Share

Negosiasi

Beberapa hari kemudian Samuel membawa calon istrinya ke sebuah rumah baru berlantai dua  yang bernuansa serba putih. Luas tanahnya tidak besar. Hanya seratus lima puluh meter persegi.

“Jadi ini rumah yang akan kita tempati setelah menikah?” tanya Aileen penasaran. 

Samuel mengangguk. Pemuda itu menerangkan, “Aku akhirnya bicara dengan orang tuaku mengenai permintaanmu. Ternyata mereka tidak keberatan. Papa dan Mama malah senang mempunyai calon menantu yang tidak materialistis dan mau mandiri melakukan pekerjaan rumah tangga.”

“Hah?!” sergah calon istrinya tak percaya. “Benarkah begitu? Apa aku nggak salah dengar?”

Pemuda di hadapannya terkekeh. “Papaku akhirnya mengaku kalau dia sengaja mencarikanku pasangan hidup gadis kelas menengah. Dia menyukai kepribadian Om Harris yang baik, rendah hati, dan rajin bekerja. Papa meyakini anak beliau mewarisi sifat-sifat yang sama….”

Aileen tersenyum mendengar pujian yang diucapkan secara tidak langsung itu. Terselip kebanggaan dalam hatinya menjadi putri kandung Harris Benyamin.

"Sori ya, Leen. Ini rumah terkecil yang bisa kunegokan dengan orang tuaku. Mereka keberatan kalau kita cuma menempati rumah satu lantai. Takutnya terlalu sempit kalau sudah ada anak-anak...."

Pernyataan Samuel yang terdengar penuh penyesalan itu membuat hati gadis di hadapannya terharu. Dia tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. 

“Justru aku yang harus berterimakasih padamu, Sam. Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin memenuhi permintaanku. Rumah ini meskipun terdiri dari dua lantai, tapi ukurannya tidak besar. Masih bisalah kita tangani berdua. Iya, nggak?” 

Hati Samuel bagaikan disiram air dingin mendengar perkataan calon istrinya itu. Dia merasa bersyukur gadis itu menghargai usahanya mendapatkan rumah ini. Pemuda itu tidak menceritakan bahwa ibunya sempat merasa tidak setuju dengan permintaannya untuk tinggal di rumah kecil setelah menikah. Untunglah Ruben dengan bijaksana bersedia membantu meyakinkan Tina, istrinya, agar menyerahkan keputusan di tangan anak dan calon menantu mereka.

“Yang penting Samuel dan Aileen berdua sudah sepakat bersama-sama mengarungi kehidupan rumah tangga, Tin,” kata ayah kandung Samuel membujuk sang istri. “Perkara mau tinggal di rumah yang bagaimana biarlah mereka yang mengambil keputusan sendiri. Kan mereka berdua yang menjalani perkawinan. Kita orang tua cuma memberikan support saja dari belakang….”

Tina akhirnya mengalah. “Ya sudahlah, kalau begitu,” sahutnya pasrah. Lalu dia menatap tajam pada putra tunggalnya. “Tapi kalian jangan nego soal pesta pernikahannya ya, Sam. Kamu adalah pewaris keluarga Manasye satu-satunya. Pernikahan yang cuma terjadi sekali seumur hidup itu harus dirayakan secara megah dan meriah. Itu wajib sifatnya. Nggak bisa ditawar-tawar!”

Samuel mengangguk mengiyakan. Dia berpikir Aileen takkan merasa keberatan dengan hal itu. Toh, keinginannya tinggal di rumah yang tidak besar sudah terkabul. Dan benar saja. Ketika pemuda itu menyatakan maksud ibunya itu pada gadis itu, Aileen sama sekali tak mempermasalahkannya. 

Toh, pesta pernikahan itu cuma berlangsung satu hari saja, pikirnya simpel. Kalaupun persiapannya lama, yaaa…sudahlah. Aku tidak boleh egois. Yang penting permintaanku yang paling krusial sudah disanggupi oleh papa dan mama Samuel.

“Oya, Leen,” kata Samuel kemudian. “Papa dan Mama juga bermaksud menghadiahi kita bulan madu keliling Eropa selama satu bulan….”

Heh! Gadis itu terbelalak mendengar penuturan sang pemuda. Keliling Eropa satu bulan?! jeritnya dalam hati. Bagaimana mungkin James mengizinkannya? Tiga puluh hari penuh berduaan saja dengan laki-laki lain di luar negeri! Wah, wah, wah….

Ekspresi wajah Aileen yang suram langsung membuat Samuel mengerti betapa calon istrinya itu merasa keberatan dengan hadiah bulan madu dari orang tuanya tersebut. 

Pemuda itu menghela napas panjang lalu berkata, “Baiklah, kalau kamu nggak setuju, Leen. Akan kuminta agar Papa dan Mama membatalkan hadiah bulan madu itu. Tolong beri aku waktu untuk memikirkan alasan yang masuk akal untuk menolaknya….”

“Bilang saja aku sedang banyak kerjaan,” sergah Aileen menyela kata-katanya. “Hmm…katakan pada mereka bahwa aku sudah telanjur terikat kontrak sampai delapan bulan ke depan untuk proyek penerjemahan novel-novel online dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Aku harus menepati jadwal penyerahan terjemahan tepat pada waktunya supaya tidak terkena denda. Jadi takkan ada waktu bagiku untuk berekreasi. Apalagi ke luar negeri.”

“Pekerjaanmu kan bisa dilakukan di mana saja,” sela Samuel kemudian. “Tidak harus di rumah. Selama ada laptop dan internet, kamu bisa bekerja. Iya, kan?”

Aileen menatap pemuda itu geregetan. Beginilah sikap orang awam yang tidak memahami beratnya menjadi penerjemah novel online. Sebuah karya itu kan tidak bisa diterjemahkan langsung kata per kata begitu saja. Harus didalami dulu karakter tokoh-tokohnya, gaya penulisannya, isi ceritanya, dan lain sebagainya. Dan itu membutuhkkan waktu serta konsentrasi lebih. Tidak bisa mencuri-curi waktu seenaknya di sela-sela liburan! 

Ketika gadis itu menjelaskan panjang lebar hal tersebut kepada Samuel, pemuda itu akhirnya memahami maksudnya. Dia merenung sejenak lalu berkata dengan bijak, “Baiklah, kalau begitu. Aku mengerti sekarang beratnya job desc-mu, Leen. Akan kupikirkan dulu kata-kata yang enak didengar dan mudah dipahami oleh kedua orang tuaku. Sabar ya, Non. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan mereka.”

Calon istrinya mengangguk puas. Lagi-lagi dia bersyukur laki-laki pilihan ayahnya ini bisa diajak berunding dengan baik. Malah sepertinya sikapnya jauh lebih dewasa dibandingkan James yang notabene adalah kekasih resmi Aileen.

Tiba-tiba gadis itu kaget sendiri. Mana bisa aku membanding-bandingkan orang ini dengan pacarku yang sebenarnya? pikirnya heran. Samuel kan baru saja kukenal. Sifat-sifat jeleknya belum kelihatan. Berbeda dengan James yang sudah satu tahun ini menjadi kekasihku. Ada beberapa sikapnya yang sebenarnya tak sesuai dengan harapanku, tapi yaaa…masih dapat kutolerir karena besarnya cintaku padanya.

“Sudahlah, jangan kuatir,” hibur Samuel melihat gadis itu terdiam untuk beberapa lama. “Ayo kita masuk ke dalam rumah untuk melihat-lihat. Barangkali ada bagian-bagian yang kamu nggak sreg dan mau direnovasi. Terus kita nanti bisa memakai jasa desainer interior untuk mengisi perabot. Aku punya teman yang profesional di bidang itu. Besok kamu kukenalkan padanya. Kamu bisa memilih desain yang kamu suka….”

Aileen menatap pemuda itu heran. Dia kok menganggap penting pendapatku, ya? pikirnya tak mengerti. Padahal perkawinan kami nanti kan cuma pura-pura. Sandiwara belaka. Dikasih interior model apa aku juga nggak ambil pusing. Terserah dia-lah. Yang penting rumahnya nggak besar ukurannya, sudah cukup!

“Kenapa, Leen? Apa ada kata-kataku yang salah?” tanya Samuel kemudian. Ditatapnya gadis itu keheranan.

Aileen menggeleng pelan. “Ngg...nggak, kok. Nggak ada yang salah. Sama sekali. Cuma…anu…kita kan nikahnya nggak sungguhan. Kok ribetnya kayak orang nikahan beneran?” selorohnya dengan terbata-bata. 

Samuel menatap calon istrinya putus asa. Dia berusaha untuk bersabar. Maklum, Aileen masih muda dan pengalaman hidupnya belum banyak. Sifatnya terkadang masih kekanak-kanakkan, cetusnya dalam hati. 

“Leen…,” ucapnya lirih. “Kita berdua kan mau agar sandiwara ini berhasil. Jadi yah harus dibuat se-riil mungkin supaya orang-orang tidak curiga. Sekarang  dan besok kita mengurus soal rumah ini dan isinya dulu. Lalu lusa aku akan mengajakmu menemui WO atau wedding organizer untuk mengurus pernikahan kita. Aku sudah tahu WO yang bagus dan biasa menangani pesta pernikahan dengan budget besar. Nanti mereka yang akan mengatur tempat pemberkatan pernikahan, acara pestanya seperti apa sesuai selera kita, mau request artis siapa sebagai bintang tamu….”

“Hah?! Artis?” pekik Aileen tak percaya. “Kita…kita bakalan ngundang artis? Beneran, nih?”

Samuel mengangguk sambil tersenyum simpul. “Soal itu, rencananya aku mau memakai jasa artis cowok dan cewek ibukota sebagai MC di pesta pernikahan. Penyanyinya terserah kamu, deh.”

Oh, My God, cetus si gadis dalam hati. Pernikahan pura-puraku ini bakalan tak terlupakan. Teman-temanku pasti kaget luar biasa. Pernikahan Aileen Benyamin dirayakan secara besar-besaran dan mengundang artis ibukota! Wah, wah, wah….

Namun hatinya yang bagaikan sudah melambung tinggi hingga langit ketujuh tiba-tiba terhempas ke bawah begitu saja. Sayang sekali pasanganku nanti bukan James. Tapi Samuel Manasye, orang yang baru kukenal beberapa hari yang lalu…, keluhnya dalam hati. Dia menggigit bibir pertanda kecewa luar biasa.

Samuel yang melihatnya jadi merasa kasihan. Tenanglah, Aileen Benyamin, ucapnya dalam hati. Aku akan memegang janjiku memberimu kebebasan setelah menikah. Silakan lakukan apapun yang membuatmu merasa bahagia….

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status