Share

Minta Tolong

Selama dalam perjalanan pulang, Jessica merutuk. Kekesalannya mencapai ke ubun-ubun karena di saat akhir pekan pun ternyata dirinya belum bisa bebas urusan dari pak bos. Ia merasa kesabarannya sudah habis, bulan depan ia akan mengajukan surat pengunduran diri dan refreshing selama beberapa bulan sebelum akan melamar kerja lagi di perusahaan lain.

“Dua bulan lagi mobilku lunas, cicilan utang ibu juga tinggal bulan ini saja. Tabunganku lumayan buat nanti cari rumah yang lebih kecil biar tidak tinggal serumah sama nenek sihir itu. Sepertinya ini sudah saatnya aku berhenti jadi kacung Anda deh, pak Daniel yang super merepotkan,” geram Jessica.

Beberapa kali Jessica menghentikan mobil saat melewati jalur perempatan. Beberapa kali pula ia menoleh ke arah belakang untuk memastikan bosnya itu tidak sampai jatuh terguling.

“Pak Daniel kalau sedang tidur kelihatan ganteng juga,” gumam Jessica seraya menggeleng pelan merutuki bibirnya yang kelewat jujur. “Tapi kalau pas sadar, pengen aku ... huh!” Jessica mendengus, mengepalkan jemari tangannya ke setir.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh menit akhirnya Jessica berhasil mencapai rumah Daniel. Dia memilih membawa pulang ke rumah orang tua bosnya, bukan ke apartemen. Dia merasa tidak mampu kalau harus memapah tubuh Daniel seorang diri, sedangkan pria itu dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh minuman.

“Tante Debby, selamat malam,” panggil Jessica sambil mengetuk pintu.

Wanita itu harus menunggu. Setelah beberapa kali mengetuk, akhirnya penghuni rumah membukakan pintu untuknya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Jessica sedikit merasa bersalah karena sudah mengganggu istirahat ibu Daniel.

“Eh, Jessica, Ada apa, ya? Kok malam-malam ke sini?” tanya Debby, ibu Daniel merasa panik begitu pintu dibuka dan mendapati sekretaris sang putra berhadapan dengannya.

Debby yakin pasti Daniel sudah berbuat onar. Jessica selalu saja datang ke rumahnya bersama keadaan Daniel yang membuatnya kesal yaitu mabuk.

“Pak Daniel, Tante. Sekarang lagi di mobil Jessie,” ungkap Jessica membuat Debby mengembus napas jengkel.

“Ya udah, aku panggil orang rumah buat bantu angkat Daniel ke kamar.”

“Iya, Tante. Tadi pak Reno yang telepon Jessie.”

“Bener-bener, deh kelakuan anak ini!” geram Debby memandang mobil Jessica yang terparkir di halaman.

Debby segera masuk untuk memanggil pak Tejo dan Bu Yanti agar membantu memindahkan Daniel ke dalam rumah. Jessica hanya bisa membantu membuka pintu mobil dan mengikuti mereka sampai di ambang pintu rumah.

“Hei, Jessie! Mana berkas pengajuan proposal yang harus ...ah, kaus kakiku harusnya sama seperti dasiku ... pulpenku juga kenapa bisa acak-acakan warnanya? Kamu sengaja ‘kan bikin saya kesal? Ha! Jessie!” teriak Daniel merancau sambil berjalan sempoyongan saat dipapah Tejo dan Yanti memasuki rumah.

“Aduh, maafkan Daniel sudah merepotkan Jessica,” ucap Debby cukup merasa malu pada tingkah putranya.

“Mom, jadikan saja Jessie menan—Ah! Sial!” Suara keras seperti orang yang telah menubruk barang terdengar keras dari luar. Umpatan dari mulut Daniel pun menyusul kemudian tanpa jeda.

Lagi-lagi Debby merasa cukup malu dengan tingkah putranya karena telah menurunkan kredibilitas sebagai atasan Jessica yang sangat penting di dalam perusahaan.

“Kalau begitu saya permisi dulu, Tante. Ini sudah malam,” pamit Jessica sopan. Dia tidak ingin mendengar kekonyolan Daniel lebih lama lagi. Melihat ibunya menatap tidak nyaman, tentu saja membawa isyarat agar dirinya segera pergi dari sana.

“Kamu tidak apa-apa pulang sendiri?” tanya Debby cemas.

“Sudah biasa, Tante. Tiap lembur saya pulang sendiri.”

Jessica membalik badan menuju ke arah mobil untuk segera pulang. Rasanya sangat kesal saat enak-enak tidur harus kembali diganggu dengan tingkah bosnya lagi. Namun, langkahnya baru mencapai mobil, ibu bosnya kembali memanggil.

“Tunggu sebentar, Jessica!” teriak Debby sambil berlari kecil menghampiri Jessica yang mematung di pinggiran mobil dengan posisi tangan menarik hendel pintu.

Debby mengingat jelas kalau gadis itu sangat mengenal anaknya dengan baik. Dia merasa bahwa sekretaris pribadi anaknya itu sangat cocok untuk membantu mengatasi perangai Daniel yang susah dikendalikan. Tiba-tiba muncul ide dalam benaknya.

“Iya, ada apa, Tante?” sahut Jessica membalik badan, menghadap Debby yang kini memberikan senyuman padanya.

“Jessica, bolehkah tante minta tolong sama kamu?” ucapnya ragu-ragu.

“Iya, Tante. Minta tolong soal apa, ya?”

Jessica menatap Debby dengan pandangan mata serius. Dia merasa aneh karena tidak biasanya ibu bos Daniel itu tampak menunjukkan sikap canggung dan malu saat memandangnya.

“Ehm, itu ....”

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status