Batari pulang mengambil jalan dari belakang restoran. Ia menunggu angkutan umum yang nanti melewati simpang rumah tempatnya tinggal.Tubuhnya lunglai, ia sangat khawatir kondisinya akan mempengaruhi pertumbuhan janin dalam rahimnya. Keadaan batinnya tidak benar-benar sehat.Orang-orang begitu bebas menghina dan memarahi bila Batari melakukan kesalahan. Dia terpikir dengan ide Xabier mencari teman cerita untuk menyalurkan perasaan hatinya.Batari tidak ingin sosok orang yang mengenali Xabier seperti teman psikolognya tadi. Batari ingin orang yan tidak mengenal dirinya, bahkan tidak tahu dia istri seorang Xabier agar bisa netral mendengarkan kisahnya.Tidak lama, angkutan umum berhenti di halte tempatnya menunggu. Batari segera menaikinya.Diam-diam Xabier mengikuti istrinya dari belakang. Ia menunggu sampai Batari menaiki satu kendaraan yang akan mengantarkannya menuju rumah.Xabier melakukannya sebab tidak ingin terjadi hal buruk pada Batari yang ujungnya akan merepotkan dirinya. Set
Sinar mentari mengintip dari sela tirai kamar Batari, menerpa wajahnya. Perempuan itu menggeliat tidak nyaman.Sontak saja ia membuka mata lalu menoleh ke arah jam dinding. Batari terlambat bangun dari biasanya. Gegas Batari turun merapikan kasurnya, kemudian berjalan cepat ke kamar kecil untuk membasuh tubuhnya.Malam kemarin ia sulit tidur, perutnya terasa mual. Bolak balik ia harus ke wastafel. Saat mualnya berhenti, janin dalam kandungannya mengajak makan apa saja. Lepas tengah malam barulah ia bisa tertidur lelap.Kali ini ia tidak hanya makan roti tawar dengan telur dan sayur saja, itupun tidak bisa berbagi dengan Jaka karena malam kemarin setengah bungkus sudah ia habiskan.Dengan terburu-buru Batari berjalan cepat menuju halte. Meskipun terbang sekalipun, Batari sebenarnya tetap saja terlambat masuk.Perempuan itu mulai menimbang alasan apa yang akan ia berikan nanti pada Domarita, Xabier tidak ada sebagai tameng baginya.Angkutan umum datang, Batari menaikinya. Perjalanannya p
Saat jam pulang kerja restoran selesai, berganti shift baru, Batari mengawasi ruang kerja Xabier. Pria itu tidak kunjung keluar sedari tadi.Dia sempat menanyakan bosnya itu pada Domarita. Dengan kening berkerut Domarita malahan balik bertanya suasana hubungan dingin antara Xabier dan Batari.Dengan rasa sungkan, Batari pilih menjauhi Domarita daripada terbongkar fakta di balik pernikahan mereka.Apa masuk saja ya? pikir Batari. Dia yakin Xabier masih berada di ruang kerjanya sebab kendaraannya masih terparkir rapi di luar restoran. Dengan tidak sepenuhnya yakin, Batari membuka pintu ruang kerja Xabier. Pria itu ternyata sedang bertelepon entah dengan siapa, kursi kerjanya mengarah ke jendela, sehingga dia tidak mengetahui ada orang yang masuk ke dalam ruang kerjanya.Batari melangkah tanpa suara dan berdiri sampai Xabier selesai bicara. Xabier membalik kursinya, terkejut mendapati istrinya berada di hadapannya."Ada apa ke sini?" tanya Xabier, matanya kembali berkutat ke dokumen si
Begitu kesal rasanya hati Batari mendengar penghinaan demi penghinaan dari bibir Xabier. Batari takut dirinya lama kelamaan menjadi gila gara-gara ulah suaminya yang aneh, kadang tenang kadang temperamen.Xabier, pria itu mampu membuat perasaan Batari gundah gulana. Rencana Xabier untuk menginap seatap dengan Xabier lalu bertemu kembali di restoran bagaikan mimpi buruk bagi dirinya yang tengah hamil.Tidak ada cara lain lagi, selain membuat Xabier kembali balikan bersama Serafina. Bisa jadi pria itu akan jatuh cinta lalu membiarkannya lepas dari cengkraman pernikahan yang beracun untuk mentalnya."Pak Xabier benar-benar jahat, leher ini hampir saja patah dibuatnya." Kalut rasa hati Batari, ia menyentuh lehernya yang sempat dicengkram oleh pria itu.Hembusan nafas Xabier bahkan masih terasa menerpa wajahnya. Pria itu memang tampan, tetapi kalau sudah marah hampir terlihat seperti singa yang mengaum garang. Cengkramannya tidak begitu kuat, tetapi mampu membuat jantung Batari hampir cop
Poin keinginan Xabier tertulis jelas di perjanjian itu.Xabier masih memiliki kebebasannya, sementara Batari harus puas dengan hidup nyaman dan pekerjaan bergaji lebih tinggi dibanding karyawan restoran pada umumnya.Perjanjian ini menekan mental Batari, dia bisa anjlok diizinkan berteman setelah mendapat restu oleh pria itu. Pergi harus sepengetahuan Xabier, memangnya Batari narapidana.Dan, lebih mencengangkan lagi, Batari diminta untuk tidak memiliki perasaan lebih pada lawan jenis termasuk pada pria itu. Artinya, tidak ada perlakuan kasih sayang dari seorang suami pada istrinya. "Bagian mana yang kamu keberatan?" tanya Xabier, kursinya bergerak-gerak."Semua. Saya keberatan. Sekalian saja ...." Batari tidak melanjutkan kata-kata yang diyakininya akan membuat suaminya berang.Xabier mengangkat alis matanya, seperi bertanya 'apa?'. Batari menunduk, ia mengelus lembut perutnya."Saya hanya ingin menjaga batin saya seha
Terbangun di pagi hari, Batari berkutat di dapur, membuat sarapan untuk porsi tiga orang. Setelahnya, Batari membereskan dirinya agar saat kerja tidak beraroma asap. Xabier keluar kamar sudah dengan pakaian yang rapi. Meskipun bukan kerja kantoran, kerapian adalah hal terpenting bagi pria itu. Kalaupun menggunakan kaos, pria itu akan memilih yang berkerah."Pagi ini aku akan antarkan kamu ke restoran, aku ada pemotretan untuk produk parfum milik Serafina," ujarnya begitu duduk di ruang makan.Batari baru tahu belakangan kalau Xabier dan Serafina memiliki kerja sama produk parfum, ia mengangguk-anggukkan kepala."Tapi, Pak, saya bisa ke restoran sendiri. Tidak masalah tidak diantar, sudah biasa," sanggah Batari.Xabier meliriknya sekilas. "Lokasi pemotretan melewati restoran," timpal Xabier sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.Selesai sarapan keduanya berangkat bersama-sama, tidak ada suara percakapan selama perjalanan.
"Ba... baik, Nyonya. Saya setuju Pak Xabier dengan Ibu Serafina," ucapnya dengan nada rendah. Batari tidak mau terjadi keributan di ruangan Xabier.Sudah pasti dirinya kalah dan salah bila melawan. Kalau orang di desanya dulu bilang, melawan orang tua bisa kualat."Saya pegang kata-kata kamu. Bila perlu kamu bantu dorong Xabier agar menerima Serafina. Baru saya bisa percaya dengan kamu." Dengan angkuh Andalaska duduk di sofa, ia meminum jus tomat yang dibawakan oleh Batari. Sementara itu, perempuan hamil itu dibiarkan terus berdiri sambil memeluk nampan."Mama?" Suara berat itu mendadak terdengar, mereka berdua menoleh ke arah pintu.Andalaska berdiri lalu menghampiri Xabier. "Anak mama yang tampan sudah datang. Kamu dari mana?" tanyanya dengan suara melembut, setelah mengecup pipi Xabier"Tadi kunjungan ke salah satu cabang restoranku, Ma. Kami sedang ada proyek mengubah desain interior lebih natural," jawab Xabier sambil berjalan menuju kursi kerjanya.Ia melirik Batari yang berdiri
"Siapa sebenarnya Batara Wisanggeni?" tanya Xabier selesai mereka makan malam bersama di rumah.Sore tadi Xabier meminta Batari pulang sendiri sebab dirinya masih memiliki keperluan lain. Kepulangan Xabier dengan wajah dingin disambut rasa bingung Batari."Mas Wisang, teman saya di desa, Pak," jawab Batari. Aktivitasnya membersihkan meja kembali dilakukannya."Kalau aku bicara, kamu perhatikan bukan sibuk membersihkan meja," ketus Xabier dengan nada menahan kesal.Kegiatan Batari terhenti. Ia duduk hadap-hadapan dengan suaminya."Pantas pekerjaannya pelayan," gumam Xabier pelan agar tidak terdengar Batari.Sebenarnya Batari mendengar ucapan itu, dia ingin mengajukan keberatan. Belum sempat berbicara, Xabier melanjutkan perkataannya. "Jadi, dia punya usaha restoran juga? Berani mengajak kamu bekerja dengannya padahal kamu terikat kontrak di restoranku? Atau kalian punya rencana untuk menghancurkan usaha restoranku?" berondong Xabier dengan wajah tegang, menunjuk-nunjuk Batari lalu tan