Menjelang subuh dan setelah salat, akhirnya mereka pun sudah siap menanti kedatangan jemputan yang akan membawa mereka ke kota.Kejutan yang luar biasa untuk orang yang tiada duanya."Sudah semua toh Bu, kata Mas Kirman nggak usah bawa banyak-banyak cukup tiga baju saja.""Iya sudah beres Pak, Insya Allah semuanya beres.""Mana Ayu dan Rizki, mereka kok belum kelihatan, ini sudah jam berapa, jangan sampai mereka telat," ucap Pak Sugimin mondar mandir di depan teras rumahnya."Sabar toh Pak, ini juga baru jam tujuh pagi, masih ada waktu dua jam lagi, Bapak tenang saja, lagian anak-anak yang lain juga belum ngumpul," sahut Bu Yati mencoba menenangkan Pak Sugimin.Tak lama kemudian Ayu dan Rizki pun datang menghampiri kedua orang tuanya.Begitu juga dengan anak-anaknya yang lain, mereka di beri cuti dari perusahaan mereka masing-masing."Dek, Abang ke dalam dulu ya mau nyetor kebelet nih?" ucap Rizki sembari memegang perutnya yang sakit tiba-tiba."Iya Bang!" jawab Ayu singkatAyu pun ik
"Ya iyalah Ti, masa tiruan gini, anakku si Leo baru mengirimkan satu set perhiasan ini, bagus nggak?" tanya Bu Sri dengan bersemangat."Kenapa dipakai nya sekarang Mbak, lebih baik disimpan dulu, tunggu acara pengangkatan jabatan menantu sampean," sahut Bu Yati kepada Bu Sri."Nunggu itu kelamaan, siapa tahu aku di sana dibelikan menantu ku satu set perhiasan lagi di sana, iya kan Pak?""Pasti dong, apalagi dia mau diangkat menjadi pimpinan di salah satu cabang perusahaan Wiranata Group," sahut Pakdhe Sukirman bangga."Kamu Lukman, contoh tuh Rangga kamu juga kerja di salah satunya kan?""Sering-sering mengukir prestasi, kebetulan si Rangga itu lulusan terbaik seorang insinyur jadi mungkin berkat idenya lah bos besarnya memberikan hadiah berupa kenaikan jabatan, otomatis gajinya pasti naik juga dong!" "Oh ya Pakdhe, waktu nikahan nya Lia kok Ayu nggak lihat orang tuanya Rangga, kenapa nggak hadir ya?""Oh itu, katanya si Rangga sih orang tuanya lagi di luar negeri, jadi nggak bisa ma
"Ayuk kita masuk!""Selamat datang Bapak, Ibu sekalian, selamat menginap di hotel kami, dan ini kartu untuk membuka pintu hotel yang sudah kami persiapkan masing-masing" ucap seorang resepsionis muda itu."Silakan nama yang saya panggil harap ke depan untuk mengisi formulir dan mengambil kartu hotel ini."Resepsionis itu lalu memanggil namanya masing-masing dan memberikan kunci hotel.Tibalah giliran Pak Sugimin dan Bu Yati, Rizki dan Ayu.Mereka tidak mendapatkan kartu seperti mereka yang sudah duluan menerimanya.Hal ini dimanfaatkan oleh Pakdhe Sukirman untuk menghina mereka kembali di muka umum, tak segan-segan dengan suara yang sedikit nyaring, membuat orang lain yang berada di situ terperangah melihatnya."Loh punyamu mana Min, nggak dapat ya kuncinya, tadi sudah aku bilang kan nggak usah ikut nginap di hotel beginian, buktinya kamu nggak dapat kunci masuk ke hotel, malu-maluin saja kamu Min.""Ini juga ke mana sih Rangga, kok nggak menyambut kita sih, bahkan keluarganya saja t
Pak Dani berlalu pergi meninggalkan mereka yang ingin makan dan dia menugaskan salah satu karyawannya untuk menemaninya siapa tahu masih ada yang dibutuhkan lagi."Gimana Pak enak makanannya?" tanya Rizki seketika."Enak ya Bu, kaya masakanmu dulu, jadi ingat si Ridho bagaimana kabarnya ya?"Pada saat menoleh ke istrinya ternyata Bu Yati sudah berlinang air mata, masakan yang disuguhkan kali ini memang mengingatkan oleh Ridho.Ridho sangat suka dengan soto betawi ini, rasa dan bumbunya sangat pas di lidah mereka. Perasaan seorang Ibu tidak pernah salah, beliau merasakan akan kehadiran anaknya yang sudah tiga tahun terakhir ini belum pulang ke rumah."Loh Ibu kok jadi nangis, maafkan Bapak Bu, kalau membuat kamu teringat sama Ridho!" sahutnya."Ibu jadi ingat Ridho, sedang apa ya dia sekarang, Ibu kangen banget, seharusnya dia ikut juga sama kita, Ibu rindu sama dia Pak!""Ridho juga rindu sama Ibu dan Bapak!"Mereka kaget seketika mendengar suara yang mereka kenal, Bu Yati berbalik k
"Oh, maaf Mbak Linda saya pikir teman dekat Bang Rizki juga," jawab Ayu sedikit gugup."Ah kamu Yu polos banget sih, tapi kami senang sama kamu di balik kepolosan kamu tersimpan jiwa sosial mu yang tinggi," ucap Linda tersenyum."Maksud Mbak bagaimana, Ayu nggak ngerti?" tanya Ayu bingung."Kamu masih ingat dengan dua wanita sebagai pemulung yang mampir di warung nasi kuning ibumu?" tanya Tante Nurma."Oh iya- iya, Ayu masih ingat terus apa hubungan nya dengan?""Seketika Ayu paham maksud dari Tante Nurma itu bahwa merekalah dua wanita itu yang menyamar menjadi pemulung."Iya Yu, itu kamu sedang menyamar, karena kami ingin melihat secara dekat menantu dan keluargamu Yu, dan kami sangat senang setelah melihat sendiri tentang kalian.""Dan berkat kalian juga anak saya ini si Linda bisa belajar banyak hal tentang kejadian di sekitarnya, makanya kami tidak malu mempunyai keluarga seperti kalian," terang Tante Nurma dengan bahagia."Ayuk Pak silakan sudah di tunggu di dalam!" ajak Tante Nu
"Begini Pak, saya waktu pertama kali bertemu Pak Sugimin dulu, nggak tahu kenapa saya suka sekali bercerita dengan Pak Min, ingat dulu nggak Pak, kalau saya menceritakan tentang keluarga saya, terutama tentang anak saya yang pergi entah ke mana?" tanya Pak Aldi."Saya hanya menceritakan kepada Bapak sedangkan dengan keluarga saja dan orang kepercayaan saya bilang ke mereka kalau anak saya sedang di luar negeri, padahal kenyataannya Rizki mencari jati dirinya sendiri di luar sana.""Sekali lagi terima kasih Pak, karena dari Bapaklah anak saya bisa belajar hidup, dari Bapak juga saya mengerti tentang hidup, makanya kami ingin anak-anak kita bisa mengambil hikmah di dalam perjalanan hidup kita.""Tidak semuanya dapat di beli dengan uang, kebahagiaan yang lahir batin tidak bisa dirasakan bila semua dinilai dengan uang."Pak Aldi menjelaskan bahwa Rangga telah melakukan tindak korupsi bersama ayahnya yang merupakan kepercayaan Pak Aldi selama lima tahun belakangan ini setelah Rizki pergi.
"Bukan rumah tetangga sebelah, kita numpang di sini daripada di losmen," goda Rizki yang melihat Ayu tertegun dengan kemewahan rumah Rizki itu."Wah bagus juga rumah tetangga Abang, baik banget tuh orang, siapa sih Bang?" tanya Ayu polos.Seketika Pak Sugimin dan Bu Yati tertawa terbahak-bahak melihat sikap Ayu yang polos, celingak-celinguk melihat rumah megah tepat di depan matanya."Nduk, ini rumah suamimu, mana ada tetangga mau pinjamkan rumah sebagus ini buat kita tempati?" ucap Bu Yati yang tak kalah tertegun juga melihat keindahan rumah mewah itu."Betul itu Bang!""Iya istriku yang cantik, Solehah ku, ini rumah Abang rumah kita rumah keluarga kecil kita khusus Abang persembahkan buat istriku tersayang, muach!" ucap Rizki yang semakin gemas kepada istrinya itu."Ih Abang malu tahu, ada Bapak sama Ibu, tuh dilihati juga sama Tante Nurma sama Mbak Linda!" sahut Ayu tersipu malu."Duh jadi iri aku Ki, lihat kalian pingin cepat-cepat nikah sama Mas Wisnu," sahut Linda yang iri melih
Setelah salat subuh, mereka semua sudah ada di meja makan, namun tidak dengan Ayu.Ayu sudah dari subuh membantu Mbok Iyem menyiapkan sarapan pagi. Hal ini membuat Tante Nurma tambah menyukai Ayu yang rajin dalam segala hal."Loh Ayu, kamu bantuin Mbok Iyem?" tanya Tante Nurma terkejut melihat Ayu sudah di dapur memakai celemek."Maaf Tante, sudah kebiasaan dari kampung," jawabnya polos.'Nggak apa-apa, terserah kamu saja.""Terus mana Iki?""Lagi mandi Tan, bentar lagi nyusul!""Apa kamu lihat Linda,Yu?""Ke mana tuh anak lagi dibutuhkan malah hilang," gerutu Tante Nurma.Tak lama kemudian Rizki datang dengan gaya anak muda kekinian.Baju kaos biru langit lengan pendek dengan celana sebatas lutut berbahan jeans, ditambah sepatu kets berwarna biru.Tak lupa memakai kacamata hitam dan tas selempang berwarna hitam."Wah keren banget kamu Ki, tinggal jenggotmu itu belum di bersihkan!" celetuk Tante Nurma melihat gaya style Rizki."Aduh Tante, kalau Iki bersihkan nanti penyamaran Iki ke