KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU30. Tingkah Gila Risa! (Bagian A)"Pelan-pelan! Ini minum!" ujarku seraya menyodorkan segelas air putih padanya. Risa dengan cekatan langsung menenggaknya hingga tandas. Rupanya dia terkena mental serangan yang bertubi-tubi dari keluarga kami. Ini masih keluarga kecil, belum lagi dengan keluarga besar Ibu nantinya? Hahaha. Aku jadi ingin tertawa terus."Kamu kenapa, toh? Kok ndak ati-ati?" tanya Ibu mertua. Wajahnya dengan penuh selidik mengarah tajam ke arah Risa yang kini hanya menggeleng lemah. Dia mengusap bibirnya dengan tisu, lalu menggenggamnya erat. Mungkin wanita itu sedang dilanda emosi tingkat tinggi. Entahlah."Nggak, saya nggak papa!" sahut Risa dengan wajah menunduk. Sepertinya dia malas untuk menyahut, atau mungkin saja tak punya nyali karena seperti terkepung. "Terus terus? Masak nggak diberikan kelonggaran atau toleransi, Bu?" tanyaku semakin antusias. Aku begitu ingin Ibu mertua memberikan penjelasan. Setidaknya, agar hal itu b
31. Tingkah Gila Risa! (Bagian B)"Apa, tuh?" tukasku dengan cekatan."Ibu kan punya itu penjara bawah tanah di Keraton. Nah, Ibu akan taruh itu wanita yang ndak tahu malu di sana. Biar kan dia ndak usah dikasih makan. Atau paling ndak, ya, dikasih lah sehari sekali saja, sepiring cukup. Biarkan dia menjadi kurus kering. Biarkan juga dia itu tidur berselimut dingin dan gelapnya malam. Apalagi ditemani dengan tikus dan kawan-kawannya. Atau mungkin kalau si wanita itu memang bertindak di luar batas, ya, mungkin Ibu juga bisa bertindak di luar batas serta. Nanti, setelah kurang lebih 3 bulan diperlakukan seperti itu di bawah tanah. Barulah Ibu akan memanggil penghulu untuk menikahkan mereka. Itu saja jika pihak lelaki nya masih mau!" sahut Ibu dengan wajah tenang."Wah, sekarang giliran saya yang ngeri, Besan! Hebat, ya. Ternyata Besan sudah ancang-ancang mempersiapkan kemungkinan terburuknya untuk keluarga Ningrat. Salut!" seru Ibuku seraya bertepuk tangan kecil.Sedangkan Ibu mertua, h
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU32. Ultimatum Ibu Mertua! (Bagian A)"Maksud kamu apa?" tanya Ibu mertua dengan wajah kaget. Terlebih lagi, dengan Ibuku yang kini hanya melongo. Sedangkan Bapak, menatap Risa dengan pandangan seolah membunuh. Aku tahu, pasti Bapak tidak rela jika anak perempuan satu-satunya yang dia miliki harus tersakiti. Melihat Risa yang ditatap seperti itu oleh cinta pertamaku, cukup membuat hati ini merasa senang. Risa memang pantas untuk diperlakukan sebagaimana mestinya."Jelaskan saja semuanya! Aku yakin kok, Ibu mertua ku yang baik hati ini pasti akan menerima!" sahutku dengan wajah tenang. Aku tidak akan pernah menunjukkan wajah untuk takut kehilangan. Bisa naik percaya dirinya jika sampai aku terlihat lemah! Dan aku tak suka itu! Jadi, sebisa mungkin aku harus terlihat tegar, kuat, tak tertandingi dan tegas.Aku harus bisa menunjukkan bahwa dia tidak akan bisa menindas ku, walaupun dengan jaminan dan iming-iming harta miliknya yang melimpah ruah."Kamu
33. Ultimatum Ibu Mertua! (Bagian B)Ibu mertua, hanya menyimak dengan wajah yang sulit untuk ku artikan. Karena sampai saat ini pun, aku tidak bisa menyelami isi pikiran apalagi isi hati darinya."Benar kok, Bu. Aku sama sekali nggak masalah, ataupun keberatan. Sistem hidup berumah tangga dengan Keysa itu mudah. Aku nggak pernah takut kehilangan lelaki yang nggak setia. Karena aku pun nggak akan meninggalkan pria-ku dalam kondisi apapun dan bagaimanapun keadaannya. Asalkan ... dia tidak mencintai yang lain. Sekali saja, dia berani menghadirkan wanita lain dalam rumah tangga kita. Maka, itu berarti tandanya aku disuruh pergi saat itu juga. Selesai. Karena bicara tentang setia atau tidaknya seseorang, itu semua tergantung karakter dan prinsip orang itu sendiri. Jadi, sudah tidak perlu lagi untuk ditanyakan kenapa alasannya, bagaimana bisa, atau bahkan bertanya tentang pendapatnya hingga terkadang menimbulkan perdebatan. Apalagi, berusaha untuk menyalahkan diri. Insecure karena merasa k
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU34. Apa yang Ibu bicarakan? (Bagian A)"Terima kasih banyak, Risa. Semoga kau mau datang lagi ke rumahku untuk bersilaturahmi! Bagaimana dengan malam ini? Sungguh malam yang begitu asyik dan seru untuk dinikmati, bukan?" tanyaku seraya melipat tangan ke depan dada. Tak lupa, aku menampilkan senyum terbaik yang pernah kumiliki."Jangan tersenyum terlalu yakin begitu. Boleh jadi sekarang kamu sedang bahagia menikmati masa indahmu! Tapi, jangan salah! Hidup tak semulus lantai rumahmu, Mbak! Tunggu aja, aku nggak akan membiarkan kamu menang! Jangan terlalu percaya diri juga, aku hanya sedang mengalah sekarang! Kita tunggu saja nanti, siapa yang pantas menyandang gelar menantu untuk keluarga Sastrowijoyo!" ujar Risa seraya menjentikkan jarinya yang dipoles kuteks berwarna bening dengan glitter emas di atasnya. "Oke! Dengan senang hati akan ku tunggu. Cepat lah pulang, mandi lalu beristirahat! Jangan lupa untuk minum susu hangat campur jahe, agar tidurmu b
35. Apa yang Ibu bicarakan? (Bagian B)Kalimat dan tatanan bahasa yang dia ucapkan sungguh tidak dapat ku mengerti, karena mungkin saja dia sedang salah tingkah. Karena saat ini sedang dipandang begitu lekat oleh cinta pertamaku."Sudah-sudah, kenapa jadi membahas dan berdebat hal yang tidak penting begini? Ya sudah, ayo, Pak! Kita pamit pulang. Bukannya tadi Bapak bilang orangnya sudah dalam perjalanan, ya? Ndak enak nanti kalau orang yang udah janjian ketemu sama kita, malah menunggu lebih lama. Biasakan untuk tepat waktu jika sudah mempunyai janji dengan seseorang!" timpal Ibu seraya beranjak dari tempatnya duduk. Ibuku itu pun bergegas mengambil piring-piring kotor yang sudah terkumpul untuk dibawa ke wastafel, sehingga tiba-tiba saja ibu mertuaku pun melarangnya."Sudah, Besan. Taruh saja itu ke atas wastafel. Ndak usah dicuci, biar nanti saya yang akan menyelesaikan. Lagipula saya juga tidak capek dan tidak ada keperluan apa-apa. Sudah, cepat sana temui orangnya. Bener kata Bes
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU36. Ancaman! (Bagian A)"Tolong matikan dulu ponsel mu itu, Rengga! Karena ucapan Ibu ini nanti begitu serius, sehingga kalian berdua harus menyimak dengan baik-baik! Ini juga akan menyangkut harga diri Ibu sebagai penerus dari generasi ningrat yang sudah disematkan oleh nenek moyang. Jadi, tidak bisa kalian abaikan begitu saja!" kata Ibu mertua seraya melotot ke arah Mas Rengga. Tumben! Biasanya Ibu selalu memanggil suamiku dengan sebutan 'Le' atau kadang Raden Mas. Namun, sungguh berbeda dengan kali ini karena Ibu hanya memanggil dengan sebutan Rengga saja. Hal itu malah membuatku penasaran sekaligus ketar-ketir karena tak biasanya."Nggeh, Bu!" sahut Mas Rangga dengan tegas. Dia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celana yang dia kenakan. Aku hanya meliriknya sekilas, biasanya dia akan menyuruhku untuk meletakkan ponsel itu di atas meja atau di mana saja sesukaku menyimpannya. Namun, berbeda dengan kedatangannya kali ini. Dia lebih suka memeg
37. Ancaman! (Bagian B)"Loh, kok Ibu malah nyambung ke halal dan haram? Memangnya makanan hehe!" celetuk Mas Rengga seraya cengengesan, seolah Ibu tengah mempertontonkan sebuah dagelan. Aku pun mengernyitkan kening, merasa heran dengan sikap Mas Rangga. Karena memang tidak ada hal yang lucu di pembicaraan kami kali ini, bahkan menurutku ... Ibu sedang serius membicarakan sesuatu, terlihat dari wajahnya yang tegang!"Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu?" tanya Ibu seraya menaikkan satu alis. Dia menatap suamiku dengan tajam."Eh, nggak, Bu. Maaf, Rengga pikir ya, kan, kita sedang bahas bahagia. Kok rasanya aneh, tiba-tiba nyambung ke barang haram dan halal!" sahut Mas Rengga sembari tersenyum. Sempat-sempatnya, dia memamerkan barisan gigi di saat kondisi serius begini. Aku tak habis pikir."Karena semuanya ini nanti akan saling berkesinambungan. Sekarang Ibu mau tanya, tolong kalian pikirkan baik-baik! Apa bedanya seseorang yang mengatakan daging babi haram untuk dimakan, tapi mal