46. Simpanan misterius! (Bagian B)Sungguhkah dia mempunyai uang lebih? Dari mana? Atau dapat dari ceperan harian yang aku tak pernah tahu?"Bahkan dengan nominal lima puluh juta rupiah saja aku sanggup membayarnya, Key! Katakan saja sekarang. Segera hubungi semua agency yang kau isi acaranya lusa. Setelah deal, kamu bisa memberikan nomor rekeningnya padaku. Biarkan aku yang akan menanggung semuanya. Asal kamu bisa ikut pergi denganku mengikuti giat yang akan diadakan lusa!" titah suamiku dengan wajah meyakinkan. Aku hanya mengangguk, mengiyakan semua apa yang dia ucapkan."Oke, baiklah!" sahutku akhirnya menyerah. Baiklah, tidak ada salahnya juga jika lusa aku mengikuti. Lagipula, statusku pun masih menjadi istri sahnya. Jadi, aku juga tak pantas jika menolak. Apalagi, benar yang dikatakan oleh Mas Rengga. Bahwa aku jarang sekali mengikuti kegiatan seperti itu. Semenjak Mas Rengga berlayar. Aku lebih suka mengikuti giat menggunakan zoom dan melalui virtual selama ini. Asal mampang
47. Simpanan misterius! (Bagian C)"Iya lah, sudah beres dan kelar. Jadi, kamu lusa hanya perlu ikut denganku tanpa berpikir atau terbebani dengan segala aktivitas selain itu!" jawab Mas Rengga dengan wajah enteng."Boleh aku lihat bukti transfernya?" tanyaku seraya menadahkan tangan. Mumpung ada Ibu, aku ingin membuat Mas Rengga tak berkutik dengan perintahku."Nanti saja, biar aku kirim ke We-A mu, ya!" balas Mas Rengga seraya mengibaskan tangannya ke udara."Maunya sekarang. Kelamaan dong kalau harus lihat di ponselku. Lagipula, ponselnya juga masih aku charger!" sahutku dengan wajah kesal."Berikan ponselmu kepada Keysa!" titah Ibu yang seketika membuat ku dan Mas Rengga menoleh bersamaan ke arah Ibu."Yes!" sorakku terlihat senang."Nih!" Mas Rengga pun menggeser benda pipih yang berada di atas meja itu ke arahku. Bisa kulihat wajahnya seperti tak ikhlas alias dia merelakan dengan separuh hati."Password-nya?" tanyaku seraya melayangkan ponsel ke arahnya."Sini, pakai sidik jari
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU48. Uang 150 juta! (Bagian A)"Bawa sini hp-nya! Biarkan aku saja yang akan membuka password-nya!" kata Mas Rengga seraya menadahkan tangannya ke arahku. Tentu saja aku menggeleng dengan senyum yang masih tersemat di bibirku yang seksi aduhai ini."Halah, Mas, kelamaan. Kamu, loh, hanya tinggal menyebutkan saja ... berapa kode akses dan juga password-nya. Gitu saja kok dibuat repot!" tolakku seraya mengacungkan ponsel itu ke udara. Sehingga bisa kulihat sekilas, bahwa wajah Mas Rengga sudah memerah. Seperti menahan gejolak emosi yang dia coba untuk tahan."Berapa?" ulangku lagi. Kali ini dengan suara yang cukup nyaring. Sehingga bisa kulihat bahwa Mas Rengga tampak pasrah."Kode akses SAR567. Password tetap seperti biasa!" Jawab Mas Rengga dengan nada yang begitu terpaksa.Aku pun tersenyum dan mencoba untuk memasukkan tiga baris huruf dengan tiga baris angka, untuk membuka kode akses yang terlebih dahulu. Karena untuk password, selalu saja Mas Rengga
49. Uang 150 juta (Bagian A)"Ibu juga kenapa nggak konfirmasi sama Keysa? Kalau begini, Keysa yang nggak enak sama Ibu! Ibu pasti pikir Keysa sudah menerima uangnya, dan tak ada niat untuk mengucapkan terima kasih atau berbasa-basa yang lain. Ibu juga nggak memastikan dulu, apa uang itu sampai atau tidak padaku!" ketusku dengan muka memerah.Aku emosi, itu sudah jelas dan manusiawi. Mana bisa suamiku itu berkata dengan entengnya bahwa dia lupa? Ini duit loh, dan jumlahnya pun ratusan juta! Setenang itu dia menyembunyikan dariku. Dan herannya, mertuaku pun begitu baik. Dia lebih memilih diam dan tidak menanyakan langsung padaku. Aku tak tahu, apa maksudnya!"Sejak kapan kamu membuat nomor rekening baru, Mas? Bukankah akan sulit jika kamu membuatnya di cabang yang jauh dari domisili tempat tinggalmu? Aneh loh, ini!" ujarku dengan wajah kesal."Sudahlah, Key! Aku pusing jika kamu banyak bertanya seperti ini!" kata Mas Rengga malah membentakku."Rengga! Kecilkan nada suaramu pada Keysa! S
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU50. Berlayar ke mana? (Bagian A)"Tiket pesawat? Dengan tujuan ke Surabaya? Dari Kalimantan? Apa aku nggak salah lihat? Dua hari yang lalu bukannya jadwal mu pulang ke sini ya, Mas? Untuk apa kamu menaiki Pesawat? Dari Kalimantan? Kamu dari Kalimantan ke Surabaya naik pesawat? Bukannya perjalanan dinas mu itu berlayar? Kok pesawat, sih? Pesanan siapa ini, Mas?" tanyaku yang kini menatap Mas Rengga dengan wajah bingung. Terlihat Mas Rengga hanya bisa membuang napas dengan kasar. Dia mengetukkan jari-jemarinya di atas meja, sedangkan Ibu hanya memandangnya dengan wajah santai."Mas, jawab! Kamu ini tugasnya apa, sih, sebenarnya? Bukannya kamu pergi berlayar untuk menuju ke daerah latihan pengamanan perbatasan wilayah laut Malindo? Kok malah jadi Kalimantan?" tukasku masih saja berusaha mencari jawaban."Iya! Aku memang melakukan perjalanan lintas laut! Tapi, seminggu sebelum jadwal kepulangan. Aku ditugaskan untuk memantau perbatasan Selat, aku turun d
51. Berlayar ke mana? (Bagian B)Tentu saja, sebagai istri abdi negara dengan status menantu satu-satunya keluarga keraton. Harusnya aku juga mesti tanggap dan langsung cekatan seperti Ibu. Ah, betapa selama ini aku terlalu cuek dengan profesi suamiku? Semua ini tentu saja karena kesibukan ku sendiri. Sehingga aku tak punya waktu untuk memperdalam kegiatan Mas Rengga beserta tetek bengek lainnya."Tunggu, bentar. Ini kalian kenapa? Tiba-tiba kok jadi bersekongkol gini untuk menjebakku? Maksudnya gimana? Apa kalian tidak percaya lagi dengan ucapanku?" tanya Mas Rengga yang saat ini merasa terintimidasi."Ini bukan soal percaya atau tidak percaya! Tapi tentang … bagaimana seorang lelaki harus bisa konsisten dengan semua janji-janjinya! Terlebih, kamu sudah menjadi imam keluarga. Ibu harap, kamu bisa lebih bijak dalam menjadi kepala rumah tangga!" kata Ibu."Oke, tak masalah jika kamu tidak ingin menjawab. Mungkin memang benar jika tentara sekarang sudah mulai berkembang dan mungkin saj
52. Berlayar ke mana? (Bagian C)"Ibu, tunggu! Biar Keysa antar dan temani sampai Ibu tidur!" sahutku yang langsung menyusul langkahnya. Ibu hanya diam saja dan membiarkan ku mensejajarkan langkah dengannya. Entahlah, aku tak peduli lagi pada Mas Rengga. Yang jelas, berkat kebodohannya itu aku jadi mendapatkan uang seratus lima puluh juta dari Ibu mertua secara cuma-cuma. Ya, walaupun masih kurang tujuh juta lagi yang akan dia janjikan nanti malam. Aku akan benar-benar menagihnya nanti!Ibu sepertinya benar-benar sedang banyak pikiran, aku hanya sekedar memijat lembut tangannya. Ibu tampak memejamkan mata, namun aku tahu bahwa Ibu tidak tidur. Terlihat dari kelopak matanya yang bergerak-gerak walaupun tertutup. Mungkin Ibu sedang memikirkan sesuatu dan aku tak berani untuk menanyakannya sekarang. Lagi pula Ibu pasti akan memberitahuku jika dirinya merasa sudah siap. Karena tak ingin mengganggu privasi dan juga ingin dirinya menikmati waktu beristirahat. Aku pun beranjak meninggalka
53. Berlayar ke mana? (Bagian D)Meskipun kami tak menunjuk dengan jelas siapa leader yang paling menonjol di sini. Semua sudah bisa paham dan ikut merasakan bahwa secara tidak langsung, Ny. Adam lah ketua geng pasukan huru-hara ini. "Apa?" tanyaku tidak tertarik sama sekali. Selain aku malas karena berujung gosip dengan mereka, Mas Rengga juga sebenarnya sudah melarangku untuk mengikuti perkumpulan ibu-ibu yang terkenal 'rusuh' ini. Mas Rengga hanya takut hal itu akan berimbas pada profesinya nanti jika sampai aku ikut termakan seperti mereka dan tak bisa menjaga lisanku dengan baik. "Ada Laksamana yang dimutasi ke Papua, loh, dalam waktu dekat ini! Karena ketahuan ada affair dengan Kowal yang statusnya masih menjalani pendidikan!" kata Ny. Adam seraya berbisik pelan sekali. Aku hanya menanggapi dengan seadanya."Benarkah? Kalau hoax nanti jatuhnya fitnah!" sahutku dengan nada bercanda."Ya Allah benar loh! Bahkan itu istri sahnya sendiri yang melaporkan! Hanya istri sah masih mau