Share

BAB 3 — PESTA YANG HANCUR

Tepat setelah agenda negosiasi dengan klien selesai, Gamma meminta Wiliam bertemu dengannya di ruang rapat. Ada beberapa hal penting yang harus dia diskusikan bersamanya. Tentang rencananya pada pesta nanti malam dan juga tentang Sera.

Pikiran pria itu kini berkecamuk pada banyak hal.

Sungguh ia tak bisa tenang sebelum memastikan bahwa perempuan itu tidak mengandung anaknya. Ia bahkan seperti remaja ABG yang sering berpikir berlebihan. Tidak bisa ia pungkiri kata-kata madam Lily tadi pagi benar-benar mengganggu pikirannya. Bagaimana jika benar perempuan itu hamil?

Niatnya hanya ingin mencari pelampiasan, namun malah menimbulkan malapetaka!

"Ada apa?" tanya Wiliam setelah ia mendudukan diri di depan Gamma. Namun, Gamma masih saja terbuai dalam lamunannya. Lantas Wiliam mengibaskan tangannya.

"Gamma?"

Gamma pun tersadar. Kemudian, ia mengambil sebuah flashdisk berwarna putih dari kantong jasnya dan menyerahkannya pada William.

"Nanti malam ada pesta makan malam bersama keluarga Rosa, aku ingin kau memutar video ini."

"Kau ingin aku memutar video ini saat makan malam? Memang, video apa?" Dengan menekuk dahinya, Wiliam menerima sebuah flashdisk berwarna putih dari tangan Gamma.

Sementara Gamma masih terdiam, kemudian bangkit berdiri dan berjalan menuju jendela kaca yang cukup lebar, berdiri di sana sembari mengamati padatnya lalu lintas kota metropolitan. "Kau hanya perlu memutarnya, Will."

Kemudian, William menancapkan benda pipih itu pada komputer jinjingnya. Setelah membuka beberapa dokumen dan memutar video di dalamnya William terkejut dibuatnya.

"What the hell? Apa-apaan ini?" pekik William saat mendapati rekaman video sepasang manusia sedang bergelung panas di atas ranjang. Dan yang lebih parah, Wiliam tahu bahwa kedua manusia itu adalah Rosa dan Adam.

"Ya, seperti yang kau lihat." Gamma menjawabnya dengan tenang meski dalam dadanya bergemuruh dan sesak, mengingat kembali kejadian yang menyakitkan itu.

"Jadi …. Ini alasan kau mencari tahu tentang Adam?" William seketika teringat bagaimana Gamma menyuruhnya untuk mencari tahu tentang Adam secepat mungkin.

Gamma mengangguk pelan. "Kau benar."

"Sejak kapan mereka bermain di belakangmu?"

"Aku tidak tahu sejak kapan mereka berhubungan. Tapi, malam ini aku menggelar pesta makan malam sekaligus mengakhiri hubungan dengan wanita murahan itu."

Anggukan kepala diberikan Wiliam. Ia setuju jika Gamma memutuskan hubungan dengan wanita parasit itu. "Aku setuju, lalu bagaimana dengan ibu?"

"Biar nanti aku yang menjelaskan, lagipula Ibu pasti setuju juga jika aku mengakhiri hubungan karena sebuah alasan yang jelas seperti ini."

William memberikan persetujuannya lagi. "Ya. Ibu pasti mengerti. Ada lagi yang harus aku lakukan?"

Gamma membalikkan badannya kemudian bersandar pada jendela. Menarik napas dan membuangnya pelan.

"Amati perempuan yang bernama Serra selama dua minggu ke depan," ujar Gamma tanpa menatap William.

William memiringkan kepalanya, mencari jawaban dalam raut wajah Gamma, namun ia tak mendapatkan apa-apa. Hanya sebuah tatapan datar tanpa ekspresi. "Sebenarnya, ada apa dengan perempuan itu?"

"Tugasmu hanya perlu mengamatinya."

***

Malam ini, kediaman utama keluarga Pranadipta telah ramai dengan canda tawa para tamu undangan. Gamma berdiri menatap para tamu undangan yang hadir. Satu tangannya membawa gelas berisi minuman berwarna merah, sementara tangannya yang lain ia letakkan pada saku celananya.

Sebuah pesta kecil yang Gamma janjikan tadi pagi tengah berlangsung. Sang ibu memang pantas diandalkan untuk masalah ini. Wanita paruh baya itu sudah mendekorasi ruangan dengan secantik mungkin, juga mengundang catering ternama untuk menjamu para tamu.

Gamma menghela napasnya panjang.

Memang tak pantas menghancurkan pesta yang sederhana, namun mewah ini. Gamma juga tak tega menghancurkan hati ibunya yang tengah bahagia menyambut hari pernikahan mereka beberapa minggu lagi.

Akan tetapi, lebih tak tega mana jika membiarkan Gamma menikah dengan wanita yang gila harta dan kekuasaan? Belum lagi, perempuan itu tega mengkhianati cinta tulus yang ia berikan? Bahkan, Gamma tak pernah berpikir buruk sedikitpun pada Rosa.

Dulu, itu tak pernah. Ia terlalu percaya dengannya. Namun sayang, kepercayaan itu dihancurkan begitu saja oleh pengkhianatan yang dilakukan terhadapnya.

"Sayang, terima kasih kamu sudah menggelar pesta ini untukku. Ini indah sekali." Senyum telah mengembang dari bibir tipis milik Rosa yang baru saja datang menghampirinya setelah menemui para tamu. Begitu pula dengan Gamma yang sedang bersandiwara untuk bersikap baik-baik saja.

"Kau senang?" tanya Gamma seraya merangkul pinggang ramping Rosa.

Lantas Rosa kegirangan. Oh, lihatlah! Perempuan ini tak merasa bersalah sama sekali. Setelah melakukan hubungan terlarang di belakang Gamma, ia masih bisa tertawa seakan tak pernah terjadi apa-apa.

Lihat saja itu tak akan bertahan lama.

"Aku sangat senang, terima kasih untuk pesta yang indah ini. Happy anniversary yang keempat ya, Sayang!"

Dan, cup!

Sebuah kecupan telah dilayangkan Rosa di pipi kanan Gamma. Alih-alih senang, Gamma berdecih dalam hatinya. Ia tak sudi dicium oleh perempuan yang telah bermain di belakangnya.

"Aku sangat mencintaimu!" tambah perempuan yang tengah mengenakan dress merah maroon itu.

Bullshit!

Gamma mual mendengar ucapan itu. Ia tak bisa menunda-nunda lagi. Tak tahan dengan sikap Rosa yang semakin bertingkah berlebihan, ia semakin jijik dibuatnya.

"Aku ada sebuah kejutan untukmu," ujar Gamma dengan menerbitkan sebuah simpul senyum di bibirnya.

"Oh, ya? Kejutan apa? Apakah itu tas branded? Atau gaun pernikahan yang aku impikan sudah jadi?"

"Nanti kau akan tahu sendiri." Sesaat kemudian ia memberikan kode pada Wiliam yang tengah stand by dengan layar proyektornya. Kemudian, William mengangguk lalu memberikan kode pada para tamu undangan agar melihat apa yang akan ia putar.

Awalnya, memang berisi tentang foto-foto Gamma dan Rosa yang sedang melakukan sesi foto prewedding. Akan tetapi, suasana menjadi riuh saat video rekaman milik Gamma kemarin diputar. Video panas calon istrinya bersama laki-laki lain.

Senyum puas terkembang dari bibir Gamma, sementara Rosa menatap sang calon suami dengan marah. Dan para tamu undangan yang tidak percaya akan hal yang mereka lihat. Juga, ibu Gamma yang tiba-tiba menjatuhkan gelas yang ia pegang.

"Apa-apaan ini?!" Rosa menggeram. Kedua tangannya telah mengepal di samping tubuhnya. Seiring dengan cibiran para tamu undangan yang semakin membuatnya tak karuan. Mata perempuan itu tampak berkaca-kaca ingin menumpahkan air mata.

Gamma hanya tertawa ringan. Bukan tawa bahagia, melainkan lebih terdengar seperti mengejek. "Apa hadiahku sungguh sangat bagus hingga kau emosional dan ingin menangis, Sayang?"

"Keterlaluan Gamma! Ini keterlaluan!"

"Keterlaluan?" beo pria itu lalu melayanhkan tatapan tajam pada Rosa. "Siapa yang keterlaluan? Aku? Atau, kau yang keterlaluan bermain di belakangku?!"

Rahang Gamma mulai mengeras. Ia tak sanggup untuk menahan emosinya kembali.

Belum sempat Rosa menimpali Gamma, sebuah tamparan keras telah mendarat di pipi mulusnya.

Romana-ibu Gamma.

"Kau yang keterlaluan Rosa! Kau yang telah mengkhianati putraku!" Dada Romana sudah naik turun, begemuruh hebat antara malu, sedih, dan kecewa. Semuanya bercampur menjadi satu.

"Apa kurangnya putraku, Rosa?! Apa?! Selama ini aku percaya padamu! Tidak pernah berpikir buruk tentangmu dan sudah kuanggap kau sebagai calon menantuku yang terbaik!"

"Tapi apa yang kau lakukan? Perilakumu tak jauh dari seorang jalang!" Begitulah kata-kata terakhir yang terlontar dari bibir Romana sebelum pergi meninggalkan pesta yang telah hancur berantakan itu.

Rosa berniat mengejar wanita yang selama ini telah baik padanya.

"Ibu, ini salah paham, Ibu, tolong dengarkan penjelasan Rosa dulu..." katanya sembari menyeimbangkan langkah dengan calon mertuanya itu.

Namun, Romana menulikan telinga. Perempuan paruh baya itu tetap melangkah pergi meninggalkannya. Rosa kemudian menoleh kepada Gamma yang tengah berdiri menatapnya.

"Sayang, kamu percaya kan sama aku? I love you more than any word can say. I love you more than every action I take!"

Namun, Gamma tetaplah Gamma. Semanis apapun rangkaian kata yang keluar dari bibir Rosa, ia yakin tak akan mampu mencairkan hatinya yang telah beku. Tidak seperti dulu saat ia masih percaya seratus persen pada susunan kalimat yang indah itu.

Apapun yang akan dipermainkan Rosa saat ini, Gamma tak peduli. Pria itu mendekat, kemudian menatap kedua mata itu yang basah itu. Seaaat kemudian ia berbicara dengan lantang, "Mulai malam ini aku bukan lagi calon suamimu! Dan mulai malam ini, aku tidak ada ikatan apapun denganmu!"

"Kita selesai!"

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
sah para saksi bang gama putus
goodnovel comment avatar
Eni Lestari
sukurin memang seharusny jadi laki laki harus tegas dalam bertindak
goodnovel comment avatar
Yen Anton
perempuan munapik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status