Share

Bab 106

Bab 106

Eril menatap punggung Bu Hesti dengan kepala berdenyut. Omongan perempuan itu pedas dan ia bisa menangkap kesakitan luar biasa dalam nada suaranya.

Bu Hesti berbeda dari mamanya. Mama yang mengandung dirinya, sering mencemoohnya. Sedangkan Bu Hesti tidak. Meskipun kata – katanya pedas, semua yang diucapkannya mengandung kebenaran. Ia lelaki, dirinya tidak boleh lemah hanya karena cinta.

Dia harus bisa membuktikan pada Amina bahwa cinta yang diberikannya bukanlah pepesan kosong. Cintanya agung dan tulus. Sebuah kesadaran muncul. Eril menghembuskan napas ke udara. Kemudian pandangannya tertuju pada sebuah mobil sedan hitam. Seorang wanita turun dengan elegan.

Mulut Eril ternganga, dan tanpa sadar mulutnya berteriak. “Amina…!”

Amina menoleh, hatinya berdegup kencang. Kerinduan yang dipendamnya selama 3 hari mengulik hati. Perempuan itu mempercepat langkahnya.

“Amina! Tunggu!” Eril mengejarnya. Dia lalu menarik lengan perempuan itu. Ia lalu memeluknya erat. “Aku kangen kamu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status