Share

Bab 5

Bab 5

07082022

Toko Emas Murni milik Om Jazuli lebih besar besar daripada milik kakak iparnya.

Lokasi tokonya strategis, di tengah - tengah kota, dekat dengan pasar dan Mall. Pembelinya lebih ramai.

Menurut yang Amina dengar dari pembicaraan pengunjung, mereka suka dengan model perhiasan yang up to date.

Ada 4 orang karyawan lelaki. Semua sudah berumur, Amina mengira usianya di atas 30 tahunan.

Amina hanya satu-satunya perempuan yang bekerja di situ. Dia sangat kikuk sekali. Apalagi saat melihat mobil Om Jazuli datang.

Bertambah takutlah Amina

Jazuli memanggilnya. "Amina sini, tolong bantu Om belikan roti di minimart."

Sebenarnya itu hanya taktik Jazuli supaya bisa berbincang dengan Amina secara pribadi

Amina datang.

"Tadi Om ke rumah mau menjemputmu. Eh kamu sudah berangkat." Jazuli tersenyum melihat Amina.

Walau memakai baju sederhana, Amina cantik sekali. Jazuli sulit menahan detak jantungnya yang berdegup lebih cepat.

Jazuli menyerahkan uang seratus ribu ke tangan Amina.

"Mulai besok, berangkatnya sama Om saja. Enak naik mobil, daripada naik angkot. Sumpek!" lanjut Jazuli lagi.

"Eng, gak usah Om. Saya mau naik angkot saja," elak Amina. Ia tak mau menjadi gosip orang-orang dan dicap sebagai gadis murahan. Lagian dia tak enak hati, apa kata Mas Wahyu dan teman kerjanya nanti?

Hiiii! Amina mengusap lengannya.

"Ini perintah Om, dan kamu harus menurut kalau mau selamat!" Jazuli mulai menggunakan powernya. Pria itu sengaja menakut-nakuti Amina.

Amina menunduk, tak kuasa melawan. Sepanjang hari itu dia berusaha menghalau rasa takutnya dengan melayani pembeli sebisanya.

Karena masih baru, Amina sering meminta bantuan karyawan lainnya. Jazuli lantas mengambil alih dan mengambil kesempatan tersebut untuk menemai Amina. Dia tak segan-segan membantunya bila ada pembeli yang cerewet.

“Gadis pintar! Om suka dengan kecepatan kamu menerima ilmu,” puji Jazuli di depan anak buahnya.

Amina semakin tak enak dengan sikap Om Jazuli yang memberikan perhatian lebih kepadanya.

Amina risih, badannya merinding karena pria tua itu selalu memandanginya dengan mata buas dan liar.

Meski Amina berusaha cuek, akan tetapi Om Jazuli berusaha meminta perhatiannya. Saat pembeli sepi ada saja yang diminta oleh lelaki tua itu pada Amina.

"Amina ayo kita keluar makan siang," ajak Jazuli. Lelaki itu tak peduli dengan pandangan curiga karyawannya yang lain.

“Maaf Om, saya sudah membawa bekal.” Amina tetap berusaha mengelak. Gadis itu menunduk tak berani menatap mata elang Jazuli.

“Bawa sini bekalmu!” perintah Jazuli. Ia paling tak suka ada orang yang menolak perintahnya.

Dengan takut-takut Amina mengambil bekal di dapur. Jazuli mengikutinya.

Amina lalu memberikan bekalnya ke Jazuli. “Ini Om.” Dia tidak tahu untuk apa Om Jazuli meminta bekalnya.

“Ambilkan sendok dan air sekarang!” Jazuli memerintah lagi. Dia duduk di kursi dan membuka bekal Amina. Kotak plastik itu hanya berisi telur dadar kecap cabe dan nasi.

Amina menaruh sendok dan segelas air di atas meja. Kemudian tanpa meminta ijin padanya, Pria tua itu memakan habis telur dan menyiakan sedikit nasinya.

Selanjutnya Jazuli meludahi sisa nasi yang ada di dalam kotak makan Amina. Cuh! “Makan ini!” katanya bengis sambil tangannya menyodorkan kotak nasi pada Amina.

Amina bergeming. Badannya kaku sedangkan tangannya mengepal marah dengan perlakuan Jazuli yang menjijikkan. Dalam hati gadis itu merutuknya. Dasar tua bangka brengsek! Apa kamu tidak tahu berapa banyak peluh petani untuk mendapatkan segenggam beras.

“Kamu mau makan apa tidak!” Suara Jazuli pelan dengan intonasi berat.

“Nanti saja Om, saya belum lapar.” Tolak Amina. Siapa juga yang mau makan nasi pake saos ludah Om Jazuli.

HUEK! Membayangkan bulir-bulir nasi masuk ke dalam kerongkongannya sudah membuat perut Amina mual. Lebih baik dia kelaparan dari pada makan nasi itu.

Pulang kerja, Jazuli sengaja menahan Amina untuk tinggal bersamanya. Dia memberikan tugas di menit-menit terakhir untuk membersihkan toko. Saat semua karyawannya sudah pulang dan menutup tokonya, pria gaek itu pergi ke dapur.

Jazuli melihat Amina sedang sibuk membersihkan alat pel lantai di kamar mandi. Melihat baju Amina yang bersimbah peluh, membuat darah lelakinya naik.

“Amina…”

Suara Jazuli mengagetkan Amina. Wanita muda itu berdiri tegang.

Jazuli suka melihat Amina yang berdiri ketakutan. Dia mendekati Amina dan tangan kanannya yang besar memegang wajah gadis itu dengan kasar. “Apa kamu tahu, Om jatuh cinta sama kamu, Amina?”

Senyum Jazuli menyeringai. Dekat dengan Amina membuat nafsunya menghentak tak terkendali.

Badan Amina menggigil ketakutan. Lelaki itu benar-benar ingin melumatnya.

“Om mau apa? Tolong lepaskan saya Om,” ratap Amina pelan. Matanya melirik pintu dapur, berharap ada orang datang membukanya dan melihat kelakuan Jazuli kepada Amina. Tapi itu hanyalah imajinasi, karena semua karyawan toko sudah pulang.

“Jika kamu mau selamat, ikuti semua perintah Om! Paham kamu?”

“I-iya Om,” jawab Amina gugup.

Jazuli lalu menarik Amina keluar dari kamar mandi dan memepet tubuh Amina ke dinding. Dengan gerakan tergesa-gesa ia membuka resleting celananya kemudian meraih tangan gadis itu, kemudian meletakkannya di atas kemaluannya.

“Remas yang kuat Amina!”

Amina melakukan perintah Jazuli dengan tangan gemetar. Jazuli masih belum puas. Ia ingin lebih.

“Emut sekarang!” perintah Jazuli di telinga Amina dengan napasnya yang menderu.

“Nggak mau, nggak mau,” tolak Amina jijik. Air matanya mulai merembes deras.

Jazuli memukul kepala Amina dan mencekik leher wanita itu. “Cepat lakukan perintahku! Atau kamu mau kubunuh?!!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status