110. Kejujuran Rengga (Bagian C)Aku baru saja ingat, bahwa pertama kali Risa berani muncul untuk menginformasikan padaku, saat itu dirinya mengirimkan foto pergelangan tangan yang saling menggenggam. Dan itu cukup untuk membuat dadaku bergemuruh. Bagaimana bisa aku menganggap Mas Rengga dengan wanita sialan itu hanya sebatas berteman dan rekan, atau partner katanya? Mana ada partner saling menggenggam mesra seperti itu? Mana ada partner yang saling menguntungkan dalam kategori saling membahagiakan?Ah, kepalaku jadi berkunang-kunang sepertinya."Foto? Foto yang mana?" tanya Mas Rengga mengerutkan kening.Aku hanya menghela napas panjang, ku raih ponsel dan segera saja mencari kontak bernama Risa dalam aplikasi WhatsApp. Setelah menemukan, aku langsung mencari gambar pertama kali yang Risa kirimkan padaku.Setelah memperbesar ukurannya, langsung saja ku tunjukkan gambar dua tangan yang saling menggenggam itu pada suamiku yang dulu menjadi kecintaan. "Ini, apa kamu bisa menjelaskan,
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU111. Kegaduhan di rumah! (Bagian A)"Dia kenapa?" tanyaku tak sabar. Sungguh, menunggu Mas Rengga bercerita lengkap tentu membuatku gemas sekaligus ingin berkata kasar saja padanya."Iya, dia sempat mengancam. Mungkin terdengar seperti gurauan atau bahkan bisa jadi sebagai hal yang cukup membuat ku mencengkam saat itu. Aku kira dia berbohong. Jadi, ya, aku yang saat itu sedang sibuk berkumpul dengan teman-teman dan tak sengaja kehilangan sinyal di tengah lautan. Hanya menganggap ancaman Risa sebagai bualan belaka." Mas Rengga menjeda kalimatnya selama beberapa saat hingga kemudian dia meneruskannya kembali, setelah menghela napas panjang tentu saja."Sebenarnya aku juga tidak ada maksud untuk tidak merespon, apalagi berniat lari dan mengabaikan dia begitu saja. Toh, ya, aku juga tidak menghilang. Semua karena sinyal dan Risa nya saja yang terlalu berlebihan, menuntut agar aku selalu on time untuk membalas semua pesan-pesan singkat yang dia kirimkan.
112. Kegaduhan di rumah! (Bagian B)Tapi, aku juga penasaran dan ingin tahu. Sejauh mana Risa akan menempel dan berambisi pada suamiku? Sampai di mana tingkah kampungannya itu untuk mencoba menggoda suamiku, aku ingin tahu!"Kapan kita bertemu dengannya?" tanya Mas Rengga lagi. Dia memang belum fit, baru saja merasa enakan tubuhnya. Tapi harus dipaksa untuk menghadapi hantaman cobaan ini. Biarlah, bukankah semua ini terjadi juga karena dirinya yang memulai terlebih dahulu?"Aku belum tahu, dia akan mengirimkan waktu dan lokasinya segera. Nanti, setelah dia membalas, aku akan memberitahumu. Sebaiknya, saat ini kamu buka saja blokiran pada semua sosial media nya. Biarkan dia mencari dan memghubungimu. Berterus teranglah padanya bahwa kamu sakit. Aku hanya ingin tahu, apa reaksinya nanti? Itu juga akan membantuku untuk menjauhkan dia dari kamu. Aku harus cukup mempunyai bukti-bukti jika ingin menghempaskannya dari rumah tangga kita. Aku juga nggak akan segan untuk mempermalukannya lagi.
113. Kegaduhan di rumah! (Bagian C)"Aku mau turun ke bawah, ada petugas sedang antar mobil. Kamu mau ikut ke bawah, atau tetap di sini saja?" tanyaku yang kini sudah siap dengan gamis instan dipadukan dengan jilbab senada. Mas Rengga tampak berpikir sejenak, sebelum kemudian mengangguk untuk mengiyakan ajakan ku."Aku ikut turun aja di bawah. Sudah bosan rasanya pemandangan yang dilihat cuma meja rias, lemari dan kamar mandi!" jawab Mas Rengga."Oke, ayo turun ke bawah! Kasihan mereka sudah menunggu lama!" ajakku yang langsung saja menggamit lengannya agar segera beranjak turun."Kenapa mobilmu sampai dibawa oleh Petugas? Kamu habis dari mana? Kampus? Tumben, nggak pamit dulu. Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Mas Rengga bertubi-tubi."Alhamdulillah, aku nggak kenapa-napa kok. Tadi mobilku ban nya kempes, tapi aku udah telepon petugas buat tolong dan perbaiki. Baru selesai sekarang, itu diantar di bawah!" jawabku dengan jujur."Syukurlah kalau begitu. Terus kamu pulang naik apa? T
114. Kegaduhan di rumah! (Bagian D)Sudah keluar dari topik saja itu pembahasan! Membuatku salah tingkah, antara menuruti atau tidak nanti malam."Ya sudah, ayo kita makan malam dulu. Tadi Ibu mengolah sup dan goreng ayam, masak yang ada di dalam kulkas mu saja. Yang penting kenyang, makan seadanya!" ujar Ibu dengan wajah serius. "Tejo biarkan dia tiduran di sofa, capek dia habis menempuh perjalanan jauh!"Aku mengerutkan kening, jika makan sayur sup makaroni dengan ayam goreng dikatakan sebagai makan seadanya, lalu yang mewah bagaimana? Oh, jelas, aku paham betul. Mengingat Ibu mertuaku itu orang istimewa, alias bukan wanita sembarangan. Jadinya ya, sudah biasa menganggap seperti itu.Saat asyik makan, tiba-tiba saja ponsel Ibu berdering. Ibu yang fokus dengan suapan dalam mulutnya pun sontak langsung meletakkan sendoknya di atas piring, meminum segelas air putih dan beranjak ke kamar untuk mengambil ponselnya yang berbunyi. Sedangkan aku dan Mas Rengga kembali asyik menikmati santa
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU115. Mungkinkah? (Bagian A)Langkah kuayun sedikit maju, agar lebih dekat dengan Ibu. Ku letakkan telinga di sampingnya, sembari menunggu Ibu membisikkan sesuatu. Jantungku ikut berdebar rasanya saat Ibu ingin memberikan informasi padaku."Ada yang memberitahukan Romo, bahwa Rengga selama ini ikut perjudian secara online. Datanya lengkap ada semua, mulai dari identitas diri hingga mutasinya. Uang keluar masuk hingga meja perjudian jumlahnya bukan lagi jutaan, Keysa. Tapi ratusan juta yang terbaca di sistem. Ibu juga bingung, apa mungkin si pengirim ini hacker atau sejenis detektif? Kenapa dia bisa tahu mutasi rekening, lengkap dengan bukti cetak rekening koran. Si pengirim ini akan mengancam untuk menyebarluaskan informasi terkait. Romo malu, dia merasa gagal menjadi seorang Ayah untuk anaknya. Dia dihina hanya pintar mengatur struktur kesultanan, tapi ndak becus ngurus keluarganya sendiri! Ibu ya, bingung, terus mau bagaimana? Cuma yang Ibu heran, ua
116. Mungkinkah? (Bagian B)"Kalau Ibu boleh tahu, ada keperluan penting apa sehingga kalian harus menghadiri nya? Urusan apa, Key?" tanya Ibu menatapku dengan sorot mata penuh tanya. Dia mencoba untuk mencari jawaban pada kedua netraku."Ini, soal Risa ….""Wanita itu lagi? Kenapa? Ada apa lagi?" tanya Ibu dengan raut wajah terkejut."Dia ingin mengadakan konferensi pers. Kami diundang untuk hadir. Semua ini hanya untuk klarifikasi saja, Bu. Terkait apa yang sudah terjadi kemarin. Risa menuntut kami untuk memberikan statement palsu pada netizen. Dia tidak ingin nama baiknya dipertaruhkan. Sudah aku bilang, ini semua berawal dari kesalahan Keysa. Jadi, biarkan kali ini Keysa yang akan bertanggung jawab, ya, Bu. Hanya sebentar, begitu acara selesai. Kami akan segera kembali lagi ke sini, dan mari kita pikirkan solusi untuk perihal masalah yang diketahui oleh Romo. Biarkan juga Romo istirahat, menenangkan pikiran dulu, Bu," jawabku dengan jujur. "Kamu yakin? Membawa Rengga untuk bertem
117. Mungkinkah? (Bagian C)Aku hanya tersenyum tipis membaca pesannya. Bukankah kemarin dia bilang akan mengancam melakukan hal yang buruk? Tapi, sudahlah. Buktinya sekarang dia sudah baikan dan tampak biasa saja.Kembali aku membaca pesan kedua darinya.[Wah, akhirnya! Aku bisa juga mengajak istrimu bertemu untuk mengklarifikasi, Mas. Aku harap kamu juga ikut, ya? Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan ke kamu, Mas. Sampai kapan kita menutupi seperti ini terus? Aku sudah jenuh, bukankah kamu sudah memberiku kepastian dari waktu lalu? Kapan akan terealisasi?]Senyumku seketika memudar saat membaca pesan kedua dari Risa. Walaupun sudah tahu bagaimana hubungan mereka. Tetap saja, aku merasa bahwa dadaku semakin sesak sekali. Mengetahui kenyataan sedekat ini … untuk bertahan saja rasanya tidak mudah."Key, Keysa?" panggil Mas Rengga yang langsung membuatku mendongak, mengalihkan pandangan dari layar ke arah sumber suara yang memanggilku."Ya?" sahutku sembari menaikkan alis."Sedang