96. Rengga Ragu (Bagian C)Aku tercekat, rupanya dada ini masih saja berdegup dengan cepat saat dia memperlakukan ku sehangat ini. Namun, dengan perlahan, aku mulai menarik tanganku kembali.Mas Rengga malah semakin mengeratkan genggaman tangannya."Di sini saja, Key. Jangan pergi!" ujar Mas Rengga dengan suara lirih.Aku kembali terdiam, dan akhirnya berujung pasrah merelakan tanganku dalam dekapannya.Menjelang Magrib, Mas Rengga terbangun. Sehingga mau tak mau membuatku terbangun pula. "Bisa jalan, Mas? Mau mandi?" tanyaku saat melihat dirinya mulai menurunkan kedua kaki dari tempat tidur. Gerakannya lemah sekali hingga membutuhkan waktu sedikit lama hanya untuk menapakkan kaki di atas lantai."Sudah, kamu istirahat saja. Kasihan kamu capek! Aku cuma mau buang air kecil," pamitnya dengan seulas senyum. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Biar aku bantu!" Aku langsung beranjak turun dan memapahnya secara perlahan. Tangan Mas Rengga cukup berat berada di leher ku, namun dengan
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU 97. Obrolan (Bagian A) "Bagaimana bisa kamu menyiram suamimu sendiri seperti tadi, Key? Apa yang sudah dilakukan Rengga padamu?" tanya Ibu yang kini melirik ke arahku dengan pandangan menyelidik. Lalu, beralih menatap Mas Rengga. Tangannya dengan gesit membantu mengusap dada dan sebagian tubuh Mas Rengga yang terkena siraman air, Ibu juga yang sudah membantu suamiku melepaskan pakaiannya. Aku hanya mendengus kasar. Dadaku bergemuruh dan napasku mulai naik turun tidak stabil. Aku tahu, Ibu pasti tidak terima melihat aku bersikap seperti itu, dia akan mengira aku sudah berani kurang ajar kepada suami sendiri. Apalagi, Ibu tidak tahu, apa penyebabnya sehingga aku bertindak senekat itu. "Lebih baik Ibu tanyakan sendiri pada anak semata wayang Ibu! Maaf ya, Bu, Keysa sama sekali nggak bermaksud untuk kurang ajar pada Ibu, apalagi suami sendiri. Tapi, perkataan dan sikap Mas Rengga sudah berlebihan, dia keterlaluan!" ujarku dengan mata menatap tajam k
98. Obrolan (Bagian B)Aku membiarkannya, memberinya waktu untuk berbicara. Sudah lelah aku, dari tadi menanggapinya, memberikan ruang dan jeda waktu untuk mengobrol dengan jelas. Tapi, dia malah berbelit tak karuan. Jadi, ku biarkan saja dia semaunya."Soal Risa, aku mohon jangan pernah berniat untuk melukainya sedikit pun, apalagi menyakitinya, Key! Aku mohon dengan sangat padamu," ujar Mas Rengga dengan suara lirih sekali.Ponsel dalam genggaman tanganku, langsung terjatuh begitu saja di atas kasur. Aku menoleh padanya, hati ini sudah tak tahu lagi, bagaimana rasa dan bentuknya. Mungkin, sudah hancur berkeping atau terbelah-belah.Mataku memanas, seakan cairan bening dari dalam sana berdesak-desakan dan siap untuk turun. Namun, dengan sekuat tenaga aku coba untuk tahan. Aku tidak ingin menangis dan dianggap lemah olehnya. Apalagi, jika dia sampai berhasil untuk meraih tubuhku, lalu membawanya dalam dekapan. Ah, tidak, membayangkannya saja rasanya aku tak mau."Apa kamu bisa mengul
99. Obrolan (Bagian C)"Oh, apa kemungkinan. Puluhan abdi negara yang berangkat saat itu hatinya tengah terisi penuh? Sehingga kamu saja yang mempunyai rasa kosong di sini?" tanyaku dengan mata nyalang. Aku menunjuk dadanya dengan senyum menyeringai."Bukan begitu, sebenarnya banyak juga bagian dari mereka yang menjalani hubungan begini di luar sana. Bahkan, yang lebih parah dari aku pun banyak, Key! Tapi kamu tenang saja, aku nggak pernah macam-macam ataupun bertingkah kurang ajar padanya. Aku bisa jamin itu! Hanya saja, ada satu hal yang membuatku tak bisa lepas darinya, Key, setidaknya dalam waktu dekat. Aku butuh waktu, untuk memperbaiki dan meluruskan semuanya, hingga tuntas! Aku harap kamu bisa sabar untuk menunggu!" ujar Mas Rengga dengan wajah tanpa dosa."Hahaha hahahahaha!""Key, kenapa?" tanya Mas Rengga tiba-tiba merasa bingung."Hahaha hahahahaha hahaha!" Aku kembali tertawa."Key!" ujar Mas Rengga dengan wajah panik."Hahahahaha hahahahaha!" Kali ini, aku semakin terbaha
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU100. Persyaratan keysa (Bagian A)"Maksud kamu bagaimana, Keysa?" tanya Mas Rengga yang kini menatapku dengan pandangan nanar. Aku pun tak tahu, apa bibir ini masih sanggup mengucap sepatah dua patah kata lagi, sedangkan hatiku sudah remuk sekali di dalam sini."Aku rasa kamu sudah tahu, Mas, apa maksudnya. Sekalipun kita harus bercerai pun kamu rela? Demi mempertahankan dia?" ulang ku dengan tegas. Aku menghapus air mata yang jatuh perlahan membasahi pipi."Di awal aku menjalani hubungan dengan dia, aku sudah memikirkan untuk segala jenis kemungkinan yang akan terjadi. Aku nggak mau kamu pergi, Keysa. Aku juga nggak siap hidup tanpa kamu, sungguh. Bukannya aku nggak berniat untuk memilih salah satu di antara kalian. Semuanya terlalu berat buat aku, Key. Itu pun bukan sesuatu yang mudah untuk diakhiri, Key, apalagi kamu yang memintanya. Sama dengan sebaliknya, aku pun juga tidak akan pernah mengakhirinya denganmu, sekalipun dia yang meminta dan memaks
101. Persyaratan keysa (Bagian B)Jika kalian bertanya, apa yang membuat ku yakin dan menerima lamaran darinya beberapa tahun yang lalu?Maka, aku akan menjawabnya dengan hati berbunga-bunga dan mata berbinar.Romo dan Kanjeng Nyai, alias Ayah dan Ibu mertuaku, merupakan pasangan yang paling ideal dan cocok dijadikan panutan. Dengan gelar kesultanan yang mereka miliki, Romo sekali bersih dari urusan selir dan wanita manapun. Dia begitu romantis, hangat dan setia terhadap Ibu mertua. Walaupun pembawaannya sebagai pemimpin terlihat tegas, penuh wibawa dan bijak. Namun, sekalipun aku tidak pernah melihat Romo berkata kasar pada Ibu mertua.Dari situlah aku mulai berpikir, bahwa ayah dan ibu mertua saling menyayangi, potret keluarga cemara yang harmonis, sama dengan kehidupan ku. Dan aku mulai yakin, aku berpikir bahwa anak yang tumbuh besar di keluarga yang harmonis, akan bisa menjadi suami dan ayah yang baik kelak. Karena aku mengira begitu, Mas Rengga akan mencontoh sikap dan sifat ya
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU102. Rahasia Rengga (Bagian A)"Tapi, sebelum syarat itu berlaku. Ada satu hal lagi yang harus kamu jelaskan! Aku ingin tahu, apa alasan terbesarmu memilih untuk mempertahankan Risa? Walaupun hanya dengan alasan, hanya untuk sementara waktu? Apa yang membuat kalian dekat hingga akhirnya menjalin sebuah hubungan? Bukankah tadi kamu bilang, ada satu hal penting yang kamu lakukan untuk menyelamatkan rumah tangga kita, sekaligus keluarga? Jelaskan sekarang, karena aku sebagai istrimu berhak untuk tahu, Mas! Tapi, itupun jika kamu masih menganggap bahwa aku benar-benar istrimu!" ujarku sembari mengedikkan bahu.Mas Rengga terlihat menatapku ragu, dia bingung dan langsung saja mengalihkan wajahnya dariku. Aku masih mencercanya tak ingin kalah. Sampai mana matanya itu sanggup untuk berpaling dariku?"Mas, jawab! Sebelum aku memutuskan untuk berubah pikiran dan tak sudi untuk memberimu satu kali kesempatan lagi! Bagaimana?" Aku mengajukan pertanyaan lagi. Ma
103. Rahasia Rengga (Bagian B)"Cepat katakan, Mas!" sahutku yang mulai tak sabar.Keringat dingin, sepertinya sudah mulai membasahi pelipis Mas Rengga. Dia gemetaran dan tentu saja, bibirnya tiba-tiba terkatup dengan rapat. "Sebenarnya, aku dan Risa. Aku … lelaki dan dia … perempuan, maksud aku, perempuan yang … aduh, aku bingung harus memulai dari mana, Key!" ujar Mas Rengga sedikit berteriak."Mas, semua orang di muka bumi ini juga tahu, bahwa kamu lelaki dan Risa perempuan. Lagipula, apa tadi kamu bilang? Bingung harus memulai dari mana? Coba kamu ingat, bagaimana pertama kali bertemu, berkenalan hingga akhirnya bisa dekat dan mesra dengan Risa! Gampang kok, nggak perlu dipikir, karena ini bukan soal ujian. Kamu hanya perlu mengeluarkan kata-kata atau kalimat, langsung yang ada di dalam pikiranmu. Jadi, spontan saja lebih baik, nanti juga bisa dibahas dan tentunya saling berkesinambungan, aku yakin!" ujarku dengan tegas. Mas Rengga membetulkan posisi duduknya, lalu mulai merotas