Share

Bab 94

Bab 94

"Mas, aku nanya, kamu kok malah senyum - senyum sendiri." Asih membelai pipi Mukidi yang agak melorot ke bawah. Selanjutnya dia rebahkan kepalanya di dada pria itu.

Persetan dengan moral! Secara sadar Asih tahu perbuatannya melanggar etika. Pria yang bersamanya itu adalah pamannya dan bibinya baru semalam dikuburkan. Sekarang malah mereka asyik berdua di kamar sang bibi tanpa sehelai benang tanpa rasa sungkan.

“Mas… kamu dengerin aku tidak?” tanya Asih manja.

“Iya aku denger sayang. Kamu mau perhiasan bibimu kan? Tenang saja. Semua perhiasan bibimu akan kuberikan kepadamu,” jawab Bapak gemas.

“Beneran ya Mas, awas kalau kamu bohong,” sahut Asih kenes.

“Iya.” Mukidi tersenyum nakal menelusuri lekuk tubuh Asih. Lelaki gaek itu merasa hidupnya lebih muda 20 tahun. Matanya mulai mengantuk.

“Mas, jangan tidur dulu. Mana perhiasan Bibi. Aku mau sekarang.” Asih bergelayut manja.

“Sabar sayang. Aku tidak tahu di mana dia menyimpannya.” Bapak menguap. Dia kembali memejamkan mata.

Asih c
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status