Napas Lela menderu cepat. Kedua bola mata wanita tua itu menyiratkan keterkejutan yang luar biasa.“Jelaskan apa yang dimaksud dengan video perselingkuhan itu?!” Pekik Lela. Sementara itu, Rika langsung membawa Kiran, yang nampak kaget dengan suara tinggi neneknya, keluar dari rumah.“Bu, i-ini hanya salah paham,” Bima nampak begitu kelabakan mendapati Lela yang menghiraukan dirinya. “Bu…jangan terlalu percaya apa kata-kata Mira. Dia sedang diliputi api cemburu.”Lela tidak menggubris anaknya itu. Dia menghampiri menantunya yang bersimpuh di lantai.“Apa yang terjadi, Mira?!” Tanya Lela.Mira menghapus air mata yang membasahi pipinya. Dia berusaha bangkit dan menyeret pel
PRAK!Beberapa lembaran kertas menyentuh keras permukaan meja. Sementara itu, Mira hanya menatap dengan sinis.“Itu adalah dokumen kesepakatan perceraian kita yang harus kamu tanda tangani,” ucap Bima dingin.Mira menatap suaminya dengan sorot yang tajam. “Kesepakatan? Kamu bahkan enggak mendiskusikannya denganku sama sekali, Mas. Apa itu masih bisa dibilang kesepakatan?”“Sudahlah. Jangan banyak omong. Tinggal tanda tangani saja, maka kamu akan mendapatkan keinginanmu. Bercerai dariku dan menjanda. Benar kan?” Sudut dagu Bima menengadah ke atas.Lantas, Mira menyambar kertas-kertas itu dan membacanya dengan seksama. Sontak keningnya mengernyit dalam begitu mendapati poin-poin yang dibuat B
“Van, kurasa pemberianmu tadi itu agak berlebihan,” Bima menukas dari balik kemudi.Vania memamerkan senyumannya yang lebar seraya menyunggingkan dagunya tinggi-tinggi. “Yah, sebenarnya aku agak tekor sih membelikan mereka perhiasan mahal seperti itu. Tapi yang penting rencanaku berhasil. Kamu lihat sendiri kan mata mereka langsung berbinar-binar saat melihatnya?”“I-iya sih,” Bima mengusap-usap tengkuknya dengan satu tangan.“Nah, sekarang tugasmu adalah merencanakan makan malam kita dengan ibumu serta Rika,” Vania mengatupkan kedua tangannya dengan riang.“Yah, baiklah. Tapi…”Kedua alis Vania langsung beradu seraya menatap Bima heran. “Tapi kenapa?”Bima nampak terdiam sesaat. “Perhiasan-perhiasan itu kan cukup mahal. Kurasa aku enggak bisa menggantikannya dalam waktu dekat.”“Astaga, Bima! Aku enggak memintamu untuk menggantikan hadiah itu. Jadi, kamu tenang aja, oke?” Vania menjulurkan tangannya dan mengusap pelan dagu Bima.Sontak Bima langsung bernapas lega. Jujur, dia tidak in
Setelah tiga kali sidang, akhirnya ketuk palu hakim memutuskan bahwa Bima dan Mira resmi bercerai.Hakim memutuskan hak asuh anak mereka jatuh sepenuhnya pada Mira dan Bima wajib menafkahi Kiran sebesar lima juta rupiah setiap bulannya.Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, pandangan Bima dan Mira saling beradu. Wajah sumringah Bima nampak terpancar sementara Mira sendiri lebih merasa lega karena sudah lepas dari lelaki brengsek itu.Sambil melangkah pelan, Mira menuju ke pekarangan depan pengadilan tinggi agama. Di luar dia melihat banyak orang-orang yang mengantri untuk mendaftarkan perceraian. Sebenarnya dia miris dengan pemandangan itu, tapi dirinya sendiri juga bercerai.Mira menarik napasnya dalam-dalam. Embusan angin menyapu dahinya, memberikan sedikit kesejukan baginya. Sambil menunggu Bella yang akan datang menjemputnya, dia memandangi punggung Bima dari kejauhan.“Bahkan dia enggak menoleh sama sekali padaku,” gumam Mira dalam hati.Sebuah SUV hitam melipir di depan Bima.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Mira bergegas pergi ke toko kue. Dia ingin membelikan Bima keik coklat kesukaannya sebagai permintaan maaf.Sepanjang perjalanan ke toko kue, pikiran Mira berkecamuk. Dia memang mencintai Bima tapi haruskah dia memberikan hal yang berharga pada dirinya ke Bima, padahal mereka kan belum menikah? Namun, saat Mira hendak ke kosannya Bima, hujan keburu turun. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan kembali pulang kosan.Begitu sampai di kosan, Mira berusaha menghubungi Bima. Namun teleponnya tidak diangkat dan pesannya yang bertubi-tubi itu tidak dibalas sama sekali.Mira lantas menghempaskan tubuhnya di ranjang. Matanya menengadah ke langit-langit kamarnya. Selama ini, Bima bersikap manis dan baik padanya. Pria itu selalu menjaganya dan memberikan rasa nyaman.Tapi akhir-akhir ini Bima memang sering minta macam-macam. Dari ciuman bibir yang liar sampai meraba-raba daerah sensitifnya. Saat mereka menonton bioskop minggu lalu, Bima sengaja mengelus paha Mira
Tengah malam, Mira terbangun. Cacing-cacing di perutnya meronta minta makan. Setelah melirik ke Kiran yang nampak tertidur pulas, Mira pun turun dari ranjang.Di dapur, dia mencari sisa sup makan malam tadi. Namun sayangnya, begitu dia membuka tutup panci, supnya habis tidak bersisa. Sambil menghela napas, tangan Mira menjangkau lemari makanan, mencari mi instan, atau apa saja yang bisa dimakan.“Astaga, Mira…” kedua mata Arianti membelalak saat mendapati anak perempuan satu-satunya itu menyantap lahap semangkuk mi yang mengepul di meja makan. “Mama pikir ada maling.”Arianti terbangun karena dia mendengar suara-suara dari arah ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Mira hanya cengengesan menanggapinya.Lantas, pandangan wanita setengah baya itu menelisik ke jejeran piring di hadapan Mira. Dia pun berkacak pinggang. “ Mir, Mama enggak salah lihat kan? Makan mi pakai nasi dan dua telur ceplok? Lalu ada segelas susu juga?”“Lapar, Ma.” tandas Mira sambil menyuapkan telur ke dalam m
Bunyi mesin kasir yang memindai barang belanjaan pembeli di depan Mira terdengar berkali-kali.“Mbak, sekalian sama minyaknya deh,” titah ibu itu saat Mira memindai barang yang terakhir.Mira pun bergegas mengambil minyak di rak yang cukup jauh dari kasir.“Eh, Mbak. Minyaknya dua,” ucap ibu itu lagi saat Mira hendak kembali ke meja kasir. Sambil menghela napas kesal, Mira terpaksa menuruti permintaan pelanggan.“Semuanya jadi 318.000 rupiah,” tukas Mira pada akhirnya.Begitu pelanggan itu menghilang dari balik pintu, Mira langsung menghampar di balik kasir. Sudah lebih dari tiga jam dia berdiri, belum lagi bolak-balik mengecek stok barang yang kosong. Apalagi hari ini pengunjung minimarket
BRAK!Telapak tangan Teguh, supervisor Bahagia Mart, menghantam dasar meja yang keras. Bibirnya melengkung ke bawah dengan garis dahi yang mengerut dalam.“Bulan ini kita minus tiga juta!” Suaranya menggelegar. “Gimana sih kerja kalian?! Kalau minus begini konsekuensinya kalian yang harus ganti rugi!”Joni, Lilis dan Mira hanya tertunduk pasrah.“Kayaknya banyak barang yang diambil diam-diam sama pelanggan, Pak,” Joni angkat bicara.“Ya kalian awasi dong! Kalian kan punya mata! Lagian sering-seringlah cek CCTV!” Pekik Teguh lagi.“Sebenarnya, Pak. Beberapa hari lalu, Joni melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian,” uc