KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU40. Tangisan Ibu! (Bagian A)"Kenapa malah bengong begitu? Ayo, cepat angkat! Keburu nanti temanmu itu tidak sabar, loh!" kata Ibu seraya mengacungkan tangannya ke wajah Mas Rengga. Matanya menyorot dengan tajam, dia terlihat memicingkan mata beberapa kali, untuk memastikan bahwa Mas Rengga mau menuruti perintahnya dengan segera."Nggak kok, Bu. Nggak apa-apa. Nanti jika memang dia perlu sesuatu, atau mungkin ada keperluan yang mendesak juga dia akan menelepon kembali!" sahut Mas Rengga sembari menutupi kegugupannya. Sebagai seorang istri yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini, membuatku paham bahwa suamiku itu kini tengah terlihat khawatir. Wajahnya yang terlihat gugup, matanya yang seakan memandang dengan tatapan kosong, hidungnya yang kembang kempis seolah sedang menunggu satu kabar dari seseorang. Serta bibirnya yang terkadang dia gigit dengan singkat, dan berkomat-kamit seperti mengucapkan kalimat tertentu. Mas Rengga benar-benar
41. Tangisan Ibu! (Bagian B)"Atau mungkin saja aturan dan juga ketetapan terbaru untuk abdi negara itu berubah? Sehingga Ibu belum mengikuti perkembangannya?" tanya Ibu dengan wajah yang begitu penasaran. Dan Mas Rengga pun hanya menjawab dengan senyuman yang begitu tipis."Please, Ibu. Rengga mohon, hargailah privasi dan juga keputusan Rengga kali ini, karena ini semua menyangkut perihal pekerjaan. Jadi Rengga mohon maaf, kalau harus menerima panggilan telepon di luar. Siapa tahu ada sesuatu hal yang penting, yang memang tidak boleh diberikan atau dibocorkan kepada orang lain tentang informasi tersebut. Karena memang, biasanya pun, jika ada pemberitahuan mendadak seperti ini. Maka itu tandanya ada beberapa informasi yang begitu penting dan bisa jadi ... perlu untuk dilindungi!" kata suamiku dengan nada tegas. Sembari berlari kecil, Mas Rengga pun meninggalkan kami dengan segudang pertanyaan. Ibu pun mendelik, baru saja dia hendak berdiri karena menyusul Mas Rengga. Namun, dengan c
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU42. Rencana Keysa (Bagian A)Setelah mengantarkan Ibu ke kamar agar dirinya bisa beristirahat, aku bergegas masuk ke dalam kamarku sendiri. Ruangan dengan wallpaper batu-bata berwarna terracotta ini cukup membuatku merasa sedikit tenang. Aku memikirkan kembali semua kata-kata Ibu. Memang, jika dilihat dari gaya bicara dan juga gerak-geriknya beberapa waktu ini, Ibu sepertinya sedang mencoba menutupi sesuatu. Tapi, entahlah. Aku sendiri tidak ingin menerka-nerka. Ku ambil infused water di atas meja riasku. Aku memang rutin mengonsumsi minuman sehat dan menyegarkan itu, setidaknya dua kali dalam sehari. Agar tidak lupa, aku selalu mempersiapkan nya setiap pagi, lalu meletakkan sebagian di atas meja rias. Segera saja kutenggak hingga hampir setengah. Aku memilih duduk di sisi ranjang, sembari menghabiskan air resapan buah lemon dan jeruk nipis yang kini tinggal sedikit. Semenjak aku mendonorkan satu ginjal sebelah kiri untuk Mas Rengga, aku diwajibk
43. Rencana Keysa (Bagian B)Dia menatap wajahku dengan lekat. Ponselnya pun dia letakkan di samping tangan kanannya. Sedangkan posisiku saat ini, berada di samping kirinya."Kenapa kamu nggak ngajak Risa? Kenapa harus aku?" tanyaku dengan nada malas. "Aneh kamu! Istriku kan kamu, bukan Risa. Kenapa nyambung ke sana, sih? Kamu dosa loh, jika menuduhku terus-terusan! Apalagi, tuduhan mu itu tidak berdasar. Kamu tidak mempunyai bukti untuk mengatakan hal itu padaku!" kata Mas Rengga dengan nada sengit."Tak berdasar? Kenapa kamu bilang tak berdasar di saat wanita itu mengakuinya secara terang-terangan? Bahkan, dia dengan percaya dirinya hadir memenuhi undangan makan malam ku. Apa kamu tahu, Mas? Apa tujuan dia datang ke sini?" tanyaku memandang wajah Mas Rengga dengan sinis. Aku masih duduk di tepian ranjang saat kulihat Mas Rengga malah melengos dariku."Sudah pasti kamu ingin membuat keributan antara aku, Risa dan juga Ibu. Benar bukan? Aku sendiri nggak paham. Apa sebenarnya yang ad
44. Rencana Keysa (Bagian C)"Mas! Masa iya, seorang raja laut kelaminnya busuk? Malu dong, ya, kalau sampai berita ini terdengar di seantero kota. Eh, bahkan tembus hingga satu negara dan jadi viral?" ujarku dengan wajah sedih yang memang sengaja dibuat-buat."Keysa, jangan kurang ajar kamu, ya! Kalau kamu memang speak-up masalah ini hingga ke atasan. Kamu pasti juga akan malu dan hancur! Jadi, sebaiknya pikirkan juga karirmu yang sudah kamu bangun mati-matian untuk bertahan hidup itu! Jangan sok!" katanya dengan senyum meremehkan."Ah, takut, dong! Aku sih, nggak masalah ya. Mau hancur pun, aku masih bisa bangkit lagi. Eh, atau bahkan setelah kasus ini terkuak nanti. Aku bahkan bisa menjadi semakin viral, lalu diundang untuk acara wetube, podcast ah atau bahkan ... aku ditawari untuk menjadi bintang iklan dengan gaji menggiurkan. Ya ampun, aku baru saja mencium aroma cuan yang akan datang membanjiri isi rekeningku nantinya. Aku sih, hanya cukup berdrama. Menangis bahkan jika perlu s
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU45. Simpanan misterius! (Bagian A)"Keysa ... please!" ujar Mas Rengga dengan wajah mengiba. Aku tak peduli, dengan satu kali hentakan aku memalingkan tubuh untuk membelakanginya saat ini. Dengan lembut Mas Rengga mencolek pundakku. "Key, Mas minta maaf, ya! Sungguh, nggak ada maksud buat kasar ke kamu kok! Maafin ya, Key? Nggak enak nanti didengar Ibu. Jangan sampai Ibu berpikir yang tidak-tidak. Kita harus terlihat harmonis dan baik-baik saja di depannya! Key, ayolah ... bantu aku!" Mas Rengga masih saja menjawil pundakku beberapa kali. Aku hanya menanggapinya dengan bergumam."Key, please dong! Ayolah, datang ya ke acara giat besok. Please jangan bikin nahkoda mu ini malu, Key!" ujar Mas Rengga yang membuatku penasaran seketika.Malu? Kenapa harus malu?Aku pun membalikkan tubuh untuk menghadap ke arahnya. Kutatap wajahnya dengan pandangan datar. "Kenapa harus malu sih, Mas? Apa hubungannya kemaluan mu dengan kehadiran diriku besok?" tanyaku deng
46. Simpanan misterius! (Bagian B)Sungguhkah dia mempunyai uang lebih? Dari mana? Atau dapat dari ceperan harian yang aku tak pernah tahu?"Bahkan dengan nominal lima puluh juta rupiah saja aku sanggup membayarnya, Key! Katakan saja sekarang. Segera hubungi semua agency yang kau isi acaranya lusa. Setelah deal, kamu bisa memberikan nomor rekeningnya padaku. Biarkan aku yang akan menanggung semuanya. Asal kamu bisa ikut pergi denganku mengikuti giat yang akan diadakan lusa!" titah suamiku dengan wajah meyakinkan. Aku hanya mengangguk, mengiyakan semua apa yang dia ucapkan."Oke, baiklah!" sahutku akhirnya menyerah. Baiklah, tidak ada salahnya juga jika lusa aku mengikuti. Lagipula, statusku pun masih menjadi istri sahnya. Jadi, aku juga tak pantas jika menolak. Apalagi, benar yang dikatakan oleh Mas Rengga. Bahwa aku jarang sekali mengikuti kegiatan seperti itu. Semenjak Mas Rengga berlayar. Aku lebih suka mengikuti giat menggunakan zoom dan melalui virtual selama ini. Asal mampang
47. Simpanan misterius! (Bagian C)"Iya lah, sudah beres dan kelar. Jadi, kamu lusa hanya perlu ikut denganku tanpa berpikir atau terbebani dengan segala aktivitas selain itu!" jawab Mas Rengga dengan wajah enteng."Boleh aku lihat bukti transfernya?" tanyaku seraya menadahkan tangan. Mumpung ada Ibu, aku ingin membuat Mas Rengga tak berkutik dengan perintahku."Nanti saja, biar aku kirim ke We-A mu, ya!" balas Mas Rengga seraya mengibaskan tangannya ke udara."Maunya sekarang. Kelamaan dong kalau harus lihat di ponselku. Lagipula, ponselnya juga masih aku charger!" sahutku dengan wajah kesal."Berikan ponselmu kepada Keysa!" titah Ibu yang seketika membuat ku dan Mas Rengga menoleh bersamaan ke arah Ibu."Yes!" sorakku terlihat senang."Nih!" Mas Rengga pun menggeser benda pipih yang berada di atas meja itu ke arahku. Bisa kulihat wajahnya seperti tak ikhlas alias dia merelakan dengan separuh hati."Password-nya?" tanyaku seraya melayangkan ponsel ke arahnya."Sini, pakai sidik jari