadari bahwa suaminya itu menyukai corak tradisional Indonesia.Ornamen geometris di dinding rumah membentuk suasana tenang dan damai, agak berkebalikan dengan apa yang dialaminya bila berkomunikasi dengan Xabier. Beberapa lukisan yang dipajang di dinding juga menampakkan kalau Xabier sangat menyenangi aroma pedesaan yang tradisional. Pantas saja Pak Xabier tidak begitu canggung dibawa ke desa, pikir Batari sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tinggal di sini, jangan ambil kamar belakang. Itu khusus untuk asisten rumah tangga," ujar Xabier, ia menaruh 2 tas Batari tepat di depan pintu sebuah kamar."Bapak tidak tinggal di sini, 'kan?" tanya Batari menoleh ke arah suaminya. Ia berharap Xabier mengiyakan pertanyaannya."Terserah padaku, kamu tidak perlu mengatur aku tinggal di mana," sahut Xabier melempar ekspresi sewot. "Istirahatlah, nanti malam s
Xabier dan Batari tiba di sebuah hotel berbintang milik keluarga Djadikusumo. Mereka diarahkan menuju restoran tempat pertemuan malam ini.Melihat kemewahan sekitarnya, Batari melirik pakaiannya yang apa adanyam mendadak, rasa rendah diri menyerangnya. Ingin sekali rasanya ia membalik tubuh lalu kembali ke rumah. Ini bukan tempatnya. Xabier begitu tampan dan berkelas dengan pakaian semi jasnya. Perasaan tidak pantas merusak suasana hatinya. Perlahan Batari memelankan langkahnya, Xabier beberapa langkah semakin jauh darinya.Batari benar-benar memutar tubuhnya, ia lebih baik pulang saja dan meninggalkan Xabier sendiri. Apa keperluan Xabier, biarlah bosnya itu sendiri yang menghadapi. Untuk perjanjian tertulis mereka, bisa kapan-kapan saja dibahas."Pak, minta tolong carikan saya taksi," pinta Batari kepada pegawai hotel begitu sampai di pintu besar keluar masuk pengunjung."Baik Ibu, saya akan menghubungi taksi terlebih dahulu. Mohon menunggu," respon pegawai hotel dengan ramah.Batari
"Bagaimana bisnis antara kalian berdua?" tanya Andalaska. Sesi makan utama telah usai, saat ini mereka menikmati hidangan penutup."Lancar Tante, Xabier ini model berbakat dan bertanggungjawab. Pernah sekali jadwal Xabier berhalangan, dirinya mengganti ke hari lain," ungkap Serafina membanggakan Xabier."Ya, bekerja seharusnya begitu. Profesional. Jangan memanfaatkan celah untuk kepentingan diri sendiri," ucap Yessi, tetapi pandangan sinisnya jatuh pada Batari. Perempuan berbadan dua itu bisa memaknai sorotan Yessi pada dirinya. Tidah habis-habisnya ia disindir oleh Yessi. Apa yang membuat Yessi tidak menyukainya di pertemuan pertama menjadi pertanyaan besar Batari."Ya, Jeng. Itu benar," sahut Andalaska cepat."Oh ya Batari, kebetulan kamu di sini. Perlu kamu ketahui, Serafina ini rekan kerja sekaligus mantan dan seharusnya bisa menjadi kekasih Xabier, hingga kamu datang merusak segalanya," beber Andalaska terus terang terlihat mencemooh Batari. Xabier berdehem lalu berucap, "Mama..
Sepanjang perjalanan pulang Xabier menahan rasa panas hatinya. Ia tidak ingin saja terjadi kecelakaan saat menyemburkan perkataan pedas pada perempuan yang duduk diam di bangku penumpang belakang.Batari berdiam diri tidak berbicara sepatah kata pun. Rekaman perkataan ibu Xabier dan ibu Serafina bergantian bermunculan di otaknya.Berkecamuk perasaan marah, takut, dan sedih secara bersamaan dalam batinnya. Pandangannya kosong menembus jendela mobil sedan mewah Xabier.Kendaraan memasuki rumah Xabier, pria itu telah mempekerjakan pengurus rumah yakni suami dan istri. Untuk beberapa waktu pengurus bagian depan yang aktif bekerja."Selamat malam, Pak Xabier," sapa pria paruh baya yang membuka pintu gerbang."Malam, Pak Jaka. Gerbang tolong ditutup ya, Pak. Saya menginap di sini," titahnya pada Jaka.Batari turun begitu saja dari mobil, setelah parkir. Ia berjalan cepat menuju rumah lalu ke kamarnya. Xabier sempat menutup pintu rumah, ia gegas berlari mendapati Batari. Pria itu berdiri di
"Psikolog? Untuk apa ke sana, Pak?" tanya Batari ingin tahu. Dia maju beberapa langkah mendekati Xabier, tetapi masih dengan jarak aman.Xabier tidak menjawab, ia sibuk mengunyah sarapannya yang hampir habis. Pria itu meneguk air mineral hingga tandas.Rasa penasaran yang tinggi membuat Batari tetap bertahan di tempat menanti jawaban dari Xabier."Biar rasa takut kamu padaku bisa berangsur hilang, trauma paska kejadian di hotel juga bisa disembuhkan," ucap Xabier dari tempat duduknya, ia menoleh pada Batari.Mata perempuan desa itu mengerjap, ingatannya kembali pada peristiwa kelam silam. Sebelum gemuruh mengobrak-abrik perasaannya, Batari dengan cepat mengendalikan diri."Saya tidak takut pada Bapak," ucapnya berani, dagunya terangkat dengan dada lebih membusung. Ia menatap Xabier dengan rasa bercampur aduk.Xabier mengunci pandangannya pada Batari yang seolah-olah menantangnya. Pria itu berdiri lalu berjalan perlahan mendekati Batari.Langkah mundur Batari membuat Xabier tidak yakin