Hanya memakan waktu tidak lebih dari dua puluh menit Rizki telah sampai di perusahaan besarnya.Rizki dengan langkah yang mantap dan tegas mencerminkan seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa.“Selamat pagi Pak Rizki!” ucap Bu Desi sekretaris Pak Aldi.“Selamat pagi Bu!” sahut Rizki dengan ramah.“Pak Lukman sudah datang atau belum?” tanya Rizki tegas.“Maaf Pak belum datang hanya saja ada tamu yang menunggu di ruangan Bapak, saya sudah bilang kalau tidak bisa bertemu jika belum ada janji dengan Bapak,” ucap Bu Desi.“Siapa dia Bu, apa yang dia katakan?”“Namanya Budhe Sri dan Mbak Lia, katanya mereka keluarga istri Bapak,” ucapnya sedikit ketakutan ketika melihat sorot mata Rizki dengan tajam.“Lain kali jika ada yang bilang dari keluarga istri saya selain mertua dan kakak ipar saya yang namanya Ridho, jangan dikasih masuk suruh tunggu di luar saja!” ucapnya.“Ba-baik Pak, soalnya tadi mereka mengancam akan bunuh diri di depan kantor kalau tidak diizinkan masuk Pak, jadi kami bingu
“Loh Bu kenapa kita keluar, belum selesai kan bu misi kita untuk mendapatkan Rizki!” teriak Lia tanpa sadar mereka membuka aibnya sendiri.“Bu, sakit Bu, kok Ibu sakit in Lia, Lia ini lagi hamil Bu!” ucap Lia memberontak karena cengkeraman ibunya yang terlalu kuat.“Ada apa sih Bu, kenapa tiba-tiba kita keluar dari sana?” tanya Lia bingung.“Kamu nggak dengar apa mereka ternyata sudah tahu rencana kita kalau kita menginginkan Rizki,” jawab Budhe Sri.“Jadi bagaimana dong Bu?” “Kamu tenang saja masih banyak cara yang kita bisa pakai, jika rencana A gagal, kita masih punya rencana B,” sahutnya tersenyum licik.“Terserah Ibu saja, bagaimana baiknya!”“Bu, Lia punya Ide, bagaimana kalau kita bekerja sama dengan Papah Fauzi, mereka kan sekarang musuh karena Mas Rangga dan Papah Fauzi ketahuan korupsi, pasti dong mereka ingin membalas dendam kepada mereka,” jelas Lia bersemangat.“Otak mu encer juga Sayang, kenapa Ibu nggak ke pikiran ke sana ya?” sahut Budhe Sri tersenyum.“Kalau begitu s
“Bagaimana kalian bisa tahu, sedangkan Iki tidak memberitahu kalian?” tanyanya yang masih bingung. “Bapak dan ibu hanya menerka-nerkanya saja Ki, buktinya tadi dia sangat menikmati kalau Bapak marah sama kamu, sepertinya Wisnu sangat berbahaya Ki, dia seperti musuh dalam selimut,” ungkap mertuanya itu.“Sebenarnya Iki juga juga sependapat dengan Bapak, hanya saja tidak ada bukti mengarah kepadanya, jadi bagaimana bisa membuktikan kalau Wisnu adalah otaknya, Iki juga memikirkan nasib Mbak Linda, pernikahannya empat bulan lagi, sedangkan semuanya sudah hampir rampung sekitar 90%, bagaimana ini Pak?” jelas Rizki bingung.“Iya sih Bang, tetapi kalau kita tidak cegah dari sekarang dan Mbak Linda sudah menikah, takutnya dia nekat berbuat kasar sama Mbak Linda, nanti dia lampiaskan ke sana, bagaimana, kasihan juga kan, Bang?” ucap Ayu menjelaskan.“Iya Ki, lebih dari sekarang kamu harus menyelidiki sebelum terlambat, apalagi Bapak mempunyai firasat kalau saudara Bapak itu dia akan kembali m
Lima belas menit kemudian Wisnu dan Lukman sudah sampai di kantor. Bu Desi sekretaris Pak Aldi yang sekarang menjadi sekretaris Rizki memberitahukan bahwa mereka sudah datang.Nampak kekhawatiran dan sedih terlihat di wajah keriput Bu Yati, biar bagaimanapun juga Lukman adalah anaknya yang dari kecil selalu patuh dan tidak pernah membangkang.Entah mengapa setelah dewasa mereka semua berubah setelah mengenal kekuasaan dan harta.Berbeda dengan Ridho yang dari kecil suka berbuat ulah sampai-sampai pernah dikeluarkan dari sekolah akibat sering tawuran, namun sekarang dialah yang paling sayang kepada orang tuanya.Kehidupan telah merubah sifat dan sikap seorang manusia, tergantung dari pribadi masing-masing.“Kenapa Bu, apa Ibu khawatir dengan Lukman? ”tanya Pak Sugimin pelan tanpa diketahui Rizki.“Iya Pak, Ibu hanya nggak habis pikir dia bisa melakukan ini semua, padahal dari kecil Ibu tahu banget watak anak itu, dia itu hanya ikut-ikutan Pak, mengikuti si Doni yang pencicilan itu,” g
“Kenapa Bang, jujur sama saya ada apa, jelaskan semuanya, bagaimana saya mau bantu Abang kalau kamu tidak berkata jujur?”“Apa Abang tidak malu dengan keluargamu, terutama dengan Bapak dan Ibu?”“Saya dengar dari Ibu kalau Abang waktu masih kecil sangat santun selalu berperilaku baik dengan orang tua, selalu menuruti perkataan mereka tetapi setelah dewasa ini balasan kalian untuk kedua orang tua kalian?”“Bagaimana Abang akan mengajarkan anak-anakmu kelak dengan perbuatan yang merugikan orang lain, seandainya Abang di posisi saya, apa yang Abang lakukan?”“Apakah memaafkan orang itu walaupun kesalahannya fatal atau diserahkan saja kepada pihak berwajib alias dipenjara?” jelas Rizki sembari memandang dirinya yang masih tertunduk lesu.“A-aku se-sebenarnya ... a-aku se-sebenarnya ... tapi kamu harus janji jangan beritahu siapa-siapa terutama W-Wis-Wisnu,” ucap Lukman terbata-bata.Kembali cucuran tetes keringat sudah membasahi keningnya, ditambah tubuh gemetar hebat bahkan ingin berbic
“Pikirkan baik-baik Bang Lukman, jangan sampai salah ambil keputusan, karena nanti akhirnya kamulah yang menjadi sasarannya.”“Jika ikut denganku, kupastikan keluarga kalian aman, tetapi jika kamu lebih percaya dia terserah berarti kamu menjadi musuhku dan siap-siap menghadapi seranganku,” jawab Rizki tegas.“A-aku bingung Ki, apa yang harus aku lakukan, tapi kamu janji kan tidak membuat keluargaku dalam masalah?” tanya Lukman khawatir.“Kamu tenang saja Bang, kalian aman bersamaku,” jawab Rizki dengan tegas.“Baiklah Ki, aku ikut kamu, aku akan membantumu, aku akan berusaha mendapatkan bukti yang kamu minta,” ucap Lukman bersemangat.“Kamu memang pintar Bang mengambil keputusan, intinya kamu hanya berpura-pura kalau kamu masih setia dengan Wisnu, mungkin dia akan menguji kamu dalam beberapa hal, mungkin dengan hal-hal yang berbau ekstrem,” sahut Rizki tersenyum licik.Mendengar penjelasan Rizki barusan membuat Lukman kembali menjadi mental krupuk, dia takut akan melakukan hal-hal yan
“Mbak apakah Wisnu sudah mulai curiga denganku? ”tanya Rizki kepada Linda.“Aku harap kamu bisa mengontrol emosimu Ki, jangan sampai terjadi lagi, kamu tenang saja Ki, sebelum akad nikah semua akan jelas, kamu harus secepatnya mengambil tindakan,” jawab Linda harap-harap cemas.***Rizki menatap Lukman yang hampir saja babak belur jika dicegah oleh Rizki.“Bang Lukman ... Bang Lukman seandainya saja kamu tidak berbuat curang dan tidak korupsi aku akan mempertimbangkan kamu sebagai direktur, tapi sayang karena ulahmu sendirilah kamu menjadi terjerumus dalam lingkaran penuh dosa,” jelas Rizki tersenyum sinis.“Sekarang Bang Lukman lebih baik kamu beristirahat kembali ke hotel, aku sudah menyiapkan fasilitas di kamar hotel bersama anak dan istrimu, tetapi ingat besok pagi kita akan mengadakan meeting.”“Satu lagi Bang, jika Wisnu menemuimu jangan bilang aku sudah mengetahui semuanya, jadi jika sampai ketahuan bukan keluargaku saja yang terancam tetapi anak dan istrimu juga menjadi taruha
{Ya, ada apa}{Maaf Bos, saya ada informasi tentang Pak Wisnu, saya akan kirim siang ini Bos}{Baiklah kirim alamat itu, saya ingin pergi sendiri melihatnya}{Baik Bos}“Baiklah Wisnu seberapa rapat kamu menyembunyikan rahasiamu kepadaku, hampir semua bukti mengarah kepadamu.”“Apakah aku harus juga bertanya dengan papah atau mungkin papah dulu sebelum bertemu mamah, papah sudah menikah, tetapi kata Lukman Wisnu adalah anak Fak Fauzi, atau Wisnu adalah anak papah?” gumam Rizki.“Ah semakin rumit masalah ini belum selesai dengan Pakdhe Sukirman sekarang tambah masalah baru.”“Aku tidak ingin masalah kantor menjadi pikiran Ayu, tetapi aku harus meminta nasehat sama siapa kalau papah aku juga tidak mau mengganggunya beliau masa tahap pemulihan, atau dengan Bapak?” gumam Rizki.“Apakah Bapak mau membantuku sedangkan anak-anaknya semua terlibat dalam perencanaan pembunuhan papah sama mamah.”“Apa yang harus aku lakukan, aku bingung ya Allah, berilah petunjuk-Mu, aku harus semangat, aku har