Pagi tadi asisten rumah tangga di rumah klasik mengantarkan beberapa pakaian Batari ke rumah sakit. Darinya Batari juga tahu bahwa pakaian serta barang lain miliknya telah diantar ke hunian barunya yang berlokasi di tengah kota.Xabier tadi pagi tidak menemani Batari, pria itu ada jadwal pemotretan. Sedari subuh pria itu telah meninggalkan rumah sakit."Hidupku mengapa menjadi seperti ini?" keluh Batari sembari menikmati cemilan sehatnya. Ia mengusap perutnya yang mulai sedikit membesar."Maafkan Ibu ya, Nak. Kadang Ibu masih egois memutuskan sesuatu. Ibu janji untuk menjaga dan mempertahankan kamu, walaupun Bapak kamu ...." Ucapan Batari tersendat. Ia tidak mampu melanjutkan perkataannya.Ia tahu bagaimana rasanya tidak mendapat kasih sayang kedua orang tua. Sekalipun demikian, ia masih memiliki bude yang baik, bersedia merawatnya hingga dewasa.Batari mengulas senyum. Ia akan berjuang untuk memilih jalan bahagia bagi diri dan anaknya dalam pernikahan yang tidak jelas arah tujuan.Se
Xabier dan Batari tiba di sebuah rumah di tengah kota Surabaya. Desain klasik juga mendominasi rumah milik Xabier itu. Batari menyadari bahwa suaminya itu menyukai corak tradisional Indonesia.Ornamen geometris di dinding rumah membentuk suasana tenang dan damai, agak berkebalikan dengan apa yang dialaminya bila berkomunikasi dengan Xabier. Beberapa lukisan yang dipajang di dinding juga menampakkan kalau Xabier sangat menyenangi aroma pedesaan yang tradisional. Pantas saja Pak Xabier tidak begitu canggung dibawa ke desa, pikir Batari sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kamu tinggal di sini, jangan ambil kamar belakang. Itu khusus untuk asisten rumah tangga," ujar Xabier, ia menaruh 2 tas Batari tepat di depan pintu sebuah kamar."Bapak tidak tinggal di sini, 'kan?" tanya Batari menoleh ke arah suaminya. Ia berharap Xabier mengiyakan pertanyaannya."Terserah padaku, kamu tidak perlu mengatur aku tinggal di mana," sahut Xabier melempar ekspresi sewot. "Istirahatlah, nanti malam s
Xabier dan Batari tiba di sebuah hotel berbintang milik keluarga Djadikusumo. Mereka diarahkan menuju restoran tempat pertemuan malam ini.Melihat kemewahan sekitarnya, Batari melirik pakaiannya yang apa adanyam mendadak, rasa rendah diri menyerangnya. Ingin sekali rasanya ia membalik tubuh lalu kembali ke rumah. Ini bukan tempatnya. Xabier begitu tampan dan berkelas dengan pakaian semi jasnya. Perasaan tidak pantas merusak suasana hatinya. Perlahan Batari memelankan langkahnya, Xabier beberapa langkah semakin jauh darinya.Batari benar-benar memutar tubuhnya, ia lebih baik pulang saja dan meninggalkan Xabier sendiri. Apa keperluan Xabier, biarlah bosnya itu sendiri yang menghadapi. Untuk perjanjian tertulis mereka, bisa kapan-kapan saja dibahas."Pak, minta tolong carikan saya taksi," pinta Batari kepada pegawai hotel begitu sampai di pintu besar keluar masuk pengunjung."Baik Ibu, saya akan menghubungi taksi terlebih dahulu. Mohon menunggu," respon pegawai hotel dengan ramah.Batari
"Bagaimana bisnis antara kalian berdua?" tanya Andalaska. Sesi makan utama telah usai, saat ini mereka menikmati hidangan penutup."Lancar Tante, Xabier ini model berbakat dan bertanggungjawab. Pernah sekali jadwal Xabier berhalangan, dirinya mengganti ke hari lain," ungkap Serafina membanggakan Xabier."Ya, bekerja seharusnya begitu. Profesional. Jangan memanfaatkan celah untuk kepentingan diri sendiri," ucap Yessi, tetapi pandangan sinisnya jatuh pada Batari. Perempuan berbadan dua itu bisa memaknai sorotan Yessi pada dirinya. Tidah habis-habisnya ia disindir oleh Yessi. Apa yang membuat Yessi tidak menyukainya di pertemuan pertama menjadi pertanyaan besar Batari."Ya, Jeng. Itu benar," sahut Andalaska cepat."Oh ya Batari, kebetulan kamu di sini. Perlu kamu ketahui, Serafina ini rekan kerja sekaligus mantan dan seharusnya bisa menjadi kekasih Xabier, hingga kamu datang merusak segalanya," beber Andalaska terus terang terlihat mencemooh Batari. Xabier berdehem lalu berucap, "Mama..
Sepanjang perjalanan pulang Xabier menahan rasa panas hatinya. Ia tidak ingin saja terjadi kecelakaan saat menyemburkan perkataan pedas pada perempuan yang duduk diam di bangku penumpang belakang.Batari berdiam diri tidak berbicara sepatah kata pun. Rekaman perkataan ibu Xabier dan ibu Serafina bergantian bermunculan di otaknya.Berkecamuk perasaan marah, takut, dan sedih secara bersamaan dalam batinnya. Pandangannya kosong menembus jendela mobil sedan mewah Xabier.Kendaraan memasuki rumah Xabier, pria itu telah mempekerjakan pengurus rumah yakni suami dan istri. Untuk beberapa waktu pengurus bagian depan yang aktif bekerja."Selamat malam, Pak Xabier," sapa pria paruh baya yang membuka pintu gerbang."Malam, Pak Jaka. Gerbang tolong ditutup ya, Pak. Saya menginap di sini," titahnya pada Jaka.Batari turun begitu saja dari mobil, setelah parkir. Ia berjalan cepat menuju rumah lalu ke kamarnya. Xabier sempat menutup pintu rumah, ia gegas berlari mendapati Batari. Pria itu berdiri di
"Psikolog? Untuk apa ke sana, Pak?" tanya Batari ingin tahu. Dia maju beberapa langkah mendekati Xabier, tetapi masih dengan jarak aman.Xabier tidak menjawab, ia sibuk mengunyah sarapannya yang hampir habis. Pria itu meneguk air mineral hingga tandas.Rasa penasaran yang tinggi membuat Batari tetap bertahan di tempat menanti jawaban dari Xabier."Biar rasa takut kamu padaku bisa berangsur hilang, trauma paska kejadian di hotel juga bisa disembuhkan," ucap Xabier dari tempat duduknya, ia menoleh pada Batari.Mata perempuan desa itu mengerjap, ingatannya kembali pada peristiwa kelam silam. Sebelum gemuruh mengobrak-abrik perasaannya, Batari dengan cepat mengendalikan diri."Saya tidak takut pada Bapak," ucapnya berani, dagunya terangkat dengan dada lebih membusung. Ia menatap Xabier dengan rasa bercampur aduk.Xabier mengunci pandangannya pada Batari yang seolah-olah menantangnya. Pria itu berdiri lalu berjalan perlahan mendekati Batari.Langkah mundur Batari membuat Xabier tidak yakin
"Aku akan antar kamu pulang." Xabier menyalakan kendaraannya dan melaju di jalanan kota."Tidak. Saya mau bekerja," sanggah Batari, ia masih berani membantah, meskipun dalam rasa takut.Xabier menoleh padanya sekilas. Pria itu menggeleng-geleng melihat betapa keras kepala istrinya, senang melawan perkataannya, tetapi takut bila didekati. Pria itu rasanya gemas sekali, hanya saja tidak bisa berbuat banyak."Terserah," ucap Xabier akhirnya. Kendaraan Xabier membelok ke arah restoran pusat.Pria itu sebenarnya tidak yakin dengan kesiapan Batari bekerja hari itu. Ia tetap saja mengikuti keinginan Batari daripada terjadi keributan di antara mereka.Batari lekas turun dari mobil milik Xabier menuju ruang ganti pakaian karyawan perempuan. Ia langsung melapor pada Domarita kalau datang terlambat dengan alasan menemani Xabier.Tentu saja Domarita menerima apapun alasan Batari hadir terlambat di restoran."Oh ya, berhubung Ibu Batari dalam keadaan mengandung, tugas Ibu melakukan hal ringan saj
Batari pulang mengambil jalan dari belakang restoran. Ia menunggu angkutan umum yang nanti melewati simpang rumah tempatnya tinggal.Tubuhnya lunglai, ia sangat khawatir kondisinya akan mempengaruhi pertumbuhan janin dalam rahimnya. Keadaan batinnya tidak benar-benar sehat.Orang-orang begitu bebas menghina dan memarahi bila Batari melakukan kesalahan. Dia terpikir dengan ide Xabier mencari teman cerita untuk menyalurkan perasaan hatinya.Batari tidak ingin sosok orang yang mengenali Xabier seperti teman psikolognya tadi. Batari ingin orang yan tidak mengenal dirinya, bahkan tidak tahu dia istri seorang Xabier agar bisa netral mendengarkan kisahnya.Tidak lama, angkutan umum berhenti di halte tempatnya menunggu. Batari segera menaikinya.Diam-diam Xabier mengikuti istrinya dari belakang. Ia menunggu sampai Batari menaiki satu kendaraan yang akan mengantarkannya menuju rumah.Xabier melakukannya sebab tidak ingin terjadi hal buruk pada Batari yang ujungnya akan merepotkan dirinya. Set