KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU16. Rengga Cemburu! (Bagian A)"Eh, maaf. Benar kan ini Keysa?" ulang lelaki itu lagi.Aku pun beranjak berdiri. Menyudahi aksi drama kali ini, agar tak terlihat lebay seperti di telenovela kebanyakan."Iya, Mas. Ini aku Keysa! Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja!" sahutku dengan tenang. "Periksa klinik kandungan? Atau?" tanya lelaki yang tak asing di depanku ini."Iya, istriku diduga sedang hamil. Jadi, kami mau ke klinik kandungan. Kamu dokternya?" Suara itu, berasal dari Mas Rengga, yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingku dengan wajah tak bersahabat."Hai, Rengga. Apa kabar?" tanyanya yang bahkan masih dengan gaya sopan dan ramahnya yang menjadi ciri khas sejak dulu kala. Dialah Mas Alif, mantan kekasihku semenjak duduk di bangku putih abu-abu dulu. Lelaki yang berada di kisah masa lalu."Alhamdulillah, baik. Kamu belum jawab pertanyaan ku loh, Lif. Kamu dokternya?" tanya Mas Rengga lagi."Eh, bukan. Kebetulan aku
17. Rengga Cemburu! (Bagian B)Sehingga waktu berkualitas kami menjadi berkurang dan membuatku lebih banyak di kampus dan rumah. Serta setumpuk kegiatan lainnya yang akhirnya sanggup tak memikirkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Seperti, profesi Mas Alif sekarang ini. Aku juga tidak menyangka dia berprofesi menjadi dokter spesialis anak."Halah, buktinya sekarang itu melamun. Flashback terus!" katanya seraya mengibaskan tangan ke depan wajah."Mas, jangan gitu! Berhenti untuk bersikap kekanakan lah. Malu! Kalau nanti istrinya dengar atau curiga bagaimana? Padahal kita nggak ada hubungan apa pun!" sahutku dengan kesal. Jujur saja, aku sudah malas berdebat dengannya. Apalagi, ku tahu jika Liona, istri Mas Alif begitu mudah curiga dan tipe wanita pencemburu. Aku hanya tidak ingin, semua kesalahpahaman ini malah menjadi malapetaka untuk kehidupan rumah tangganya."Kalian ini meributkan apa toh? Dari tadi sahut-sahutan udah kayak rombongan soang!" ucap Ibu dengan suara yang cukup keras.
18. Rengga Cemburu! (Bagian C)Tak lama kemudian, Dokter Rena memeriksa tekanan darahku, berat badan, tinggi badan dan juga seputar pertanyaan dasar lainnya. Hingga beberapa menit kemudian, barulah aku disuruh rebahan di atas brankar dengan alat komputer dan alat medis berupa pendeteksi lainnya."Bismillahirrahmanirrahim ... kita cek sekarang, ya!" Dokter Rena pun mulai menyingkap atasan pakaianku, Suster pun membantu mengoleskan gel untuk kemudian diratakan ke seluruh permukaan perutku. Sensasi dingin pun mulai ku rasakan.Dokter Rena tampak serius menatap ke layar komputer yang berada di depannya."Gimana, Dok? Kelihatan janin nya? Sudah berapa bulan, Dok?" tanya Ibu bertubi-tubi. Wajahnya begitu terlihat antusias. Sedangkan aku? Tak bisa ku lukiskan perasaan ini. Rasanya deg degan dan bingung tak karuan."Dok, kok lama? Apa sudah kelihatan sekarang sebesar apa jabang bayi? Kok layar nya hitam semua itu!" tunjuk Ibu yang kini berdiri di samping Dokter."Maaf, Bu Keysa. Apa sebelumn
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKUBab 9Tantangan untuk Risa!"Garisnya satu berwarna merah. Itu berarti, Bu Keysa saat ini belum bisa dikatakan positif hamil. Mungkin, keluhan yang terjadi bisa saja masuk angin, gejala asam lambung atau bisa jadi kecapekan. Bu Keysa memerlukan waktu istirahat yang cukup dan juga pola makan dan pola hidup yang baik! Tapi, tidak ada salahnya juga, jika memang dalam waktu dua minggu ke depan, Bu Keysa tidak mengalami tanda-tanda akan menstruasi. Ibu bisa kembali memeriksakan, nanti saya coba dengan metode USG transvaginal! Nggak papa, selamat mencoba, ya! Semangat!" ujar Dokter Rena yang kini menatapku dengan senyum hangat."Coba itu di tes lagi, aja, Dok! Kemungkinan alatnya yang salah! Saya sebagai calon Eyang Putri kok merasakan aura berbeda. Saya yakin itu mantu saya hamil. Ada calon cucu di perutnya!" ujar Ibu dengan penuh penekanan."Bu, kan tadi sudah dua kali dilakukan pemeriksaan. Nggak mungkin seorang dokter salah menganalisa. Ayo, Bu, kita p
20. Tantangan untuk Risa! (Bagian B)"Iya-iya!" seru Mas Rengga langsung bangkit berdiri. Dia pun menoleh ke arahku. "Ayo, Key!" katanya seraya mengulurkan tangan.Aku hanya mengangguk singkat, demi Ibu aku mau periksa, untuk menghormati perhatiannya yang sudah dia curahkan padaku. Ibu memang baik, walaupun selalu menuntunku untuk lekas mempunyai anak.Tanpa menghiraukan uluran tangan dari Mas Rengga, aku pun berjalan mendahuluinya. "Keysa tinggal periksa dulu, Bu!" pamitku pada Ibu yang sedang memijat kepalanya seraya bersandar di kursi tempatnya menunggu."Iya, sana!" balasnya datar. Aku jadi kasihan sama Ibu. Jujur, aku jadi kepikiran lagi. Aku tidak tega dengan Ibu yang selalu saja mengharapkan kehadiran cucu di antara kami. Tapi, melihat kondisi rumah tanggaku yang seperti ini. Aku jadi ragu, untuk memberinya cucu seperti yang diinginkan.Kami pun berjalan beriringan, menuju ke loket administrasi di lantai bawah. Sekaligus untuk melakukan pemeriksaan, karena dokter umum berada d
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU21. Tamu Spesial! (Bagian A)"Loh, Key! Pagi-pagi kok kamu sudah sibuk di dapur. Apa nggak sebaiknya istirahat?" tanya Ibu yang kini menghampiriku dengan wajah penasaran. Seperti biasa, kipas tangan selalu bertengger manis di tangannya. Padahal, rumahku sudah terasa sejuk dengan suhu AC 26°C di setiap ruangan."Eh, iya! Mumpung Ibu ada di sini, aku pengen masakin sayur asam sama pepes ikan kesukaan Ibu. Untuk sarapan kita pagi ini!" jawabku seraya tersenyum. Tangan ini begitu lincah memasukkan timun, kubis, kacang panjang dan kawanan sayur lainnya ke dalam panci dengan brand steincukwor yang berisi air mendidih."Seharusnya kamu banyak istirahat. Bukankah dokter kemarin menyuruhmu untuk menjaga kesehatan? Asam lambung itu bahaya, Key! Kamu ndak boleh capek-capek, kurang istirahat itu ndak baik buat kamu. Apalagi, kurang minum air putih. Kalau perlu, kegiatan di luar selain mengajar itu dikurangi dulu. Ibu ndak mau loh, kondisimu semakin parah nanti.
22. Tamu Spesial! (Bagian B)Kami larut dalam keasyikan mengolah makanan. Hingga tak terasa waktu pun sudah siang. Hari ini aku ada kelas yang harus diberikan materi selama kurang lebih dua jam, tiga jam lah jika dihitung dengan jarak pulang-perginya juga.Mas Rengga memaksaku untuk mengantar jemput. Karena tak enak menolak dan dipaksa juga oleh Ibu, jadilah aku menurut saja. Untuk hari ini, aku akui bahwa Mas Rengga sukses men-treat-ku like a Queen.Seperti pasangan bucin yang biasanya muncul di sosial media sebagai trending topik. Hanya saja, jika dia melakukannya jauh sebelum aku mencium aroma perdustaan yang dia berikan, tentu dengan senang hati ... aku pasti merasa menjadi seorang wanita yang paling beruntung di dunia. Tapi, jika sekarang? Yang ada malah muak tak berkesudahan.Aku tak tahu, apa yang dilakukan Mas Rengga selama aku mengajar di kampus. Yang jelas, mobil masih tetap di posisi semula saat aku selesai mengajar dan menghampirinya di parkiran kampus. Dengan pakaian dan
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU23. Penolakan dari Ibu! (Bagian A)"Penyanyi dangdut? Awas, modus penipuan sepertinya, Key!" timpal Bapak dengan wajah panik."Tunggu, biar Keysa yang coba lihat!" sahutku mengangguk mantap. Dengan langkah terburu, aku melihat ke depan. Bisa ku tengok dari jendela, ternyata Risa dan beberapa antek-nya sedang celingukan di depan rumahku."Astaghfirullahaladzim. Kenapa aku bisa lupa kalau sudah janjian dengannya hari ini. Tapi kan aku bilang malam, kenapa dia terburu-buru datang di kala senja begini? Aku jadi bingung, mana ada Bapak dan Ibu juga di dalam. Apa sebaiknya aku biarkan dia masuk? Atau bagaimana?" racauku dengan suara lirih. Sedangkan, aku sendiri. Bisa-bisanya lupa karena keasyikan mengobrol dan menyambut kedatangan orang tuaku hari ini, hingga sama sekali tak ingat jika aku menyuruh Risa untuk datang ke mari.Rupanya, dia benar-benar tinggi sekali nyalinya. Dia tak tahu berhadapan dengan siapa? Jika dia merasa menjadi gundik kelas kakap, m