KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU38. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian A)“Apa bagaimana maksud kamu, Key? Jangan ngada-ngada, deh, kamu! Suka sembarangan kalau ngomong!" ujar Mas Rengga yang malah melotot kan bola matanya ke arahku. Aku pun hanya tersenyum miring, sedangkan Ibu kini seakan minta jawaban atas seruanku baru saja."Apa maksudnya, Key?" tanya Ibu ikut-ikutan kaget. Hampir saja Ibu terlonjak karena kaget."Ada niatan mungkin, Bu. Maksud aku!" sahutku dengan wajah tenang. Belum, aku rasa belum saatnya membongkar dan memberitahu Ibu. Karena aku sendiri pun tidak bisa menjamin, apa yang akan terjadi pada kehidupan ku selanjutnya. Lagi pula, aku sendiri juga belum mendapatkan bukti yang valid atas kedekatan Mas Rengga dengan Risa. Sejauh ini hanya bukti pesan singkat yang dikirimkan Risa kepada Mas Rengga, juga pengakuan darinya secara terang-terangan. Untuk bukti dari Mas Rengga sendiri pun, aku belum menemukan apa-apa. Jadi, setidaknya aku harus sabar dan menunggu
39. Telepon di saat yang tak tepat! (Bagian B)"Eh, nggak, Bu. Keysa lanjut menyimak!" tugasku cepat."Iya, sekali lagi Ibu tekankan ... bahwa nikmat kepuasan yang sesungguhnya itu adalah, nikmat milik mereka yang halal. Karena yang halal, dalam pemenuhannya akan mendapat ridho dan pahala dari Allah subhanahu wa ta'ala. Jangan salah, lho! Di dalam kemaluan kalian masing-masing itu ada sedekah dan juga pahala. Jadi, jangan ragu, untuk menempuh ibadah dengan niat mencari pahala sebanyak-banyaknya!" kata Ibu seraya menyeringai."Iya, Bu!" sahut Mas Rengga seraya menggigit bibir bawahnya."Tapi, Bu ... jika di dalam kemaluan istri sah, isinya pahala? Lalu, di dalam kemaluan pelakor isinya apa?" tanyaku yang kini memasang wajah polos."Keysa! Ada-ada saja kamu ini yang ditanyakan!" seru Mas Rengga berusaha menegurku."Lah, apa, sih? Aku kan hanya bertanya karena memang nggak tahu!" balasku sembari mengedikkan bahu."Di dalam istri sah, isinya pahala. Kalau di dalam kemaluan pelakor ... t
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU40. Tangisan Ibu! (Bagian A)"Kenapa malah bengong begitu? Ayo, cepat angkat! Keburu nanti temanmu itu tidak sabar, loh!" kata Ibu seraya mengacungkan tangannya ke wajah Mas Rengga. Matanya menyorot dengan tajam, dia terlihat memicingkan mata beberapa kali, untuk memastikan bahwa Mas Rengga mau menuruti perintahnya dengan segera."Nggak kok, Bu. Nggak apa-apa. Nanti jika memang dia perlu sesuatu, atau mungkin ada keperluan yang mendesak juga dia akan menelepon kembali!" sahut Mas Rengga sembari menutupi kegugupannya. Sebagai seorang istri yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini, membuatku paham bahwa suamiku itu kini tengah terlihat khawatir. Wajahnya yang terlihat gugup, matanya yang seakan memandang dengan tatapan kosong, hidungnya yang kembang kempis seolah sedang menunggu satu kabar dari seseorang. Serta bibirnya yang terkadang dia gigit dengan singkat, dan berkomat-kamit seperti mengucapkan kalimat tertentu. Mas Rengga benar-benar
41. Tangisan Ibu! (Bagian B)"Atau mungkin saja aturan dan juga ketetapan terbaru untuk abdi negara itu berubah? Sehingga Ibu belum mengikuti perkembangannya?" tanya Ibu dengan wajah yang begitu penasaran. Dan Mas Rengga pun hanya menjawab dengan senyuman yang begitu tipis."Please, Ibu. Rengga mohon, hargailah privasi dan juga keputusan Rengga kali ini, karena ini semua menyangkut perihal pekerjaan. Jadi Rengga mohon maaf, kalau harus menerima panggilan telepon di luar. Siapa tahu ada sesuatu hal yang penting, yang memang tidak boleh diberikan atau dibocorkan kepada orang lain tentang informasi tersebut. Karena memang, biasanya pun, jika ada pemberitahuan mendadak seperti ini. Maka itu tandanya ada beberapa informasi yang begitu penting dan bisa jadi ... perlu untuk dilindungi!" kata suamiku dengan nada tegas. Sembari berlari kecil, Mas Rengga pun meninggalkan kami dengan segudang pertanyaan. Ibu pun mendelik, baru saja dia hendak berdiri karena menyusul Mas Rengga. Namun, dengan c
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU42. Rencana Keysa (Bagian A)Setelah mengantarkan Ibu ke kamar agar dirinya bisa beristirahat, aku bergegas masuk ke dalam kamarku sendiri. Ruangan dengan wallpaper batu-bata berwarna terracotta ini cukup membuatku merasa sedikit tenang. Aku memikirkan kembali semua kata-kata Ibu. Memang, jika dilihat dari gaya bicara dan juga gerak-geriknya beberapa waktu ini, Ibu sepertinya sedang mencoba menutupi sesuatu. Tapi, entahlah. Aku sendiri tidak ingin menerka-nerka. Ku ambil infused water di atas meja riasku. Aku memang rutin mengonsumsi minuman sehat dan menyegarkan itu, setidaknya dua kali dalam sehari. Agar tidak lupa, aku selalu mempersiapkan nya setiap pagi, lalu meletakkan sebagian di atas meja rias. Segera saja kutenggak hingga hampir setengah. Aku memilih duduk di sisi ranjang, sembari menghabiskan air resapan buah lemon dan jeruk nipis yang kini tinggal sedikit. Semenjak aku mendonorkan satu ginjal sebelah kiri untuk Mas Rengga, aku diwajibk
43. Rencana Keysa (Bagian B)Dia menatap wajahku dengan lekat. Ponselnya pun dia letakkan di samping tangan kanannya. Sedangkan posisiku saat ini, berada di samping kirinya."Kenapa kamu nggak ngajak Risa? Kenapa harus aku?" tanyaku dengan nada malas. "Aneh kamu! Istriku kan kamu, bukan Risa. Kenapa nyambung ke sana, sih? Kamu dosa loh, jika menuduhku terus-terusan! Apalagi, tuduhan mu itu tidak berdasar. Kamu tidak mempunyai bukti untuk mengatakan hal itu padaku!" kata Mas Rengga dengan nada sengit."Tak berdasar? Kenapa kamu bilang tak berdasar di saat wanita itu mengakuinya secara terang-terangan? Bahkan, dia dengan percaya dirinya hadir memenuhi undangan makan malam ku. Apa kamu tahu, Mas? Apa tujuan dia datang ke sini?" tanyaku memandang wajah Mas Rengga dengan sinis. Aku masih duduk di tepian ranjang saat kulihat Mas Rengga malah melengos dariku."Sudah pasti kamu ingin membuat keributan antara aku, Risa dan juga Ibu. Benar bukan? Aku sendiri nggak paham. Apa sebenarnya yang ad
44. Rencana Keysa (Bagian C)"Mas! Masa iya, seorang raja laut kelaminnya busuk? Malu dong, ya, kalau sampai berita ini terdengar di seantero kota. Eh, bahkan tembus hingga satu negara dan jadi viral?" ujarku dengan wajah sedih yang memang sengaja dibuat-buat."Keysa, jangan kurang ajar kamu, ya! Kalau kamu memang speak-up masalah ini hingga ke atasan. Kamu pasti juga akan malu dan hancur! Jadi, sebaiknya pikirkan juga karirmu yang sudah kamu bangun mati-matian untuk bertahan hidup itu! Jangan sok!" katanya dengan senyum meremehkan."Ah, takut, dong! Aku sih, nggak masalah ya. Mau hancur pun, aku masih bisa bangkit lagi. Eh, atau bahkan setelah kasus ini terkuak nanti. Aku bahkan bisa menjadi semakin viral, lalu diundang untuk acara wetube, podcast ah atau bahkan ... aku ditawari untuk menjadi bintang iklan dengan gaji menggiurkan. Ya ampun, aku baru saja mencium aroma cuan yang akan datang membanjiri isi rekeningku nantinya. Aku sih, hanya cukup berdrama. Menangis bahkan jika perlu s
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU45. Simpanan misterius! (Bagian A)"Keysa ... please!" ujar Mas Rengga dengan wajah mengiba. Aku tak peduli, dengan satu kali hentakan aku memalingkan tubuh untuk membelakanginya saat ini. Dengan lembut Mas Rengga mencolek pundakku. "Key, Mas minta maaf, ya! Sungguh, nggak ada maksud buat kasar ke kamu kok! Maafin ya, Key? Nggak enak nanti didengar Ibu. Jangan sampai Ibu berpikir yang tidak-tidak. Kita harus terlihat harmonis dan baik-baik saja di depannya! Key, ayolah ... bantu aku!" Mas Rengga masih saja menjawil pundakku beberapa kali. Aku hanya menanggapinya dengan bergumam."Key, please dong! Ayolah, datang ya ke acara giat besok. Please jangan bikin nahkoda mu ini malu, Key!" ujar Mas Rengga yang membuatku penasaran seketika.Malu? Kenapa harus malu?Aku pun membalikkan tubuh untuk menghadap ke arahnya. Kutatap wajahnya dengan pandangan datar. "Kenapa harus malu sih, Mas? Apa hubungannya kemaluan mu dengan kehadiran diriku besok?" tanyaku deng