Part 28 (Dilarikan Ke Rumah Sakit) ***Video dengan durasi kurang dari dua menit itu di putar. Boy melongo, begitu pun dengan Sheri yang seperti tak bertenaga. Mereka seperti segerombolan orang yang sedang menonton konser. Tidak mungkin, ini pasti rekayasa. Dea, ah, sialan! Batin Iden murka. Video selanjutnya memperlihatkan Boy yang mengakui hubungannya dengan Sheri. Tak sampai di situ, percakapan Sheri dan Boy lagi-lagi membuat semua orang yang ada di sana tercengang. Bahkan bola mata Meli serasa ingin lompat dari sarangnya kala mengetahui isi dari video tersebut. "Sayang, anak kita sudah makan?" tanya Boy sambil mengusap rambut Sheri. Jantung Iden seperti di remas, ia menatap Boy sekilas. Lalu kembali fokus pada layar LCD yang terpampang di depan. Anak kita, maksudnya? tanya Iden dalam hati. Meli segera merengkuh pundak ibunya. Wanita paruh baya itu masih dalam keadaan syok. "Anak kita sehat," jawab Sheri. "Jadi, Dea itu bukan anak Iden?" Bu Sani bertanya pada Meli. Kegadu
Part 29 (Stroke?) "Sudah selesai Kak?" tanya Mauren saat mendapati Andriansyah berdiri di samping pintu taksi. "Iya," jawab pria itu singkat. Mauren sedikit menggeser tubuhnya, mempersilakan Andriansyah masuk dan duduk di jok belakang bersamanya. Pria itu masih linglung, bayang-bayang Meli masih berputar di benaknya. "Di mana Zany? Dia tidak ikut pulang?" tanya Andriansyah lagi. Mauren mendongak, membuat tatapan mereka bertaut. "Zany masih ada di sana Kak, aku memintanya mengawasi gerak-gerik Sheri dan membawa mobil Kakak pulang." Tidak ada jawaban dari Andriansyah, pria itu lantas tiba-tiba menarik pinggang Mauren agar tubuh mereka merapat. Mauren terlonjak. Tanpa kata Andriansyah merebahkan kepalanya pada pundak Mauren. Ia berharap, Meli tidak mempersulit perceraian mereka. Karena Andriansyah tidak akan bisa hidup bersama seorang wanita yang hanya memikirkan dirinya sendiri, mereka seharusnya saling melengkapi. Saling terbuka satu sama lain, bukan melakukan hal apa pun sendir
Part 30 (Hujan Air Mata) Bu Sani nampak masih syok dengan kejadian semalam. Wanita paruh baya itu kembali menangis kala mengingat video perselingkuhan Sheri. Dan kebohongan menantu kesayangannya tersebut. Bagaimana mungkin, Sheri tega melakukan semua ini pada keluarganya. Kurang apa Sani selama ini. Dia selalu mendukung Sheri, tak jarang menceritakan pada teman-temannya, bahwa Sheri itu menantu idaman. Namun yang terjadi semalam membuat mentalnya down, ia malu dan seperti tak punya muka lagi untuk bertemu dengan teman-temannya. "Jadi Meli sekarang terkena stroke?" tanya Bu sani tak percaya. Tak cukup sampai di situ, Bu Sani baru saja mendapatkan kabar yang kurang mengenakan dari Iden, putranya mengenai kondisi putrinya, Meli. Iden menganggukkan kepala membuat bulir-bulir bening yang meluncur di pelupuk mata ibunya makin deras. "Ya Tuhan, putriku! Kemana Andriansyah? Dia menemani Meli kan sekarang?" Iden melengos, ia ragu menceritakan masalah kakaknya pada Ibunya. Pria itu takut
Part 31 (Menjilat Ludah?)[Bang, siang ini ada waktu luang tidak. Aku ingin mengajak Abang ketemuan?]Andriansyah berdiam diri beberapa saat, ia baru saja mendapatkan pesan dari adik iparnya yang mengajaknya bertemu. Iden menghubunginya melalui aplikasi berlogo biru. Dan hal itu membuatnya cukup terkejut. Sepertinya permasalahannya dengan Meli telah merambat kemana-mana. Atau bisa jadi, Meli tidak menceritakan kebenaran pada adiknya. "Ada apa Kak?"Andriansyah mendongak, pandangan matanya bertemu dengan mata Mauren yang teduh. "Ini mantan suamimu ngajak Kakak ketemuan."Mata Mauren memicing, ia mencondongkan tubuhnya sedikit. "Untuk apa?""Palingan juga bahas Meli.""Temui saja, selesaikan masalah ini baik-baik.""Adikku yang manis, kamu pengertian sekali."Dengan gemas Andriansyah mencubit pipi Mauren. Jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa ia selalu merasa nyaman saat berada di dekat mauren. "Kakak akan temui Iden, kamu temani ya?"Mauren mengangkat wajahnya, ia mengunyah ku
Part 32 (Pemohonan Rujuk!) Andriansyah duduk menghadap Iden, posisi mereka hanya terhalang oleh meja berukuran sedang. "Ada apa, Iden?" tanya Andriansyah tanpa basa-basi. Tidak ada senyuman, tampangnya benar-benar dingin. Iden mengangkat kedua tangannya di atas meja. Gurat kelelahan terlihat jelas di wajahnya. Banyak beban yang kini Iden pikul, semenjak berpisah dengan Mauren ia kehilangan arah, kehilangan tempat bersandar. Parahnya ia harus menerima kenyataan kalau Sheri ternyata selingkuh dengan sahabatnya, dan Dea bukan putrinya. Belum lagi masalah kakaknya, dan Ibunya yang kini harus berbaring di rumah sakit. "Kenapa Abang ceraikan Kak Meli?" Andriansyah mendongak, ternyata benar dugaannya. Iden belum mengetahui alasannya mengunggat cerai Meli. Perempuan itu. Ujar Andriansyah gemas. "Apa Ibu dan Kakakmu tidak cerita?" Alih-alih akan menjawab, Andriansyah justru melemparinya dengan pertanyaan. Kening Iden mengernyit heran, ia menggeleng cepat. "Ibu tidak cerita apa-apa pada
Part 33 (Dia Menalakku?) Terhitung sudah tiga hari Meli berada di rumah sakit, kini perempuan itu sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Selama ia berada di sana, sekali pun Andriansyah tidak pernah datang menjenguknya, membuatnya kalut dan dihantui oleh rindu yang menggebu-gebu. "Pelan, pelan, Den," ucap Bu Sani. Iden menganggukkan kepala, dengan hati-hati pria itu mendudukan kakaknya di jok belakang. "Kakak jangan menangis lagi, apa pun yang terjadi. Ini lah yang terbaik." Iden mengusap bekas air mata di pipi Meli. Kakak perempuannya itu masih belum bisa menerima keputusan Andriansyah, masih ada secuil harapan Andriansyah akan datang kembali padanya. Memeluknya, dan mengatakan, kita akan mulai semuanya dari awal. "Kamu harus kuat Mel, Ibu akan rawat kamu sampai sembuh. Kamu bisa, Nak." Bu Sani menyahut, wanita itu lantas ikut masuk ke dalam mobil. Merangkul pundak putrinya. Ia bisa merasakan sakit yang putrinya rasakan. Ibu mana yang tidak terluka, mendapati anaknya seperti bosan
Part 34 (Jantungku Berdebar Saat Aku menatapmu?) Malam itu Bu Sani mencoba menghubungi Andriansyah. Ia mendapatkan nomor Andriansyah dari Iden. Ia tidak tega melihat putrinya, sepanjang hari Meli menangisi pernikahannya yang ada di ujung tanduk. Sayang, kalimat maaf yang keluar dari mulut Bu Sani tidak mampu membuat menantunya luluh. Sidang perceraian mereka tetap akan dilangsungkan besok di pengadilan agama. Mau tak mau, Meli harus menerima kenyataan ini bahwa pernikahan mereka cukup sampai di sini. "Andriansyah Ibu mohon, jangan tinggalkan Meli. Kasihan dia, dia butuh kamu, Nak." Sambil berlinang air mata Bu Sani mengatakannya. Andriansyah berdiam diri, ia tidak menanggapi penuturan Bu Sani. Mertuanya itu tidak pernah mencoba memahami dirinya. Apa pun kesalahan Meli, di mata Bu sani tetaplah benar. Lagi pula untuk apa ia mempertahankan hubungannya dengan Meli, jika bukan Meli yang bertakhta di hatinya. "Tolong Andriansyah, Meli membutuhkanmu. Dia mencintaimu, maafkan putriku. S
Part 35 (Karma Untuk Sheri?) Kini Andriansyah dan Meli telah dinyatakan resmi bercerai. Baru beberapa menit yang lalu hakim persidangan mengetuk palu, membuat ikatan diantara mereka terputus. Meli menangis, ia tidak sanggup lagi membendung kesedihannya. Ingin sekali Meli menahan Andriansyah. Tapi apa daya, lihatlah dirinya, ia bahkan harus duduk di kursi roda, tidak bisa bicara. Jangankan melontarkan sepatah dua patah, untuk bergerak saja Meli kesusahan. Kenapa Andriansyah pergi meninggalkannya? Kenapa ia tega mengakhiri hubungan mereka di saat kondisinya seperti ini? Kenapa. Kenapa dan kenapa? Andriansyah menoleh ke kiri, bertepatan dengan Meli yang masih memandangnya. Tatapan mereka bertaut, Meli ingin marah. Tapi kondisinya membuatnya kesulitan. Semesta seolah sedang menghukumnya, takdir macam apa yang sekarang ia jalani. Hakim persidangan bangkit setelah mengatakan sidang hari ini selesai. Menyisakan keheningan di antara mereka berdua. "Maaf Mel, semoga kamu bisa menerima