Share

04. Kecemburuan Berakhir Senyuman

Rahayu kembali masuk ke dalam, dia menunggu Rizki, tetapi orang yang di tunggu tidak menampakkan batang hidungnya juga.

 

Terpaksa Ayu kembali keluar dan memastikan apakah mereka masih di sana atau tidak, namun nihil sudah tidak ada lagi bahkan sepi.

 

"Apa aku salah lihat ya?"

 

"Ah tidak, pakaiannya sama, tapi kalau betul itu abang, berarti dia selingkuh dengan wanita lain?"

 

"Masa selingkuhannya tante-tante sih, kaya nggak ada cewek lain. Bang-bang, kalau selingkuh ya kira-kira juga kali sudah tua diembat juga, atau mungkin tante itu kaya," gerutunya.

 

Karena kesal Ayu tidak dapat mencari keberadaan Rizki, lalu dia memutuskan kembali ke tempat semula.

"Loh Dek dari mana?"

"Habis dari toilet, Bang!"

"Kok kita nggak ketemu?"

"Ya iyalah nggak ketemu Abang lagi mojok!"

"Maksudnya!"

"Pikir saja sendiri!"

"Loh mau ke mana lagi?"

"Mau lihat siapa tamu kehormatan yang datang, siapa tahu bisa kenalan dengan yang punya perusahaan itu," jawab Ayu yang masih ketus.

 

"Abang ikut, tunggu dong Dek, jangan tinggalin Abang?"

 

Rizki menghampiri Ayu yang masih marah, tetapi Rizki tidak tahu kesalahannya sampai-sampai Rizki kepentok meja gara-gara mengejar Ayu yang berjalan dengan cepat.

 

"Aduh Dek, sakit ... Augh!"

 

"Kenapa sih buru-buru ke luar, Abang susah nih mengejar kamu, bantuin dong Adek sayang!"

"Iih abang, nggak peka amat jadi laki, istrinya lagi ngambek malah dibiarin," jawabnya dalam hati.

Namun melihat suaminya kesakitan kakinya, Ayu merasa nggak tega, pikirnya belum tentu benar apa yang dilihatnya tadi, karena menurutnya Bang Rizki orang paling setia dan baik hati, cuma yaitu ketampanannya walau dijelek-jelekin tetap saja kelihatan.

 

Ayu mendengkus kesal, dan berbalik kearah suaminya lalu menghampiri dan merangkul Rizki. Suaminya pun melihat istrinya dengan muka cemberut.

"Adek kenapa kok cemberut gitu?"

"Nggak apa-apa, Bang."

Kemudian Rizki menghentikan langkahnya dan kemudian menatap wajah cantik istrinya yang cemberut itu.

"Adek percaya sama Abang ‘kan?"

"Maksud Abang apa, Ayu nggak ngerti!"

"Pokoknya apa yang Adek dengar dan lihat belum tentu itu betul, ada sesuatu harus Adek pahami dari Abang, kalau abang ini tidak pernah dan tidak akan mengkhianati istri Abang yang cantik ini, Abang ini setia lahir batin dan apa pun yang terjadi maukah Adek selalu mendampingi Abang ini baik duka maupun senang, sampai maut memisahkan kita?" tanya suaminya menatap lekat wajah istrinya itu.

"Dek, kenapa kamu nangis, maafkan Abang Dek, bukan maksud Abang buat Adek nangis, cuma mau bilang Adek itu ibarat bunga mawar Abang durinya, ibarat Adek siang Abang malamnya, sudah jangan nangis, sini Abang peluk."

 

"Bukan itu, Bang?"

"Jadi apa Dek, kasih tahu Abang!"

"Abang memang nggak peka sama istrinya sendiri tuh lihat ke bawah, Abang injak kaki Ayu, sakit tahu Bang?"

"Astagfirullahaladzim."

"Maaf Dek, nggak sengaja," jawabnya cengengesan.

"Bang, ingatkan sebelum kita menikah ada yang Ayu minta sama Abang?"

"Apa itu Dek?"

"Ih Abang, lagi-lagi lupa gimana sih Abang ini, belum juga umur empat puluhan sudah pikun," ucap Ayu kembali cemberut.

"Iya Abang tahu, kalau sebuah pernikahan itu harus di dasari oleh kepercayaan dan kejujuran, itu 'kan yang mau Adek bilang?"

"Nah itu tahu, terus Ayu mau tanya adakah yang Abang sembunyikan dari Ayu?"

"Hufh ... sebenarnya ada Dek, cuma untuk saat ini belum saatnya, suatu saat kita akan memberi mereka pelajaran terhadap semua orang yang merendahkan Adek."

 

"Loh bukan Ayu yang direndahkan, tetapi Abang yang selalu dihina, dicaci maki, dibanding-bandingkan, bahkan direndahkan, memangnya Abang nggak marah?"

 

"Abang itu malah kasihan sama keluarga Adek, masih memandang status lebih berpengaruh, memang siapa sih yang nggak perlu uang, sekarang lihat Alhamdulillah Abang dari pelayan warung makan sedikit demi sedikit Abang bisa buka bengkel dengan tabungan Abang sendiri."

 

"Sudahlah Dek, yang penting sekarang Adek harus bersiap-siap jika suatu hari nanti kita bisa kaya mendadak tetapi kita harus tetap menunduk seperti padi semakin banyak isinya semakin menunduk ke bawah," jawabnya dengan santai.

 

"Puitis banget deh Abang, ya sudah Ayu percaya sama Abang, mungkin Abang belum bisa cerita, tetapi ingat Bang jika menurut Abang berbohong untuk suatu kebaikan okelah," sahut Ayu yang masih belum puas atas jawaban dari suaminya itu.

 

"Sekarang senyum dong, senyum itu ibadah loh," ucapnya lagi.

 

"Iya Bang, nih udah senyum," sahutnya.

 

"Ikhlas nggak?"

 

"Ya Allah ikhlas lahir dan batin."

 

Namun Ayu, masih bisa belum puas dengan penjelasan suaminya itu dan akan mencari tahu siapa wanita itu.

 

Sampai di gedung utama sudah ramai dengan kedatangan tamu yang dielu-elukan. Tak jarang ada yang meminta foto Selfi kepada tamu undangan maklumlah jika didaerah tempat Ayu tinggal setiap ada orang yang menikah di gedung berarti tamu yang diundang adalah tamu istimewa mengalahkan artis ibukota.

 

"Eh si kismin nongol juga dianya, ke mana aja dari tadi malu ya, tuh lihat baru kali ini di keluarga kita ada yang menikah semewah ini, pasti uang di kotak itu banyak," ucapnya sambil melirik dua kotak besar di samping ke dua mempelai itu duduk.

 

Ayu melihatnya hampir tertawa terbahak-bahak melihat kotak besar itu bertengger dengan mewah dihiasi banyak bunga, bagaimana tidak katanya orang kaya tetapi masih meminta orang menyumbang di kotak itu.

 

Rizki menahan Ayu agar tidak tertawa, dengan bangganya Pakdhe Sukirman mengenalkan satu persatu keluarga besarnya, namun tidak dengan Pak Sugimin yang merupakan adek kandungnya sendiri, seakan-akan beliau diasingkan oleh keluarganya sendiri.

 

Namun dulu sewaktu Pak Sugimin kaya, mereka selalu memuji dan menyanjung Pak Sugimin yang terkenal baik dan tidak tegaan sama saudara, tetapi setelah bangkrut mereka semua menjauhi karena sudah miskin, apalagi ketiga anaknya yang laki-laki tidak mau mengurusi orang tuanya lagi.

 

Beruntung anak ke dua Pak Sugimin yang laki-laki bernama Ridho masih menganggap Pak Sugimin dan Bu Yati adalah orang tuanya, tanpa sepengetahuan mereka, Ridho selalu mengirim uang melalui Ayu adik perempuan satu-satunya.

 

Ridho tidak tahu kalau dia bekerja di kota sebagai manajer marketing di salah satu perusahaan Rizki sendiri, itu juga atas arahan Rizki yang merasa kasihan dengan Ridho karena dulu juga dicemooh juga karena fisiknya.

 

"Kenapa Bapak sama Ibu berdiri di sini, ayuk kita maju juga siapa tahu dapat Ampow?" ledek Rizki agar mertuanya tidak bersedih.

 

"Nggak usah kami nggak enak berdiri di depan, lihat pakaian kami tidak sebagus mereka yang berdasi ataupun batik," ucapnya pelan namun tetap bersahaja.

 

"Ah nggak usah malu, memang kita buat salah sama mereka, kita itu malu sama Allah bukan sama orang, ayuk Rizki nemanin," sahutnya dengan menarik tangan mertuanya agar maju untuk diperkenalkan juga.

 

"Pakdhe Sukirman!" teriak Rizki.

 

Semua orang menoleh ke arah Rizki terutama orang yang dia kenal.

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status