Wisang berdiri dan keluar dari bangkunya menghadap ke arah Xabier yang berdiri kaku dengan tatapan menusuk. Sama seperti Xabier, Wisang pun tidak menyukai Xabier setelah menelusuri kejanggalan demi kejanggalan yang ada pada Batari."Mas Wisang?" lirih Xinda yang juga terkejut akan kehadiran pria itu bersama istri kakaknya.Keadaan restoran tidak begitu ramai. Xabier menoleh pada Xinda yang memucat melihat orang yang dipanggilnya. Ada sesuatu yang tidak beres pada Xinda.Xabier menghampiri meja Wisang dan Batari, Andalaska dan Xinda mengikutinya dari belakang."Halo, Pak Xabier," sapa Wisang sembari mengulurkan tangannya. Xabier hanya melihat tanpa bersedia menjabat tangan Wisang."Batara Wisanggeni, tidak disangka pemuda desa Adiluhur mencoba melawan saya dengan memperkarakan kotak makanan saya," cemooh Xabier berusaha langsung menjatuhkan mental Wisang. Xabier seketika teringat dengan kasus yang sedang menimpa restorannya.Wisang menurunkan tangannya, dia tertawa mendengar nada suara
Xabier gegas keluar dari kendaraannya dan masuk ke rumah Andalaska mamanya."Ma, Xinda di mana?" tanya Xabier begitu melihat mamanya."Ada di kamarnya, sepanjang jalan menangis tiada henti. Mama peringatkan tadi agar tidak berhubungan lagi dengan pemuda desa yang pekerjaannya tidak jelas itu," ucap Andalaska dengan rasa kesal yang membuncah.Xabier pergi menuju kamar adiknya. Ia mengetuk pintu berkali-kali, sayangnya Xinda seperti mengabaikan Xabier."Xinda, bolehkah kakak masuk?"Hening tanpa ada respon dari dalam kamar. Xabier menghela nafas dalam, ia paham kalau tidak bisa memaksakan Xinda untuk terbuka padanya.Sewaktu Xabier akan membalik tubuhnya meninggalkan pintu kamar, gagang bergerak sampai pintu terbuka memperlihatkan Xinda yang berurai air mata.Xinda memeluk kakaknya dengan erat, isakan keluar dari bibirnya yang bergetar. Xabier mengusap punggung adik kecilnya, kerapuhan Xinda terasa menyentuh hatinya. Hanya itu cara Xabier menenangkan adiknya."Maafkan Xinda kak, selama
Xabier terbangun di pagi hari, tersadar kalau dirinya berada di rumah mamanya. Pria itu bangkit menuju kamar kecil untuk membasuh tubuhnya.Pakaiannya masih ada yang tersimpan di lemari, tidak semua dibawa ke rumah yang kini ditempati oleh Batari. Selesai berpakaian, Xabier memeriksa ponselnya.Rentetan notifikasi panggilan suara dan pesan singkat dari Batari masuk, Xabier sengaja menonaktifkan ponselnya agar tidur malamnya tidak terganggu.Tidak ada niatnya untuk merespon Batari, dia masih begitu marah pada Batari yang berani membohongi dirinya, bahkan mendatangi pihak yang jelas-jelas bersengketa dengannya.Xabier turun menuju ruang makan, di sana ada Xinda dan Andalaska yang sedang menikmati sarapan bersama."Xabi, sudah bangun? Mama senang kamu menginap di rumah mama semalam," sambut Andalaska menarik kursi tempat biasa Xabier duduk."Terima kasih, Ma," ucap Xabier atas sikap baik mamanya."Mari kita sarapan dulu," ujar Andalaska di saat Xabier ingin menyapa dan menanyakan keadaan
Suara nampan jatuh disertai piring dan gelas pecah mengejutkan Xabier dan teman perempuannya yang tengah berpelukan erat. Pelukan mereka terurai begitu saja. Tatapan Xabier mengunci manik Batari yang berdiri memucat."Maa... maaf," ujar Batari yang gugup dan gemetar. Ia mencoba berjongkok untuk membersihkan pecahan kaca dan tumpahan makanan, tetapi perut besarnya menghalangi untuk sampai ke lantai."Sa... saya akan panggil te... teman untuk membersihkannya," ucap Batari lantas berbalik dan meninggalkan ruangan dengan cepat.Batari mencari teman pelayannya yang tadi ingin mengantar makanan ke ruangan Xabier."To... tolong kamu bersihkan tumpahan makanan dan pecahan piring di ruang kerja Pak Xa... Xabier. Tadi, saya tersandung. Tolong juga... minta ke dapur untuk diganti makanannya," kata Batari masih dengan gugup dan cepat-cepat.Belum pelayan itu menanyakan sesuatu, Batari meninggalkannya dan pergi ke bilik ganti karyawan. Ruangan kosong itu menjadi tempat bagi Batari untuk meluapkan
Siang harinya, tim penasihat hukum yang menangani kasus sengketa kotak kemasan mendatangi restoran milik Xabier."Nilai gugatannya mencapai 50 Milyar Pak Xabier dan mereka meminta agar kita tidak menggunakan lagi kotak kemasan seperti itu, dan permohonan ke lembaga terkait untuk melakukan pembatalan merek tulisan kemasan 'Di Bawah Pohon Rindang' dari Daftar Umum Merek," ungkap penasihat hukum membacakan petitum penggugat dalam hal ini Batara Wisanggeni.Xabier menarik nafas panjang, Wisang serius untuk memperkarakan kasus kotak kemasan yang sudah digunakan restoran milik Xabier bertahun-tahun. Wisang mengklaim kalau PT-nya telah lebih dulu menggunakan merek serupa dengan Xabier dan sayangnya itu terbukti dokumentasinya."Jadwal persidangan akan menyusul dan diharapkan Pak Xabier bisa hadir tiap kali sidang," sambung penasihat hukum. Usai perbincangan mengenai kasus hukum, Xabier mulai berpikir untuk mencari ide lain terkait kotak kemasan restorannya. Meskipun bila nanti dirinya kalah
Setiba di rumah, Xabier dan Batari langsung menuju kamarnya masing-masing. Xabier sempat meminta mereka berdua makan malam bersama dan setelahnya akan bicara empat mata.Suasana di meja makan begitu dingin, hanya denting sendok dan piring yang terdengar. Usai Batari tadi membasuh diri, ia gegas ke dapur melaksanakan tugasnya menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.Sementara itu, Sri sudah pulang ke kos, ini hari kerja pertamanya. Jaka masih bertugas di luar hingga pukul sembilan malam, kecuali secara khusus Xabier memintanya bertugas.Batari menyusul Xabier ke ruang keluarga. Di sana Xabier tengah duduk di sofa mengamati ponsel dengan seksama. Posisinya menyamping dari arah kedatangan Batari."Apa saya boleh bicara lebih dulu?" tanya Batari terus terang. Ia tidak mau Xabier mengemukakan isi pikirannya duluan.Xabier memberi perhatian pada Batari yang masih diam berdiri tidak begitu jauh dari sofa. Posisi Batari dipisahkan oleh sofa tunggal lainnya.Xabier menaruh ponsel ke meja da
Pagi harinya Batari meminta Sri yang menyediakan sarapan untuk Xabier. Ia akan pergi lebih dulu ke restoran, Batari tidak ingin bertemu dengan suaminya.Batari merasa dilema antara terus menuntut perceraian atau kehilangan buah hatinya yang tidak lama lagi akan lahir.Sri sebagai orang baru bekerja di rumah Xabier, terheran-heran melihat pasangan suami istri yang keluar dari kamar berbeda. Namun, ia tidak ambil pusing karena biasanya ayah dan ibunya juga kadang memilih pisah kamar bila sedang berkonflik.Harapan Batari tidak terwujud, Xabier juga keluar dari kamarnya sudah dengan berpakaian rapi seperti akan bekerja.Batari mengabaikan suaminya, hanya saling bertatapan kemudian melengos ke kamarnya untuk mengambil tas dan keperluan lainnya.Xabier yang berencana akan sarapan ke ruang makan, malah mengikuti Batari ke kamarnya sampai-sampai ikut masuk ke dalam."Bapak mau apa?""Sst...." Xabier menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri. Ia tidak mau ada orang lain yang mencurigai ke
Xabier mendapat surat panggilan untuk sidang sengketa kotak kemasan. Xabier yang didampingi oleh penasihat hukum mantap untuk mengikuti persidangan.Sehari sebelum sidang, Xabier memanggil Batari ke ruangan kerjanya di restoran."Duduk."Batari mengambil posisi duduk bersebrangan dengan Xabier, dipisahkan oleh meja kerja."Besok aku ada sidang sengketa kotak kemasan. Temani aku," pintanya lebih mirip perintah.Kernyitan kening Batari pertanda perempuan itu bingung kenapa dirinya yang diajak Xabier? Mengapa tidak Domarita sebagai sekretaris dan lebih mengetahui seluk beluk restoran."Apakah tidak salah Bapak mengajak saya?" tanya Batari mempertegas maksud Xabier."Apa yang salah?""Saya tidak mengerti apa-apa tentang sidang sengketa itu, Pak. Pasti tidak ada gunanya saya di sana."Xabier menatap Batari yang benar-benar tidak merasa penting."Kalau si pria desa yang mengajak, kamu bersedia?"Mata Batari membola mendengar kalimat Xabier. "Aku hanya bertanya, kamu tinggal jawab saja."