87. Memberi Risa Pelajaran (Bagian B)"Seharus–""Tunggu, aku belum selesai bicara!" potong Risa dengan cepat. Dia semakin memajukan tubuhnya ke arahku. Sehingga tatapan kami kini semakin terasa lebih intens."Jadi gini, ya, aku akan jelasin sama kamu. Kenapa kamu terus-terusan bertahan dengan lelaki yang mempunyai selingan? Dan asal kamu tahu, nggak cuma hatinya saja yang sudah dia bagi! Tapi, pikiran, tenaga, hati, bahkan urusan ranjang sekalipun. Aku rasa dia memberikannya dengan adil untuk kita, sama jumlahnya antara yang satu dengan yang lain! Aku yang nggak habis pikir, kok bisa gitu, loh, kamu masih aja mempertahankan, padahal suamimu saja sudah sebegitunya mengkhianati kamu! Kalau aku jadi kamu, wah, sudah lama loh, aku akan meminta cerai, menggugat dan hidup sendiri dengan lebih bahagia! Daripada harga diri harus terinjak karena diperlakukan seperti itu oleh suami sendiri! Dan satu lagi, ya, Mbak Keysa yang terhormat! For your information, awalnya juga dia yang lebih dulu men
88. Memberi Risa Pelajaran (Bagian C)"Kamu pikir, setelah aku bercerai dengannya nanti, kamu akan bisa hidup bahagia, happy ever after, literally? Hahaha, apa kamu bisa membayangkan sebelumnya? Walaupun sudah cerai nanti, aku juga nggak akan bisa sepenuhnya hilang loh, dari bayangannya. Aku masih akan terus bertemu dengan Ibunya, saudaranya, sepupu-sepupunya. Aku tahu, kamu pasti juga sudah paham sekali bukan? Sedekat apa aku dengan keluarga Mas Rengga? Jadi, kalau menurut kamu, perceraianku nantinya sebagai jalan termudah untukmu hidup bahagia dengan suamiku, coba kamu pikir-pikir lagi. Aku dulu menikah dengan Mas Rengga, disetujui oleh kedua belah pihak, didukung oleh seluruh anggota kantor, disaksikan langsung oleh Sang Pencipta, diketahui juga oleh keluarga besar. Dianggap dan dihormati sebagai bagian keluarga keraton dan tentu saja diketahui oleh khalayak ramai seluruh netizen di Indonesia. Terus dengan mudahnya kamu nanti bisa menggantikan posisi ku dengan jalan ninja? Lucu, si
89. Memberi Risa Pelajaran (Bagian D)"Kalau kamu mau, silakan saja ambil suami ku. Jadi, semua harapan kamu bisa menua dengannya akan sepenuhnya terkabul sebentar lagi. Cuma kamu harus ingat, apa saja poin-poin penting yang sudah aku ucapkan tadi. Kita bekerja sama lah dengan baik! Aku juga paham, sebuah perselingkuhan pasti terjadi karena kedua belah pihak. Aku juga nggak sepenuhnya menyalahkan kamu, walaupun aku tahu sih, kamu juga bersalah sekali dalam kasus ini. Tapi, sudahlah, kamu juga tidak menyangkal bukan?" Aku masih berusaha untuk bersikap datar, setelah tadi mengeluarkan berbagai kalimat tajam padanya.Seorang pramusaji mengantarkan makanan pesananku, aku tertawa riang. Dan kulihat, Risa juga sempat melirik sekilas ke arah makanan."Kemana-mana masih sembunyi-sembunyi, ketahuan orang pun cuma dapat malu yang ada. Eh, lupa! Kan kamu udah nggak punya malu, canda, deng!" Aku tertawa, sehingga aku mulai bisa mendengar rupanya ada beberapa pasang mata dan telinga yang sedari ta
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU90. Masuk Lambe Julid (Bagian A)Aku langsung saja mencegat taksi offline yang suka sekali berkeliaran di wilayah ini. Hatiku rasanya puas, menikmati adegan tadi. Bahkan selama di perjalanan pulang pun aku hanya senyum-senyum sendiri jika mengingat ekspresi wajah Risa yang lucu tadi.Setelah membayar taksi, aku turun dan langsung masuk ke dalam rumah. Cukup lama ternyata aku keluar, memakan waktu hampir tiga jam. Padahal aku rasa, belum ada satu jam tadi bertemu dan mengobrol dengan Risa. Mungkin karena lokasi yang lumayan jauh dari rumah, sehingga membutuhkan waktu satu jam lebih hanya untuk pulang pergi. Belum lagi drama mobil yang kempes di pinggir jalan tadi. Ya sudahlah, aku juga belum mendapatkan kabar tentang kondisi mobilku. Apa aku salah memberikan nomor telepon pada mereka? Sialnya aku juga nggak tahu, di mana mobilku dibetulkan. Biarlah, nanti aku akan mencoba menghubungi call center lagi, untuk sekedar memastikan.Setidaknya, aku merasa
91. Masuk Lambe Julid (Bagian B)Aku langsung saja masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuh lalu mengganti pakaian. Saat keluar dari kamar mandi, aku lihat Ibu sudah keluar dari kamar. Mungkin dia beristirahat.Aku berjalan menghampiri Mas Rengga yang sedang tertidur pulas. Aku menatap wajahnya, sembari berpikir.Apa mungkin, suamiku ini betul sudah mengkhianati ku di belakang? Apa alasannya kira-kira?Pikiran menari-nari di kepala. Tak bisa mencerna dengan jernih. Setelah tersadar, aku buru-buru mengembalikan ponsel Mas Rengga. Setelah menghapus seluruh percakapan bersama dengan Risa tadi, dan tak lupa memblokir nomor barunya serta. Jadi, setelah ini urusan Risa menjadi denganku, bukan dengan Mas Rengga lagi.Aku segera turun ke bawah, bersiap makan. Ku lihat Ibu ternyata masih berada di sofa sembari menikmati sepiring ubi rebus. "Bu, kenapa nggak istirahat aja? Ibu makan? Ini Keysa mau makan dulu, ya!" pamit ku yang langsung saja duduk di meja makan."Wes makan o dulu, Ibu ma
92. Masuk Lambe Julid (Bagian C)Ibu terlihat berpikir, lalu menghembuskan napas panjang. Hal itu malah membuatku semakin takut saja, aku takut Ibu marah dan jadi berbalik menyalahkan tindakanku yang gegabah."Nggak papa, Key!" Hanya itu yang keluar dari bibir Ibu, tapi tetap saja belum bisa membuatku merasa lega."Apa yang kamu lakukan itu sudah benar, kamu berhak untuk melakukannya, dan dia memang pantas untuk mendapatkannya," ujar Ibu seraya mengedikkan bahu.Kini, malah gantian aku yang melongo, hampir tak percaya dengan tanggapan yang diberikan oleh Ibu."Maksud Ibu? Jadi, Ibu nggak marah sama Keysa?" tanyaku tak yakin. Bahkan, aku sampai beberapa kali mengerjapkan mata."Iya, nggak papa. Itu bahkan belum seberapa. Perempuan itu harus tegas, diam bukan berarti lemah. Dan ndak selamanya diam itu akan dinilai sebagai emas. Sudah ndak zamannya. Ndak usah merasa bersalah. Itu sudah bagus, cukup untuk pembukaan, setidaknya dia tahu bahwa kamu sudah berusaha untuk memperingatkan dengan
93. Masuk Lambe Julid (Bagian D)Aku pun setuju, dengan begitu aku tidak perlu bolak-balik dan berkeliling di jalanan lagi hanya untuk memgambil mobil yang sudah selesai diperbaiki.Aku hanya tinggal menunggu di rumah, menanti mobilku datang dan membayar sesuai dengan tagihan yang sudah disepakati.Kulihat Mas Rengga masih saja terlelap, aku tak tahu dia sakit apa sebenarnya. Aku memutuskan, jika esok hari masih panas, maka aku akan segera membawanya ke Rumah Sakit saja. Aku juga merasa khawatir padanya.Setelah selesai melihat kondisi Mas Rengga, aku turun ke bawah untuk menemani Ibu dan mengobrol dengannya."Keysa hanya takut, Bu, jika nantinya kejadian ini akan merusak citra Keraton dan membawa identitas Keysa sebagai menantu. Sebenarnya juga Keysa nggak tahu, bagaimana jika berita ini viral nantinya. Tapi, selama belum ada bukti, ya, Keysa akan anggap saja Risa sebagai perempuan yang halu, begitu kan ya?" tanyaku meminta saran pada Ibu."Sudah, nggak usah terlalu kamu pikirkan. Su
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU94. Rengga Ragu (Bagian A)Aku bingung, sama sekali nggak menyangka akan se-dahsyat ini postingan yang dibagikan oleh seseorang.Aku sudah mengira, bahkan sudah memperhitungkan apa saja kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, andai video tadi tersebar. Tapi, sungguh aku tidak akan pernah mengerti, bahwa respon dari netizen bakal seantusias ini.Tanpa sadar, aku berjalan melangkah perlahan menghampiri Ibu, lalu duduk di sampingnya. Mataku masih menatap layar ponsel dan membaca semua komentar yang bertubi-tubi membanjiri postingan tersebut. Hampir sembilan puluh persen, mereka pro padaku, mendukung dan bahkan hingga mengumpat dan menandai akun Risa. Tapi, lima persen lagi seperti membela Risa, yang malah berujung diserang oleh netizen dan menuduh sebagai pendukung pelakor. Dan yang lima persen sisanya lagi, tampak netral dan mendoakan agar semua terselesaikan dengan cara baik-baik. Jujur, saat ini pun tanganku gemeteran. Aku juga tidak menyangka,