Share

05. Kecemburuan Sosial

Semua keluarga menatap tajam dan tidak suka melihat Rizki yang menggandeng mertuanya yang lusuh.

 

"Pakdhe ini bagaimana toh, ini loh Pak Sugimin belum dikenali sama tamu kehormatannya, beliau juga ‘kan adiknya Pakdhe!" ucap Rizki dengan lantang dan membuat Sukirman salah tingkah di hadapan tamu itu.

 

Di tatap lekatnya Rizki dari atas ke bawah berulang-ulang oleh tamu yang tak lain adalah kakak sepupunya yang bernama Linda.

 

Ingin rasanya memeluk tetapi masih banyak orang, tiba-tiba Tante Nurma memegang tangan Linda agar tidak bereaksi terlalu kentara, bisa-bisa mereka yang hadir di sini semua akan tahu siapa sebenarnya Rizki.

 

"Oh, maaf Bu saya lupa ada lagi keluarga saya juga, kenalkan namanya Bapak Sugimin adik kandung saya, itu istrinya dan ini yang muda ini menantu miskinnya eh maaf maksudnya menantu dari anak perempuannya Rahayu.

 

"Maaf Bu, nama saya Sugimin ini istri saya Yati dan ini anak saya yang paling kecil namanya Rahayu dan itu menantu saya yang paling baik namanya Rizki," ucap Sugimin kepada tamu kehormatan itu.

 

"Sudah-sudah perkenalannya sudah selesai biarkan Ibu Linda ini duduk, kasihan berdiri terus, mari silakan Bapak-bapak," ucap Pakdhe Sukirman dan mendorong tubuh Pak Sugimin agar bergeser ke belakang.

 

"Tante Nurma yang melihat itu langsung menegur Pakdhe Sukirman.

 

"Loh, kenapa Bapak dorong itu Pak Sugimin, bisa 'kan minta baik-baik, nggak boleh gitu dong Pak?" sewot Bu Nurma.

 

"Memang situ siapa, Ibu itu hanya tamu undangan lagian saya nggak kenal ibu, ini pesta perkawinan anak saya, jadi suka-suka saya dong Bu, itu saja orangnya nggak keberatan kok di gituin," jawabnya tak kalah sewot.

 

"Sekarang saya mau Bapak minta maaf sama Pak Sugimin walaupun Bapak lebih tua, tetapi tidak seharusnya seperti itu juga."

 

"Memang siapa Ibu, sok ngatur saya?"

 

"Eh Pak, kami juga lihat loh, Bapak mendorong Pak Sugimin jangan mentang-mentang kaya Bapak seenaknya, kita bisa lihat dengan jelas," sahut Ibu-ibu di sebelahnya.

 

"Sudah Pak'e minta maaf saja, malu ini banyak orang, kalau ada masalah kita juga yang rugi," jawab Ibu Sri yang mulai malu melihat para tamu itu melihat mereka.

 

"Uh.. dasar edan ya wes aku minta maaf, awas kamu Sugimin," ucapnya kesal.

 

"Maaf ya Min, tadi nggak sengaja dorong, habis sudah tahu kita mau lewat, kamu tetap berdiri situ halangi saja," sahut Sukirman.

 

"Nah gitu dong Pak, kan sama-sama enak," jawab Bu Nurma dengan tersenyum dan melirik Rizki yang tersenyum juga.

 

Melihat itu hati Rahayu menjadi jengkel, dia tahu kalau wanita itu yang tadi memeluk suaminya, dari pakaiannya sudah terlihat jelas kalau dia orang kaya.

 

"Huh ... pantas saja Bang Rizki suka sama tuh perempuan biar tante-tante masih kinclong beda sama aku yang lusuh dan kusam tidak terawat," gerutunya dalam hati.

 

"Abang tahu Dek, pasti kamu lihat Abang sedang berpelukan dengan Tante Nurma, kelihatan banget kamu cemburu, tapi Abang suka kaya gini, godain lagi nggak ya?" batin Rizki.

 

"Kenapa senyam- senyum Bang, nggak sakit ‘kan?" ledek Ayu seketika.

 

"Nggak cuma lihat Adek, mukanya cemberut melulu nanti cantiknya hilang loh," goda Rizki.

 

"Nggak mempan, lagi bad mood alias bete alias kesal," bisiknya di telinga Rizki.

 

"Nanti Abang jelas in deh, tapi nanti ya, Abang mohon," ucap Rizki dengan memainkan matanya dengan berkedip.

 

Namun Ayu masih bergeming tidak menghiraukan suaminya itu.

 

"Lin ... Mamah nggak suka sama orang ini, tingkat kepedeannya terlalu tinggi, itu siapa namanya yang nikah itu?"

 

"Rangga, Mah."

 

"Maaf Bu, jadi Ibu ini ibu kandungnya Bu Linda?" tanya Pak Sukirman dengan grogi.

 

"Iya kenapa?" jawab Bu Nurma ketus.

 

"Sekali lagi maaf Bu, saya minta maaf atas kejadian barusan, saya nggak tahu kalau Ibu adalah Ibu kandungnya Bu Linda ini," jawabnya dengan seramah mungkin.

 

"Maaf ya Pak, saya nggak suka sikap Bapak seperti ini selalu merendahkan orang lain, jangan melihat luarnya saja tapi dalamnya, jangan mentang-mentang Bapak kaya seenaknya saja memperlakukan saudara seperti tadi, bagaimana dengan orang lain?" ucap Bu Nurma menjelaskan.

 

"Satu lagi ubah sifat Bapak ini, siapa tahu Bapak ke depannya lebih syok jika tahu kenyataan kalau Pak Sugimin kembali kaya gimana, pasti Bapak elu-elukan lagi ‘kan?"

 

Tante Nurma pergi begitu saja, karena merasa kecewa atas perilaku Pak Sukirman, dan dia menyuruh Linda untuk tidak berlama-lama di acara ini.

 

Melihat kejadian seperti itu membuat Pak Sukirman dendam kepada saudaranya sendiri karena merasa gara-gara dia dirinya dipermalukan di depan para tamu undangan.

 

Untuk menebus rasa bersalahnya Pak Sukirman memberikan pelayanan yang terbaik kepada Linda dan Ibunya itu, semua serba di ambilkan, namun Bu Nurma sudah terlanjur kecewa dengan sikap besannya itu.

 

"Mah, benar itu keluarga dari istrinya Rizki, kok betah sih si Rizki dengan omongannya dia, kalau aku jadi Rizki nggak mau diinjak-injak harga diriku!" ucap Linda kesal.

 

"Kamu kaya nggak tahu Rizki saja, dia itu katanya mau merasakan bagaimana sakitnya di hina, dicaci maki begituan serasa ada yang memperhatikannya, memang aneh itu anak dari dulu."

 

"Kalau dia tahu menantunya Pak Sukirman itu hanya pegawai biasa nggak bisa ngomong apa-apa lagi dianya, atau kita kasih tahu aja kali kalau Rizki adalah pewaris tunggal Wiranata group, keren kali Mah!" sahutnya dengan semangat.

 

"Hus ... jangan keras-keras nanti kedengaran, justru itu tadi Mamah sudah ketemu dengan Rizki, cuma dia bilang mau kasih pelajaran dulu ke mereka yang telah menghina dan merendahkan mereka terutama mulutnya Pak Sukirman."

 

"Pokonya jangan bertindak yang aneh-aneh, biarkan Rizki sendiri yang melakukannya."

 

"Aku kangen sama Rizki Mah, untung dia baik-baik saja, udah 5 tahun nggak ketemu, tapi Mamah sudah simpan nomor ponselnya 'kan?" tanya Linda dengan semangat.

 

"Sudah dong, jadi kalau kita rindu dengar suaranya nanti tinggal menghubunginya."

 

Linda hanya menatapnya dari jauh dan tersenyum kepada Rizki, namun lagi-lagi Ayu melihat mereka berinteraksi dengan mata mereka.

 

"Ih aneh deh Bang Rizki, kok dia senyam-senyum dengan wanita itu, tadi dengan tante-tante sekarang dengan yang muda, malah cantik, putih, pimpinan perusahaan lagi, ada apa sih, tapi kok Bang Rizki kelihatan sedih gitu?"

 

"Apa yang kamu sembunyikan Bang, sampai-sampai kamu belum siap mengatakan kepadaku, tapi aku yakin Bang kamu tidak akan mengkhianatiku seperti yang mereka katakan," lirih Ayu dalam hati.

 

Tak lama kemudian mereka pulang, karena Bu Nurma enggan berlama-lama di acara itu.

 

Tak terasa hampir selesai acara resepsi pernikahan itu, semua tampak bahagia, dan sedikit demi sedikit tamu undangan sudah mulai berkurang.

 

Pada jam tiga sore acaranya pun selesai, para petugas lalu membongkar semua pajangan dan membersihkannya. Terlihat Pak Sugimin dan istrinya ikut membantu  membersihkan gedung aula tersebut, sedangkan yang lain pergi kembali ke rumah masing-masing.

 

Di sela-sela Pak Sugimin membersihkan dengan menyapu gedung aula, tiba-tiba datang Pak Sukirman yang masih tidak terima di permalukan di depan orang banyak tadi.

 

"Min," teriaknya dari ujung.

 

"Iya Mas, ada apa?"

 

"Ada apa, ada apa, kamu itu gara-gara kamu tadi aku tadi dipermalukan sama kamu yang rendahan ini, kamu nggak terima lihat keberhasilan aku mendidik anakku untuk mencari menantu yang kaya raya, tidak seperti Ayu yang menikahi laki-laki gembel penjaga warung."

 

"Terus kenapa Mas, sampean marah-marah ke saya, tadi saja kalian tidak memperkenalkan aku yang miskin ini ke tamu undangan aku saudara kamu juga, tapi tak apalah, aku malas berdebat sama kamu, ayo Bu, Ki kita pulang, buat apa kita di sini toh nggak di anggap juga!"

 

"Huh dasar, makanya Allah membuat kamu miskin itu gara-gara kamu sendiri bukan karena anak-anakmu, Min ... dengar nggak?"

 

"Jangan pura-pura budek, nanti benaran budek loh, hahaha ...."

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status