{Ya, ada apa}{Maaf Bos, saya ada informasi tentang Pak Wisnu, saya akan kirim siang ini Bos}{Baiklah kirim alamat itu, saya ingin pergi sendiri melihatnya}{Baik Bos}“Baiklah Wisnu seberapa rapat kamu menyembunyikan rahasiamu kepadaku, hampir semua bukti mengarah kepadamu.”“Apakah aku harus juga bertanya dengan papah atau mungkin papah dulu sebelum bertemu mamah, papah sudah menikah, tetapi kata Lukman Wisnu adalah anak Fak Fauzi, atau Wisnu adalah anak papah?” gumam Rizki.“Ah semakin rumit masalah ini belum selesai dengan Pakdhe Sukirman sekarang tambah masalah baru.”“Aku tidak ingin masalah kantor menjadi pikiran Ayu, tetapi aku harus meminta nasehat sama siapa kalau papah aku juga tidak mau mengganggunya beliau masa tahap pemulihan, atau dengan Bapak?” gumam Rizki.“Apakah Bapak mau membantuku sedangkan anak-anaknya semua terlibat dalam perencanaan pembunuhan papah sama mamah.”“Apa yang harus aku lakukan, aku bingung ya Allah, berilah petunjuk-Mu, aku harus semangat, aku har
“Walah akhirnya datang juga kamu Min, ternyata masih ingat dengan saudaramu sendiri, mentang-mentang sudah kaya lupa sama saudara, ke mana saja kamu, kok baru nongol?” tanya Budhe Sri kesal.“Seharusnya saya yang bertanya dengan Mbak, kenapa dari tadi malam Mbak nggak menjaga Mas Kirman, malah Mbak pulang ke hotel, Mbak kan istrinya?” tanya balik Pak Sugimin dengan kesal.“Ya ...a-aku nggak bisa bau rumah sakit bawaannya mau muntah melulu, makanya aku pulang,” kilah Budhe Sri dengan gugup.“Ah sudahlah, malas ngomong sama kalian buat aku tambah kesal saja melihat kalian, terus ke sini nggak bawa apa-apa lagi,” celetuknya tambah kesal.“Astagfirullahaladzim, sampai lupa aku Mbak bawa buah tangan, maaf nggak sengaja soalnya tadi buru-buru ke sini,” sahut Pak Sugimin.“Alah alasan kalian nggak kreatif banget sih, bilang saja kalian malas membawa buah tangan, eh Min dosa loh kalau suka bohong nanti hidup nggak berkah, ingat itu!” jawabnya tak mau kalah.“Sudah toh Pak, nggak usah diladeni
“Sebenarnya aku belum puas Pak, mereka itu harus dikasih pelajaran, supaya mereka ingat seumur hidupnya, jadi nggak bisa berbuat ulah lagi,” ucap Bu Yati yang masih emosi dengan tingkah laku Keluarga Sukirman.“Sudah dikasih oleh Allah teguran lewat sakit masih saja belum juga kapok, terbuat dari apa sih saudaramu itu?” tanya Bu Yati yang masih saja mengumpat karena belum puas memarahi mereka.Pak Sugimin hanya bisa mendengarkan ocehan dengan tersenyum melihat istrinya yang dari tadi sepanjang jalan keluar dari kamar rawat tidak berhenti mengomel.“Kenapa toh Pak, diam saja dari tadi dan sekarang malah tersenyum, rasanya mau tak kerjain mereka semua itu,” ucapnya lagi masih geram.“Sudah toh Bu nggak usah marah-marah nanti cepat tua loh, bikin sakit hati, nggak usah dipikirkan,” sahut Pak Sugimin dengan tenang.“Loh Bapak ini bagaimana sih, mereka itu sudah keterlaluan membuat anak kita Ayu ingin dijadikan janda muda, aku nggak mau Ayu seperti itu!” ucapnya Bu Yati sedikit menekan.“A
“Kamu nggak apa-apa Nduk?” tanya Bu Yati dengan khawatir.“Bang Doni keterlaluan Bu, Ayu nggak percaya kalau Bang Iki seperti itu, pasti ada sebabnya Bu .... hiks ... hiks” tangis Ayu pecah.“Iya Nduk Ibu percaya, sudah ya jangan nangis tidak baik untuk janinmu,” ucap Bu Yati mencoba menenangkan Ayu yang masih menangis.“Bentar lagi suamimu pulang lebih baik kita tanya saja dengan dia, jadi tidak ada salah paham.”“Jujur ya Nduk hati mana yang nggak sakit bila anaknya dalam musibah, Ibu juga merasa kasihan dengan abangmu itu, tetapi kita tidak boleh egois, suamimu memang tidak pernah kita lihat marah.”“Namun Ibu pasti punya firasat kalau abangmu itu memang salah pasti ada kelakuannya melebihi batas sehingga suamimu marah besar dan menghajar Lukman sampai babak belur,” ucap Bu Yati.Ayu hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam kamar lantaran abangnya mencari kambing hitam.Bu Yati pun selalu menemani dan menghibur Ayu agar tidak terbawa emosi.***Sementara di ruang tamu Doni dan Rez
“Doni minta maaf Pak, Bu, Doni khilaf, Doni janji tidak akan berbuat seperti ini lagi,” ucap Doni mengiba.“Maaf mu sekarang tidak berguna Don, kamu harus mempertanggung jawab kan semuanya ini, dan untuk itu kamu harus berkata jujur agar hukuman kamu tidak terlalu berat!” sahut Pak Sugimin menjelaskan.“Pokoknya Doni nggak mau dipenjara Pak, semua ini gara-gara Bapak juga karena tidak pernah memberikan apa yang kami minta!” kilah Doni dengan marah.“Hey Doni, kamu itu sudah berkeluarga ada anak dan istrimu yang kamu pelihara, sudah tanggung jawabmu itu, bukan tanggung jawab kami lagi, bahkan kamu juga tidak pernah memberikan kami uang, kami tidak pernah meminta karena kami tahu kamu banyak kebutuhan!”“Di usia renta kami pun harus berjuang sendiri, karena kami tidak ingin membebani kalian dengan kehidupan kami, kami hanya ingin kalian itu selalu di jalan yang benar Insya Allah kalian akan mendapatkan berkah-Nya!” jelas Bu Yati.“Ibu selalu membanggakan Ridho dan Ayu, apa sih hebatnya
Dani mengantarkan Pak Sugimin ke tempat penampungan barang bekas yang paling terdekat dari rumah Ayu.Jarak antara rumah dan tempat penampungan itu hanya berjarak delapan kilometer, tempat itu yang paling dekat dengan pemukiman warga.Dani membonceng Pak Sugimin dengan hati-hati, sesekali Dani memperhatikan wajah Pak Sugimin yang sendu dan memperhatikan jalan ke depan.Hatinya merasa ikut sedih melihat orang tua seperti Pak Sugimin yang harus bersusah payah mencari keberadaan anaknya yang tidak tahu diri itu.Sementara itu Doni masih bersembunyi di tempat yang orang lain tidak tahu menurutnya, tetapi dia tidak sadar kalau bapaknya sangat mengenal Doni, dan tempat bersembunyi yang biasa dia lakukan dari kecil.Disaat dia merasa aman, tiba-tiba ponsel Doni berbunyi.Doni merasa gugup karena yang menghubunginya adalah Wisnu. Rasa takut bercampur keringat mulai membasahi pelipisnya kembali, detak jantung pun sudah tidak beraturan dengan napas tersengal-sengal akibat berlari sangat jauh m
“Astagfirullahaladzim yang benar kamu Ki, berarti Wisnu dan Rangga bersaudara? “tanya Pak Sugimin yang terkejut mendengar cerita Rizki.“Tepatnya saudara tiri Pak, satu ayah dua ibu,” jawab Rizki.“Terus kamu tahu dari mana kalau berita itu benar, jangan sampai ini hanya hoax belaka yang ingin menjatuhkan reputasi keluarga Wiranata?”“Iki tahu dari bang Lukman sendiri yang menceritakan semuanya dan diperkuat dengan kesaksian dari mbak Linda, sayangnya dari mereka berdua tidak ada yang merekam omongan ke ayah dan anak itu,” jelas Rizki.“Intinya semua kejadian selama lima tahun belakangan ini adalah ulah dari Wisnu yang berpura-pura peduli dengan keluarga Wiranata.”Satu lagi apakah papahmu sudah tahu tentang masalah ini, bukannya Pak Aldi sudah mengambil Wisnu dari panti asuhan dan menjadi saudara angkatmu juga, Ki?” tanya Pak Sugimin menjadi bingung.“Nah itu dia Pak, yang belum Iki mengerti seperti benang kusut,”ucap Rizki sedikit bercanda dengan Pak Sugimin.“Kamu kok pusing sih, t
“Itu kebodohan kamu sendiri Bang, karena nafsumu untuk bisa mendapatkan uang secara instan, kamu sendiri tidak memikirkan sebab akibatnya, kamu sendiri yang menjerumuskan dirimu ke lubang maksiat, karena imanmu tidak kuat, kamu buta dan tuli, dengan gampangnya kamu menjual harga dirimu sendiri hanya untuk uang!” jelas Riski yang tak mau kalah.“Iya aku buta dan tuli karena uang memang kenapa?” jawab Doni dengan lantang.“Sekarang terserah dengan keputusanmu, aku akan memberikan dua pilihan tinggal kamu pilih!”“Pertama aku akan meringankan hukumanmu asal Bang Doni mengatakan sejujurnya siapa saja yang ikut terlibat dalam kecelakaan kedua orang tuaku, dan siapa saja yang mau menggulingkan perusahaan Wiranata, kudengar kamu ikut andil dalam tindak korupsi, pasalmu berlapis Bang, Keluargamu aman bersamaku, aku akan jamin semua kebutuhan anak dan istrimu bahkan dengan keselamatannya.”“Pilihan kedua selamat mendekam selamanya di penjara jika kamu mau saja mengikuti arahannya, pikirkan apa