"Kenapa Dek, kok senyam-senyum begitu, ada yang salah dengan Abang?" tanyanya seketika.
"Ayu, senang Abang mau ceramahi mereka, sekali-kali mereka harus tahu juga posisinya, jangan mentang-mentang kaya mau seenaknya saja," gerutu Ayu sambil melihat suaminya dengan bahagia. Ayu memberikan hadiah pernikahan itu yang sudah dipercantik dengan kertas kado yang murah di beli dari warung tempat sebelah rumahnya. Semua memandang ke arah mereka yang hanya datang dengan pakaian yang sederhana, tak ada perhiasan yang dikenakan istrinya, bahkan alas kaki pun tidak sebagus yang mereka pakai dalam acara pernikahan keluarga. Keluarga besar Ayu dan besannya sepakat memakai baju yang sama dari anak-anak sampai orang dewasa semuanya dapat, sehingga waktu di foto terlihat sangatlah indah. Namun tidak bagi Rahayu dan suaminya, beserta Orang tua Rahayu tidak mendapatkan baju seragam, mereka beralasan lupa menjahitnya, maka mereka hanya memakai pakaian yang menurutnya pantas untuk dipakai. Entah sengaja atau tidak Pak Sugimin dan istrinya dijauhi oleh keluarga besarnya lantaran memberikan izin dan restu kepada Rizki untuk mempersunting Ayu kala itu. Semua tidak setuju bahkan kakak-kakak kandung Ayu tidak ada yang setuju kecuali kakaknya yang nomor dua, Bang Ridho. Bang Ridho sangat memahami adik perempuan satu-satunya ini menikahi Rizki penjaga warung nasi padang itu. Sayangnya Bang Ridho tidak bisa hadir dalam acara ini karena masih tugas di luar kota. Entah firasat apa Orang tua Rahayu dan Bang Ridho yakin akan ketulusan cinta Rizki dan nasib adiknya akan berubah.Mereka berjalan menyalami sang mempelai, tiba saat giliran menyalami mereka terlihat sangat risih dan enggan bersalaman dengan Ayu padahal dia adalah sepupunya sendiri. Sikap Lia sangat berubah setelah mempunyai pacar orang kaya terlebih lagi hari ini mereka menikah seakan-akan Lia jijik mempunyai saudara sepupu seperti Ayu. "Ya elah, kamu juga datang ke pernikahanku, aku sih nggak berharap kamu dan suamimu yang miskin ini datang, merusak pemandangan saja, tapi ya sudah lah karena ini hari pernikahanku nggak apalah, terima kasih ya kadonya walaupun murahan sih," ucapnya ketus. "Iya nggak apa-apa murahan barangnya daripada jadi wanita murahan hanya untuk mendapatkan suami yang kaya harus jual diri dulu," sahut Ayu dengan santai. Seketika Pakde Sukirman meradang atas perkataan Ayu barusan, bagaimana tidak tamu undangan yang datang bersalaman sedikit terperangah mendengar ucapan Rahayu tadi. Lia hanya diam membisu, ingin marah tetapi itu kenyataannya, ingin berbohong tetapi Rahayu pernah memergoki mereka sedang berduaan di tempat yang sepi. "Apa maksud dari perkataanmu, kamu itu jangan menghasut anak saya, bilang saja kamu iri dengan anak saya yang mendapatkan suami kaya raya." "Kamu tahu nggak suaminya ini lulusan terbaik seorang insinyur teladan, bentar lagi dia akan membangun mall terbesar di Indonesia, kurang apa coba, kalau suamimu nganggur lebih baik jadi tukang bangunan aja di proyek menantuku nanti , hahaha ..." sahut Pakde Sukirman yang membanggakan menantunya itu. Saat ingin membalas perkataan Pakdenya, Rizki menahan istrinya agar tidak usah meladeni maupun melawan yang punya hajatan. "Sudah dong Dek, nggak usah diperpanjang, lebih baik kita makan, kata Pakde mumpung gratis biar aja dia tambah sebel sama kita," jawabnya dengan tersenyum. "Kamu itu aneh loh Bang, kita ini lagi di malu-malu in, dihina bahkan direndahkan sama keluargaku sendiri, eh malah kamu suka aneh banget deh!" gerutu Ayu sedikit berbisik di telinga suaminya itu. Tiba Ayu mengambil makanan yang di hidangkan, banyak beraneka ragam sehingga dia bingung memilih makanan yang ia mau makan, karena sangat berbeda waktu mereka menikah hanya di hadiri beberapa kerabat saja dan terbilang sangat sederhana hanya satu menu makanan saja yaitu soto ayam. Namun para tetangga banyak yang membantu sehingga yang tadi hanya soto ayam berkembang menjadi tiga menu makanan yang dihidangkan. Para tetangga pun memang memaklumi keadaan seperti ini, namun Pak Sugimin dan Bu Yati sangatlah baik dan dermawan saat masih jayanya, maka mereka tak segan-segan membantu ala kadarnya sesuai kemampuan mereka, tetapi tidak dengan keluarga Ayu yang bersifat angkuh dan sombong. "Bang, Ayu bingung mau makan apa?" tanyanya yang masih sibuk melihat makanan yang menggugah selera."Kalau Abang mau apa?" tanyanya lagi. "Kalau Abang pingin makan sate ayam saja, kalau adik terserah mau makan mumpung gratis," godanya.Bang Rizki ternyata mengambil makanan itu cuma tiga tusuk sate dengan lontong 5 biji ditambah kerupuk tiga biji. Sedangkan Rahayu mengambil satu roti canai beserta karinya yang sudah dituangkan oleh penjaga makanan itu. Mereka mencari tempat duduk yang kosong, tetapi tidak ada semua terpakai terpaksa mereka berdiri dulu menunggu giliran tamu yang sudah selesai makan. Namun tidak ada yang memedulikan Ayu dan suaminya itu, bahkan keluarga Ayu tidak juga merespons hanya membuang muka, tetapi tidak dengan Pak Sugimin yang melihat anak dan menantunya seperti itu, lalu beliau mendatangi mereka dan menyuruh duduk di pojok gedung tempat Pak Sugimin dan Bu Yati duduk. "Maafkan sikap mereka ya Nak, nggak apa-apakan duduk di sini saja daripada kalian makan berdiri?" tanyanya. "Iya Pak, nggak apa-apa, terima kasih ya Pak, Bapak masih peduli sama kita," ucap Rizki kepada mertuanya itu."Saya justru yang minta maaf atas perlakuan keluarga saya, ya begini nasib, dulu waktu Bapak kaya semua keluarga sangat peduli sama kami, sering berkunjung ke rumah kami, tetapi setelah saya jatuh miskin begini dan mempunyai menantu seperti kamu, mereka menjauhi Bapak," jawabnya lesu. "Namun Bapak nggak merasa kecewa dengan pilihan Rahayu, karena kamu memang laki-laki bertanggung jawab, sabar dan baik, yang penting kita mau berusaha dan ikhtiar dan berdoa pasti ada jalannya, yang penting sabar dan berusaha," nasehat Pak Sugimin untuk menantu baiknya itu. "Iya Pak, saya janji suatu saat nanti jika kami ada rezeki, kami akan membahagiakan kalian berdua," ucap Rizki dengan tersenyum dan terharu dengan perkataan Pak Sugimin. "Bapak sama Ibu ini sudah cukup bahagia melihat kalian anak-anak Bapak sudah menikah semua dan mempunyai tanggung jawab sendiri, yang penting kalian tetap akur biar bagaimanapun juga mereka adalah saudara -saudara kandung Ayu, beri mereka pelajaran yang dapat menyadarkan hati dan pikirannya karena rata-rata mereka silau dengan harta dan kedudukan," terang Pak Sugimin kepada menantu dan anaknya. "Oh ternyata kalian di sini toh, bagus juga sih di sini jadi nggak ngerusak pemandangan," ucap Bang Lukman anak ketiga Pak Sugimin. "Bang Lukman apa sih, kok ikut-ikutan benci Bapak sama Ibu sih?" tanya Ayu."Karena Bapak dan Ibu sudah mengizinkan dan merestui kamu menikah sama penjaga warung makan ini, kamu itu di sekolahkan tinggi-tinggi sampai kuliah gelar sarjana tapi kok nikahnya sama orang ini yang nggak jelas statusnya," ejek Bang Lukman dengan tatapan sinis. "Namanya juga jodoh Bang?" sahut Ayu santai."Iya jodoh yang dipaksakan, padahal banyak teman kuliah mu atau teman Abang si Reno." "Sekarang kami tahu nggak, si Reno sudah sukses punya perusahaan sendiri, coba kamu dulu nikah sama dia, hidupmu pasti enak," sindir Bang Lukman sambil menatap Rizki yang masih kelihatan tenang dan santai. Namun tiba-tiba datang kakak Ayu yang ke empat Bang Reza membawa kabar bahwa akan ada kedatangan tamu istimewa dari keluarga Wiranata pemilik perusahaan yang mempunyai cabang di mana-mana. Mendengar nama Wiranata disebut, Rizki pun terbatuk dan hampir tersedak dengan lontong yang ia makan. Segera Ayu memberikan segelas air putih kepada suaminya."Abang kenapa kok tersedak gitu?" tanyanya khawatir. "Nggak apa-apa kok," jawabnya sedikit gugup. "Hahaha ... kenapa lu, baru dengar nama Wiranata saja sudah keringat dingin kaya gitu apalagi bertemu dengan orangnya, dasar udik!" hardik Bang Lukman mengejek. "Sudah-sudah tinggalin mereka di sini ngapain ngurusin mereka, lebih baik kita persiapkan diri harus tampil menawan nih, kalau bisa kita minta foto sama penerus pewaris tunggal kerajaan Wiranata itu siapa tahu bisa jadi asistennya atau kerja di salah satu perusahaannya itu jadi pimpinan," sahut Bang Reza.Mereka pun pergi meninggalkan mereka yang masih duduk dipojokkan dengan santai. Namun tidak dengan Rizki yang masih gugup, siapakah utusan yang di kirim papahnya untuk menghadiri acara beginian? "Kenapa kamu Bang, kaya gelisah gitu?""Maaf Dek, Abang kepingin ke toilet, di mana toiletnya ya?""Oh itu belok kanan lalu lurus saja nanti ketemu di ujung sana," ucap Pak Sugimin. "Terima kasih Pak, saya pergi dulu ...""Maaf Dek, Abang kepingin ke toilet, di mana toiletnya ya?""Oh itu belok kanan lalu lurus saja nanti ketemu di ujung sana," ucap Pak Sugimin."Terima kasih Pak, saya pergi dulu," sahut Rizki dengan tampak gusar."Pak, kalau Ayu lihat sepertinya Bang Rizki kaya gimana gitu, saat Bang Reza bilang ada tamu kehormatan, siapa tadi namanya ... oh ya dari Wiranata Group, siapa sih Pak?" tanya Ayu dengan penasaran."Oh itu, perusahaan terbesar di daerah sini, orang itu memiliki banyak perusahaan dari properti, restoran, hotel, apartemen, ruko, mall, pelayaran bahkan farmasi.""Cabangnya sudah di mana-mana, nah itu yang nikah suami sepupumu itu salah satu anak buahnya."Dengar-dengar beliau itu tidak sombong bahkan bisa dibilang sangat dermawan. Beliau juga punya yayasan sekolah, ada panti asuhan, panti jompo, bahkan rumah singgah penyakit kanker, sebagian hartanya disumbangkan untuk yayasan amalnya.""Cuma yaitu sangking banyaknya yang dipegang dan kegiatan sosialnya, mereka lupa kalau merek
Rahayu kembali masuk ke dalam, dia menunggu Rizki, tetapi orang yang di tunggu tidak menampakkan batang hidungnya juga.Terpaksa Ayu kembali keluar dan memastikan apakah mereka masih di sana atau tidak, namun nihil sudah tidak ada lagi bahkan sepi."Apa aku salah lihat ya?""Ah tidak, pakaiannya sama, tapi kalau betul itu abang, berarti dia selingkuh dengan wanita lain?""Masa selingkuhannya tante-tante sih, kaya nggak ada cewek lain. Bang-bang, kalau selingkuh ya kira-kira juga kali sudah tua diembat juga, atau mungkin tante itu kaya," gerutunya.Karena kesal Ayu tidak dapat mencari keberadaan Rizki, lalu dia memutuskan kembali ke tempat semula."Loh Dek dari mana?""Habis dari toilet, Bang!""Kok kita nggak ketemu?""Ya iyalah nggak ketemu Abang lagi mojok!""Maksudnya!""Pikir saja sendiri!""Loh mau ke mana lagi?""Mau lihat siapa tamu kehormatan yang datang, siapa tahu bisa kenalan dengan yang punya perusahaan itu," jawab Ayu yang masih ketus."Abang ikut, tunggu dong Dek, jangan
Semua keluarga menatap tajam dan tidak suka melihat Rizki yang menggandeng mertuanya yang lusuh."Pakdhe ini bagaimana toh, ini loh Pak Sugimin belum dikenali sama tamu kehormatannya, beliau juga ‘kan adiknya Pakdhe!" ucap Rizki dengan lantang dan membuat Sukirman salah tingkah di hadapan tamu itu.Di tatap lekatnya Rizki dari atas ke bawah berulang-ulang oleh tamu yang tak lain adalah kakak sepupunya yang bernama Linda.Ingin rasanya memeluk tetapi masih banyak orang, tiba-tiba Tante Nurma memegang tangan Linda agar tidak bereaksi terlalu kentara, bisa-bisa mereka yang hadir di sini semua akan tahu siapa sebenarnya Rizki."Oh, maaf Bu saya lupa ada lagi keluarga saya juga, kenalkan namanya Bapak Sugimin adik kandung saya, itu istrinya dan ini yang muda ini menantu miskinnya eh maaf maksudnya menantu dari anak perempuannya Rahayu."Maaf Bu, nama saya Sugimin ini istri saya Yati dan ini anak saya yang paling kecil namanya Rahayu dan itu menantu saya yang paling baik namanya Rizki," uca
Mendengar perkataan pedas itu Rizki berbalik badan dan menegur Pakdhe Sukirman."Pakdhe, nggak usah menyalahkan takdir, itu rahasia Allah. Hidup itu seperti roda yang berputar kadang di bawah kadang di atas, siapa tahu nanti mertuaku yang baik ini kaya lagi, pasti Pakdhe iri, terus minta maaf terus ujung-ujungnya minta gratisan 'kan?" goda Rizki sambil tertawa."Mana mungkin kalian kaya mendadak kalau bukan hasil maling atau pakai pesugihan.""Kamu itu orang susah sok banget jadi orang, lihat tampang mu gini, kucel, lusuh, jangan sok bijak, urus saja dirimu sendiri jangan ngurusin orang lain," jawabnya dengan emosi."Lah Pakdhe sendiri ngurusin kami yang miskin ini sampai menghina, udah Pakdhe jangan emosi melulu, nggak baik buat kesehatan," ucap Rizki dengan sopan."Dasar gendeng, pergi sana tak sudi melihat muka kalian nanti ketularan miskinnya kaya kalian.""Iya Pakdhe Sukirman yang terhormat, kami mau pergi juga kok, nggak betah juga lama-lama di sini toh acaranya udah selesai.""
"Alhamdulillah nggak apa-apa, tapi terima kasih ya sudah bantuin Bapak selama ini.""Bapak memang nggak salah merestui kalian menikah dulu, Bapak bangga sama kalian terlebih sama kamu Ki, dari kamu juga Bapak bisa belajar tidak semua kita berdebat panjang lebar pakai mulut tetapi dengan perbuatan langsung kita bisa.""Sama-sama, Pak.""Boleh kita diam tetapi kita harus memainkan strategi, bolehlah sedikit kasih pelajaran," ucapnya."Betul juga kamu Ki, tapi ngomong-ngomong dari gaya bicaramu dan cara penyampaianmu, kalau boleh Bapak tebak sepertinya kamu orang berada bukan seperti orang susah?" selidik Pak Sugimin."Ah, Bapak bisa saja, tapi Aamiin ada yang mendoakan orang kaya.""Memang sih banyak yang bilang kalau Riski ini tampangnya nggak bosanin, enak buat curhat," ucapnya dengan bangga."Sudah ah ngomong melulu, terus gimana ini Bapak ban sepedanya kempes, atau begini saja Bang Riski antar dulu Bapak ke bengkel, biar Ayu tunggu di sini sampai Abang balik jemput Ayu, bagaimana B
"Adek apa-apaan sih, buat Pakdhemu marah dosa tahu," ucap Riski sambil melaju dengan motor kesayangannya."Biarin aja, mulut nggak bisa direm, menceramahi orang nomor satu tapi nggak mau di kritik, aneh 'kan Bang?" teriaknya dari belakang."Memang si Lia kenapa, memang dia ada buat salah sama kamu Dek?" "Kalau Abang tahu apa yang terjadi sama Lia, Huuuf bisa mengomel sepanjang jalan kenanga, Bang!""Nantilah Ayu cerita kalau sudah sampai di rumah aja, diatas motor bising, nggak dengar suaranya Abang kaya liliput," sahutnya dengan tertawa renyah."Oke dah kalau begitu."Tak lama kemudian sampailah mereka di rumah mereka, satu-satunya rumah pemberian Pak Sugimin walaupun tidak luas."Assalamualaikum!""Walaikumsalam!""Maaf Pak agak lama, biasa Pakdhe ada aja yang dipermasalahkan," jawab Ayu yang baru datang."Bapak santai dulu di sini, Ayu buatkan pisang goreng kesukaan Bapak," ucap Ayu yang bergegas ke dapur."Nggak usah repot-repot Yu, Bapak hanya sebentar cuma mau baikkin sepeda te
Dan terbukti hasilnya tidak mengecewakan, Ridho berhasil menggapai cita-cita menjadi koki handal.Sebenarnya Ridho selalu mengirimi uang setiap bulan dua juta rupiah kepada Pak Sugimin, karena gaji Ridho kurang lebih bisa mencapai enam jutaan di kota.Namun Pak Sugimin masih sungkan memakai uang hasil jerih payah anaknya, uang itu hanya digunakan saat keperluan mendadak saja, sehingga Pak Sugimin tidak ingin mengutak-atik uang itu, begitu juga dengan Bu Yati beliau sepemikiran dengan suaminya.Tidak ada yang tahu kalau Ridho mengirimi uang kecuali Riski dan Ayu. Pak Sugimin memang selalu menceritakan semua masalah paling banyak bercerita dengan Rizki menantu kesayangan, karena ketiga anaknya yang laki-laki sibuk bekerja sehingga membuat mereka sombong dan angkuh kepada orang tuanya sendiri.Ketiga anaknya hidup dengan bercukupan dengan keluarga barunya itu. Mereka tidak pernah mau membantu Bu Yati atau Pak Sugimin yang sudah berusia senja yang masih aktif bekerja keras.Kecuali Mbak N
"Kenapa si Rizki, Nduk, kok kaya panik gitu, ada apa toh?" tanya Ibu disela-sela melayani pembeli."Ayu juga nggak tahu Bu, cuma tadi pulang mau pergi sebentar ke kota ada perlu, nanti di hubungi lagi, ada apa ya Bu?" tanya balik Ayu yang sempat bingung."Ada apa toh Bu, nanti saja ngomongnya tuh masih banyak yang belum dilayani!" ucap Pak Sugimin yang ikut membantu Bu Yati membuatkan minuman.Nisa kakak ipar Ayu juga membantu di sana, namun tiba-tiba Lukman dan Reza datang ke warung Bu Yati bersama anak dan istrinya masing-masing.Mereka memang tidak tahu malu sudah tidak membayar malah seenaknya mengambil makan sendiri.Beberapa orang yang melihatnya sangat geram dengan tingkah laku mereka, di saat banyak pembeli dengan mudahnya mereka membaur mengambil makanan sendiri dalam porsi yang tak sewajarnya pula."Eh, jangan gitu dong kamu nggak lihat Ibumu lagi melayani saya, ini malah kamu grasak-grusuk di situ, hargai dong pembeli," ucap Bu Nani sewot."Kok situ yang marah, suka-suka