"Itu belum semua Pah soalnya Iki akan melakukan perubahan terutama di bagian posisi dewan direksi," ucapnya lagi.Di dalam ruangan rapat ...Kamu anak yang bodoh Rangga, buat apa kamu membongkar kebusukan kamu sendiri, kamu memang seperti anak kandung Papah saja, masa beginian harus dikasih tahu sih?""Sia- sia aku membangun perusahaan kalau akhirnya terbongkar semua, dari mana Papahmu ini mengembalikan uang sedangkan hasil dari semua yang kita pakai sudah Papah investasikan membeli sebuah apartemen.""Sial, ternyata aku tidak bisa menganggapnya enteng, terlalu berbahaya mengambil risiko sekarang, untung untuk masalah yang satu ini aku tidak melibatkan anak payah ini, walaupun kamu pintar Rizki, tetapi kamu tidak tahu siapa yang menjadi musuhmu sebenarnya, bahkan tidak ada menyangka kalau dia dalang dari semua itu, terkadang orang dalam lah yang lebih berbahaya dari orang luar," gerutunya."Apa maksud Papah?" tanya Rangga yang sudah mulai sadar."Kamu akan tahu sendiri, jika Papah me
"Ke balik Pakdhe, si Rangga itu sudah nggak ada apa-apanya lagi, sudah miskin bohong lagi, apaan tuh?" jawab Doni mengejek."Min, kasih tahu anakmu ini nggak sopan sama orang tua, begini cara kamu mendidik anak, nggak ada tata krama nya sama sekali!" ucap Pakdhe Sukirman masih emosi."Ada apa lagi sih Mas, nggak di kampung, di kota ribut melulu, ada apa toh?" tanya Pak Sugimin santai."Itu loh Pak, si Pakdhe minta jatah juga, gara-gara diajak in eh malah kepingin dikasih uang juga sama Ridho, makanya tadi Doni bilang kenapa nggak minta uang sama Rangga menantunya saja, katanya kan orang kaya," sindir Doni sembari tertawa."Ya wajar dong aku minta, kalian saja di kasih masa aku nggak, aku ini yang paling tua, hargai dan hormati orang yang lebih tua!" jawabnya yang tak kalah hebohnya.Tanpa banyak ngomong Ridho langsung mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam tasnya.Begitu melihat Ridho mengeluarkan amplop tiba-tiba Pakdhe Sukirman langsung menyambar amplop itu tanpa permisi.Acar
Pak Sugimin dan Bu Yati menikmati kebersamaan mereka bersama Ridho anak mereka yang sudah lama tinggal di Jakarta.Ridho menceritakan bagaimana bisa bertemu dengan Rizki, sampai dia di terima menjadi Chef dan menjadi penanggung jawab restoran itu."Weh kamu hebat Dho, kami bangga sama kamu sudah sukses seperti sekarang," ucap Pak Sugimin tersenyum."Iya anak Ibu satu ini, nggak nyangka saja bisa seperti ini, tinggal satu keinginan Ibu Nak, carikan ibu menantu!" sahut Bu Yati malu-malu.Seketika wajah Ridho murung, tak ada raut wajah ceria kembali, Ridho hanya menatap ke langit dan duduk di bawah pohon sebuah taman, lalu dia merebahkan kepalanya di pangkuan Bu Yati."Ridho tahu, Ibu dan Bapak sangat menginginkan agar segera menikah, tetapi sampai sekarang Ridho belum bisa memenuhi permintaan kalian, karena ...""Karena kamu punya kekurangan, karena kamu tidak sempurna kalau jalan, kamu minder, kamu tidak percaya diri, itu kan alasanmu!" sahut Bu Yati lembut."Nak, maafkan Ibu kalau sud
Ayu pun menutup pintu lalu mengikuti mereka yang langsung menyapa Bu Salwa mertua Ayu."Assalamualaikum!""Wa’alaikumsalam! "Maaf dengan siapa ya?" tanya Bu Salwa yang lupa tentang sosok Pakdhe Sukirman."Siapa mereka Ayu, kalau nggak kenal jangan disuruh masuk langsung bahaya zaman sekarang, bilangnya keluarga ternyata pencuri," celetuk Bu Salwa sewot.Seketika Ayu tertawa mendengar mertuanya mengatakan kalau Pakdhe Sukirman itu pencuri, namun wajah mereka menahan malu karena dianggap seperti itu."Walah, kok kami dibilang pencuri toh Bu, nggak ingat sama kami?" tanya Pakdhe Sukirman bingung dan sedikit marah."Mah, ini namanya Pakdhe Sukirman, itu istrinya Budhe Sri dan ini anaknya yang menikah sama Rangga itu loh Mah!" jelas Ayu tersenyum."Oh gitu, maaf ya Bapak, Ibu ayuk silakan duduk!" "Terima kasih, ini kami bawakan buah tangan ala kadarnya, ini buah-buahan segar cocok buat Ibu untuk masa pemulihan," ucap Pakdhe Sukirman basa-basi."Aduh nggak usah repot-repot, tetapi terima k
"Sayang kamu kenapa, boleh Abang masuk?" tanya Rizki terlihat panik."Uek ...uek!" terdengar dari dalam kamar mandi di dapur."Tok! Tok!"Nduk, buka pintunya ada apa toh, jangan buat Ibu khawatir!" ucap Bu Yati ikutan panik.Bu Salwa hanya tersenyum melihat mereka panik, beliau sudah yakin kalau sebentar lagi Ayu memberikan seorang cucu."Mungkin dia masuk angin kali, kerok saja badannya pasti hilang anginnya," celetuk Budhe Sri.Tak lama Ayu keluar dari kamar mandi, lalu Bu Yati memberikan segelas air putih hangat kepada Ayu."Ada apa Nduk, sudah mendingan?" tanya Bu Yati melihat wajah Ayu sedikit pucat."Kita ke dokter ya Dek, Abang takut terjadi apa-apa sama kamu!" ucapnya sambil memeluk istrinya.Seketika Ayu muntah lagi ketika dipeluk suaminya, dia pun berlari ke kamar mandi lagi."Ki, lebih baik kamu mandi sana, sepertinya Ayu nggak suka kamu bau, cepatan!" perintah Mamahnya dengan sigap."Mamah ini aneh, Ayu lagi di kamar mandi lagi mual, masa Iki tinggal mandi, gimana sih Mama
"Assalamualaikum!"Wa’alaikumsalam!"Mari silakan masuk Pak, Ibu!" ajak Pak Fauzi ramah."Terima kasih Pak!" jawabnya semringah.Pakdhe Sukirman, Budhe Sri dan Lia sangat kagum dengan rumah yang di tempati Pak Fauzi, tak kalah mewahnya dengan rumah milik Pak Aldi.Beliau pun menelisik setiap sudut ruangan. Bangunan yang berlantai dua ini terlihat seperti hotel, bahkan luas seperti lantai berdansa, warna putih gading yang di padu padankan sedikit warna hitam untuk pernak perniknya menambah elegan rumah tersebut.Di hiasi dengan bunga hidup yang selalu di petik setiap tiga hari sekali di ganti, menambah alaminya wangi dari rumah itu.Seketika mereka di buat terpana dengan keindahannya, dan ingin lama-lama tinggal di sana, tetapi tidak dengan Pakdhe Sukirman, beliau mempunyai tujuan yang lebih baik untuk ke depannya."Maaf Pak, Bu begini ada yang mau saya sampaikan, berhubung kalian adalah orang tua menantu saya yang baru, saya ingin mengatakan sesuatu yang mungkin kalian sudah dengar da
Pakdhe Sukirman akan dipindahkan di kamar rawat. Beliau sudah mendapat penanganan pertama. Untuk pemeriksaan lebih lanjut terpaksa harus menginap di rumah sakit.Budhe Sri bingung biaya yang akan di tanggung, tanpa basa-basi beliau meminta Rangga membayar biaya pengobatan suaminya.Rangga hanya tersenyum tipis, bahkan dia sendiri sudah enggan bertemu dengan keluarga Lia, sama halnya Rangga menikahi Maya karena menginginkan harta sedangkan Lia menikahi Rangga selain harta juga bisa menutupi kehamilan dengan orang lain.Pakdhe Sukirman masih tertidur, sesekali matanya mengeluarkan air mata apakah mungkin beliau meratapi nasibnya?"Rangga kamu mau ke mana?" tanya Budhe Sri yang sedang kalut."Saya mau pulang Bu!""Kok sekarang panggilnya bukan Mamah, malah Ibu kenapa Nak?" tanyanya dengan bingung."Iya Bu soalnya saya akan menceraikan Lia setelah anak itu lahir," jawabnya spontan.Mas, maafkan aku, sungguh aku minta maaf kalau aku tidak berkata jujur, berilah aku satu kesempatan lagi ya
"Bagaimana ini siapa yang akan membayar semua biaya rumah sakit, sedangkan kami tidak punya uang sepeser pun?" ucapnya sembari melirik kearah Rizki.Rizki yang tidak tega dengan Pakdhe Sukirman walaupun dia sering menjadi bahan obrolan hangat, ingin membiayai semuanya, namun saat hendak mengatakannya Ayu langsung berbicara duluan.Ayu pun tak mau suaminya diperalat oleh Lia ataupun Budhe Sri."Tenang Budhe, bukannya Pakdhe Sukirman banyak tabungannya, beliau kan juragan tanah, nggak mungkin lah Pakdhe nggak punya uang?" jawab Ayu mengejek."Kamu itu tahu apa sih Yu, kalau kamu memang mau dianggap keluarga kita bantu dong Pakdhemu ini, kalian kan banyak duitnya tidak akan habis sampai tujuh turunan, dan Budhe minta pindahkan Pakdhemu di kamar VIP gengsi dong di kamar biasa," sewot Budhe Sri."Eh Mbak Sri memang siapa yang mau bayar, memang Mbak ingat apa sewaktu kami butuh uang seratus ribu saja Mbak nggak mau memberi kami padahal saya tahu Mbak baru menjual tanah peninggalan Bapak say