Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
"Dek, ayuk sudah siapkan, berangkat sekarang saja takutnya jalanan macet kalau sudah siang!" ajaknya kepada Rahayu istrinya yang masih mengaitkan bros pita pada jilbab panjang satu-satunya pemberian Rizki pada saat ulang tahun pernikahannya dua tahun lalu."Sebentar Bang," teriaknya yang sudah selesai memakai bros pita itu."Terus kado apa yang Adek bungkus?" tanya Rizki suaminya."Bang, atau kita nggak usah ke saja aja kali Bang, Ayu takut Abang nanti ....""Memang kenapa Adek takut Abang dihina lagi di sana karena kita bawa hadiahnya cuma gelas satu set yang murah harganya," jawabnya tersenyum."Kok Abang tahu hadiahnya itu?" tanya Ayu penasaran."Ya iyalah abang ini "kan paranormal, lagian hanya itu yang mampu kita beli, maaf ya Dek, uang Abang belum cukup mau beli yang lain," jawab Bang Rizki dengan muka ditekuk."Bang, sebagus apa pun kalau niatnya jelek hanya pamer buat apa, tidak menjadi berkah, hanya ini saja yang kita mampu tetapi ikhlas kita memberinya, terserah dia mau ap
"Kenapa Dek, kok senyam-senyum begitu, ada yang salah dengan Abang?" tanyanya seketika."Ayu, senang Abang mau ceramahi mereka, sekali-kali mereka harus tahu juga posisinya, jangan mentang-mentang kaya mau seenaknya saja," gerutu Ayu sambil melihat suaminya dengan bahagia.Ayu memberikan hadiah pernikahan itu yang sudah dipercantik dengan kertas kado yang murah di beli dari warung tempat sebelah rumahnya.Semua memandang ke arah mereka yang hanya datang dengan pakaian yang sederhana, tak ada perhiasan yang dikenakan istrinya, bahkan alas kaki pun tidak sebagus yang mereka pakai dalam acara pernikahan keluarga.Keluarga besar Ayu dan besannya sepakat memakai baju yang sama dari anak-anak sampai orang dewasa semuanya dapat, sehingga waktu di foto terlihat sangatlah indah.Namun tidak bagi Rahayu dan suaminya, beserta Orang tua Rahayu tidak mendapatkan baju seragam, mereka beralasan lupa menjahitnya, maka mereka hanya memakai pakaian yang menurutnya pantas untuk dipakai.Entah sengaja at
"Maaf Dek, Abang kepingin ke toilet, di mana toiletnya ya?""Oh itu belok kanan lalu lurus saja nanti ketemu di ujung sana," ucap Pak Sugimin."Terima kasih Pak, saya pergi dulu," sahut Rizki dengan tampak gusar."Pak, kalau Ayu lihat sepertinya Bang Rizki kaya gimana gitu, saat Bang Reza bilang ada tamu kehormatan, siapa tadi namanya ... oh ya dari Wiranata Group, siapa sih Pak?" tanya Ayu dengan penasaran."Oh itu, perusahaan terbesar di daerah sini, orang itu memiliki banyak perusahaan dari properti, restoran, hotel, apartemen, ruko, mall, pelayaran bahkan farmasi.""Cabangnya sudah di mana-mana, nah itu yang nikah suami sepupumu itu salah satu anak buahnya."Dengar-dengar beliau itu tidak sombong bahkan bisa dibilang sangat dermawan. Beliau juga punya yayasan sekolah, ada panti asuhan, panti jompo, bahkan rumah singgah penyakit kanker, sebagian hartanya disumbangkan untuk yayasan amalnya.""Cuma yaitu sangking banyaknya yang dipegang dan kegiatan sosialnya, mereka lupa kalau merek
Rahayu kembali masuk ke dalam, dia menunggu Rizki, tetapi orang yang di tunggu tidak menampakkan batang hidungnya juga.Terpaksa Ayu kembali keluar dan memastikan apakah mereka masih di sana atau tidak, namun nihil sudah tidak ada lagi bahkan sepi."Apa aku salah lihat ya?""Ah tidak, pakaiannya sama, tapi kalau betul itu abang, berarti dia selingkuh dengan wanita lain?""Masa selingkuhannya tante-tante sih, kaya nggak ada cewek lain. Bang-bang, kalau selingkuh ya kira-kira juga kali sudah tua diembat juga, atau mungkin tante itu kaya," gerutunya.Karena kesal Ayu tidak dapat mencari keberadaan Rizki, lalu dia memutuskan kembali ke tempat semula."Loh Dek dari mana?""Habis dari toilet, Bang!""Kok kita nggak ketemu?""Ya iyalah nggak ketemu Abang lagi mojok!""Maksudnya!""Pikir saja sendiri!""Loh mau ke mana lagi?""Mau lihat siapa tamu kehormatan yang datang, siapa tahu bisa kenalan dengan yang punya perusahaan itu," jawab Ayu yang masih ketus."Abang ikut, tunggu dong Dek, jangan
Semua keluarga menatap tajam dan tidak suka melihat Rizki yang menggandeng mertuanya yang lusuh."Pakdhe ini bagaimana toh, ini loh Pak Sugimin belum dikenali sama tamu kehormatannya, beliau juga ‘kan adiknya Pakdhe!" ucap Rizki dengan lantang dan membuat Sukirman salah tingkah di hadapan tamu itu.Di tatap lekatnya Rizki dari atas ke bawah berulang-ulang oleh tamu yang tak lain adalah kakak sepupunya yang bernama Linda.Ingin rasanya memeluk tetapi masih banyak orang, tiba-tiba Tante Nurma memegang tangan Linda agar tidak bereaksi terlalu kentara, bisa-bisa mereka yang hadir di sini semua akan tahu siapa sebenarnya Rizki."Oh, maaf Bu saya lupa ada lagi keluarga saya juga, kenalkan namanya Bapak Sugimin adik kandung saya, itu istrinya dan ini yang muda ini menantu miskinnya eh maaf maksudnya menantu dari anak perempuannya Rahayu."Maaf Bu, nama saya Sugimin ini istri saya Yati dan ini anak saya yang paling kecil namanya Rahayu dan itu menantu saya yang paling baik namanya Rizki," uca
Mendengar perkataan pedas itu Rizki berbalik badan dan menegur Pakdhe Sukirman."Pakdhe, nggak usah menyalahkan takdir, itu rahasia Allah. Hidup itu seperti roda yang berputar kadang di bawah kadang di atas, siapa tahu nanti mertuaku yang baik ini kaya lagi, pasti Pakdhe iri, terus minta maaf terus ujung-ujungnya minta gratisan 'kan?" goda Rizki sambil tertawa."Mana mungkin kalian kaya mendadak kalau bukan hasil maling atau pakai pesugihan.""Kamu itu orang susah sok banget jadi orang, lihat tampang mu gini, kucel, lusuh, jangan sok bijak, urus saja dirimu sendiri jangan ngurusin orang lain," jawabnya dengan emosi."Lah Pakdhe sendiri ngurusin kami yang miskin ini sampai menghina, udah Pakdhe jangan emosi melulu, nggak baik buat kesehatan," ucap Rizki dengan sopan."Dasar gendeng, pergi sana tak sudi melihat muka kalian nanti ketularan miskinnya kaya kalian.""Iya Pakdhe Sukirman yang terhormat, kami mau pergi juga kok, nggak betah juga lama-lama di sini toh acaranya udah selesai.""
"Alhamdulillah nggak apa-apa, tapi terima kasih ya sudah bantuin Bapak selama ini.""Bapak memang nggak salah merestui kalian menikah dulu, Bapak bangga sama kalian terlebih sama kamu Ki, dari kamu juga Bapak bisa belajar tidak semua kita berdebat panjang lebar pakai mulut tetapi dengan perbuatan langsung kita bisa.""Sama-sama, Pak.""Boleh kita diam tetapi kita harus memainkan strategi, bolehlah sedikit kasih pelajaran," ucapnya."Betul juga kamu Ki, tapi ngomong-ngomong dari gaya bicaramu dan cara penyampaianmu, kalau boleh Bapak tebak sepertinya kamu orang berada bukan seperti orang susah?" selidik Pak Sugimin."Ah, Bapak bisa saja, tapi Aamiin ada yang mendoakan orang kaya.""Memang sih banyak yang bilang kalau Riski ini tampangnya nggak bosanin, enak buat curhat," ucapnya dengan bangga."Sudah ah ngomong melulu, terus gimana ini Bapak ban sepedanya kempes, atau begini saja Bang Riski antar dulu Bapak ke bengkel, biar Ayu tunggu di sini sampai Abang balik jemput Ayu, bagaimana B