Share

Skenario Sempurna

Lama Jessica mencerna apa yang menjadi permintaan Mommy Bos, sebutan dari beberapa rekan kerja apabila bertemu dengan perempuan cantik dan elegan itu pada acara kantor.

“Jadi, kamu mau ‘kan bantuin tante, Jess?” tanya perempuan yang menjadi idola karyawan di antara putri-putri keluarga Morgand karena pembawaannya yang ramah itu dengan tatapan penuh permohonan pada Jessica.

“Ah, i-iya. Jessica akan pikir-pikir lagi, Tante,” sahut Jessica sambil meringis canggung.

“Jessika bisa cerita-cerita kebaikan hati dan sikap Daniel, pasti akan banyak yang percaya. Bukankah Jessica sudah bekerja selama hampir enam tahun, ‘kan? Pasti itu menambah penilaian terhadap Daniel menjadi lebih positif di mata perempuan.” Debby memandang Jessica penuh harap.

“Tapi, Tante. Apa pak Daniel setuju? Kalau dia memaki-maki saya bagaimana?” tanya Jessica memasang wajah cemas, seketika pikirannya berubah menjadi takut dengan reaksi pria itu terhadap rencana sang Mommy Boss.

“Tante bakal bayar mahal jasa kamu, Jessica. Pokoknya, setiap kamu bisa bawa Daniel ke acara kencan buta yang tante atur, nanti akan tante hitung sebagai bonus,” ucap Debby sangat antusias. Dia percaya Jessica akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang itu.

“Masalahnya saya akan resign bulan depan, Tante,” ucap Jessica memandang sendu

“Hah, kenapa?” Debby mendadak tegang.

Mommy Boss merasa harapannya untuk menyelamatkan aset akan gagal, mengingat satu-satunya orang yang dipercayai Daniel selama ini hanyalah Jessica. Dia sendiri saja tidak pernah diberikan akses ke semua rumah dan apartemen pribadi putranya, tidak sama halnya seperti Jessica.

“Saya ingin menikmati hidup saya setelah semua cicilan utang dan mobil saya lunas, Tante.”

“Yah, tante jadi sedih. Tapi, Tante akan membayar mahal kalau kamu berhasil mempertemukan Daniel dengan seorang wanita yang tulus mau menikah dengannya. Hidup Tante akan hancur kalau dalam kurun waktu seratus hari, Daniel belum juga menikah,” ujarnya sendu.

“Tapi, saya sudah memutuskan untuk mengajukan resign bulan depan, Tante,” jawab Jessica mencoba untuk tidak termakan bujuk rayu lagi seperti yang dilakukan Daniel selama ini dengan penawaran kenaikan gaji.

“Aku rasa ini bukan pertama kalinya kamu berniat ingin mengundurkan diri, ‘kan?” lontar Debby tiba-tiba memikirkan ide lain untuk menarik perhatian Jessica.

“Iya, Tante. Ini percobaan yang keempat kalinya kalau tidak salah,” jawab Jessica menunduk malu. Bibirnya seketika meringis senyum.

Siapa pun pasti akan meledek kalau dia mulai merencanakan pengunduran diri, sedangkan setiap mendapatkan tawaran kenaikan gaji, Jessica dengan sukarela menarik kembali surat pengunduran itu dari kepala personalia. Gadis itu pun dibuat mati kutu di hadapan Debby.

“Aku rasa Daniel tidak akan menyetujuinya lagi,” komentar Debby menahan diri agar tidak tersenyum. Sikapnya yang tenang mampu membuat lawan bicaranya selalu salah tingkah.

Jessica meneguk ludah kering. Apa yang disampaikan sang Mommy Boss memang benar. Pria itu sangat sulit untuk menerima segala alasan yang dia buat kenapa ingin berhenti bekerja. Kenaikan gaji dua kali lipat dari sesama sekretaris di divisi lain telah diberikan, Daniel merasa Jessica tidak selayaknya mencampakkan perusahaan yang telah menghargai pekerjaannya. Sindiran yang mampu membuat Jessica lagi-lagi mati kutu.

“Tapi kali ini saya serius, Tante. Tabungan saya sudah lumayan untuk membeli rumah kecil di pinggiran kota. Utang ibu tiri saya juga sudah hampir lunas tinggal membayar bulan ini saja, dan juga angsuran mobil saya tinggal bulan depan,” ungkap Jessica dengan tatapan penegasan akan keputusannya.

“Ok, tante paham. Tapi, kalau seandainya tante membalas jasamu selagi menunggu Daniel mendapatkan sekretaris baru dan menyetujui surat pengunduran diri yang kamu ajukan dengan harga sebuah Villa mewah yang ada di Pulau Dalam, bagaimana? Apa kira-kira Jessica tidak merasa tertarik?” tawar Debby dengan sikap yang sangat elegan.

Sekali lagi, kemampuan perempuan itu dalam melobi diakui Jessica sama persis dengan sang putra, Daniel. Jessica dibuat bingung dalam menjawab. Dalam satu sisi, penawaran itu sangat menggiurkan. Namun, berurusan dengan Daniel lagi rasanya sudah sangat melelahkan. Jessica menghela napas sambil memandang ke arah lain.

“Tante berasal dari daerah kepulauan terpencil, Jessie. Sebuah pulau eksotis yang dijuluki sebagai salah satu surga dunia oleh beberapa turis asing. Apa kamu tahu daerah Kepulauan Riau?” tanya Debby mencoba untuk mendapat simpati dari sang sekretaris andalan putranya.

Debby tahu. Naluri seorang ibu, Daniel melihat Jessica memiliki motivasi yang tinggi dalam hidup sehingga dalam tekanan apa pun, gadis itu kuat menghadapinya. Menjadikan Jessica sebagai tangan kanan untuk mengawasi Daniel tentu akan sangat membantu dan menguntungkan.

“Oh, iya saya tahu, Tante,” jawab Jessica sedikit bingung karena tidak tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan perempuan pemilik tinggi badan semampai itu padanya.

“Aku punya dua Villa yang ada di Pulau Dalam. Setiap tahun aku pasti akan pulang ke sana karena keluarga besarku tinggal di daerah itu. Aku akan mengirimkan gambarnya padamu, sebentar!” ucap Debby menunjukkan wajah antusias. Dia tidak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan kesepakatan dengan Jessica.

Jessica mengangguk pelan. Matanya kini tertuju pada ponselnya yang berdering. Benar saja, tanpa diduga Mommy Bos benar-benar mengirimkan beberapa foto padanya. Jessica langsung dibuat takjub dengan kemewahan yang ditawarkan.

“Bangunan Villa dengan cat dominan warna biru, apa kira-kira Jessica suka?” tanya Debby sambil tersenyum saat memandang Jessica yang menunjukkan kekaguman.

“I-iya, suka. Tapi, kenapa Tante menunjukkan pada Jessie. Apa ini rumah tinggal Tante selama ada di Pulau Dalam?” tanya Jessica balik, dia sama sekali belum mengerti.

“Villa itu yang ingin tante tawarkan padamu. Sebagai bonus apabila kamu bersedia menjalin kerjasama dengan tante untuk mengatur acara kencan buta demi mendapatkan istri untuk Daniel dalam kurun waktu seratus hari. Bagaimana? Aku harap Jessica akan menerima tawaran tante selagi menunggu persetujuan tanda tangan atas pengajuan resign yang belum tentu disetujui Daniel.”

Jessica lagi-lagi menatap wajah Debby dan gambar yang ada di ponselnya dengan tenggorokan tercekat. Bagaimana mungkin dia dihadapkan pada pilihan yang sama beratnya. Menolak tawaran dengan imbalan Villa semewah itu tentu saja sebuah kebodohan. Namun, lagi-lagi membayangkan bagaimana menyebalkannya Daniel membuat bulu kuduk berdiri. Jessica menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Tante akan jadi tetangga kamu loh, Jess. Kita akan sama-sama menikmati keindahan pantai tersembunyi tanpa gangguan Daniel. Tentu saja kalau anak bandel itu menikah dan hidup bersama istrinya. Semua aset warisan bisa tetap terjaga atas nama Morgand dan tentu kamu tidak lagi jadi sekretaris Daniel karena sudah punya tempat tinggal yang nyaman. Ehm, bagaimana menurutmu, bukankah ini skenario yang sangat sempurna?” goda Debby seraya memberikan kerlingan mata pada Jessica.

Jessica lagi-lagi hanya bisa meringis. Dia merasa berada di dalam persimpangan. Penawaran yang sangat menarik, luar biasa dan jelas kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Namun, bagaimana cara mengatur Daniel sementara mendebat pria itu saja rasanya sudah seperti sedang berhadapan dengan malaikat maut. Jessica menggeleng tanpa sadar.

“No! Harusnya kamu mengangguk, Jessie. Kenapa malah menggeleng? Ah, selera makanku jadi hilang gara-gara kamu,” keluh Debby sambil merengut.

“Bukan begitu, Tante. Maaf,” sahut Jessica menjadi serba salah.

“Jadi, itu artinya kamu setuju, ‘kan? Jessie, ayolah bantu tante. Nasib perusahaan Morgand Company ada di tanganmu, Sayang,” rayu Debby dengan tatapan mata penuh harap.

Jessica dibuat canggung. Beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Karena tidak mau Mommy Boss semakin mengeluarkan jurus-jurus rayuan yang lain, akhirnya Jessica pun mengangguk menyetujui tanpa suara. Banyangan Daniel yang galak dan ketus menari-nari di dalam kepalanya.

“Jessie, demi Villa nyaman itu, kamu pasti bisa,” batin Jessica menyemangati diri sendiri.

Keinginan tinggal di rumah sendiri setelah berhenti bekerja dan tidak lagi mengurusi keperluan ibu tiri bersama adik yang telah ditinggal meninggal ayahnya pun kian menaikkan motivasinya untuk menyetujui penawaran Debby.

“Baiklah, saya setuju. Saya akan mengatur pertemuan dengan cara apa pun wanita yang Tante sodorkan atau pun nanti saya kenalkan dari rekan bisnis pak Daniel. Tapi, sebagai gantinya, saya meminta Tante untuk melunasi semua cicilan saya, dan membujuk pak Daniel untuk menanda tangani berkas pengunduran diri saya, karena selama ini beliau selalu menolak,” ucap Jessica memandang Debby dengan wajah sangat tegang dan serius.

“Baiklah, kita akan bekerja sama untuk ini. Kamu free, Daniel menikah, dan tante bisa menyelamatkan aset keluarga Morgand. Uh, terima kasih, Jessie. Mari kita bekerja sama demi masa depan kita berdua,” ucap Debby dengan nada girang.

“Deal, Tante,” balas Jessica seraya menjabat tangan Debby. Mereka tersenyum semringah dengan rencana tersusun di kepala masing-masing.

Bersambung...

‘Rasanya bahagia saat kebebasan itu segera kuterima. Rasanya bagaikan terbang bebas ke angkasa.’ (Jessica Greysa)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status