Share

Main Cantik Membalas Suamiku
Main Cantik Membalas Suamiku
Penulis: Kinanti Arunika

Bab 1

Adzan subuh baru saja berkumandang, matahari pun sepertinya belum ingin menampakkan diri dari peraduannya. Tetes sisa hujan semalam masih bertahan di dedaunan yang semakin membuat malas untuk beranjak dari tempat tidur.

Namun kesibukan setiap pagi yang menjadi rutinitasku sehari-hari tidak membuatku malas. Setelah kutunaikan kewajibanku shalat subuh, gegas aku menyiapkan sarapan untuk keluarga suamiku. Mas Jaka, suamiku, sudah berangkat ke masjid untuk shalat subuh berjamaah disana. Sembari memasak aku juga merendam baju jadi nanti selesai masak aku bisa lanjutkan dengan mencuci baju.

"Heh Kinan, mana teh panas buatku?" ibu mertuaku datang sambil berteriak.

"Bentar Bu, airnya belum mendidih," jawabku dengan pelan.

"Hei kamu itu gimana sih, kan sudah aku bilang kalau setiap pagi itu aku harus minum teh panas setelah bangun tidur. Harus berapa kali aku ulangi hah? Dasar menantu sudah mandul lelet pula. Nyesel aku merestui anakku menikah dengan kamu. Anak lelaki kesayanganku itu harusnya bisa mendapatkan wanita yang lebih baik daripada kamu!" semprot ibu mertuaku.

Aku merasa nestapa disemprot pagi-pagi oleh ibu mertuaku seperti itu. Apalagi ibu mertuaku selalu mengungkit aku mandul karena sampai 4 tahun pernikahan, aku belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Siapa wanita yang tidak menginginkan anak. Tentu semua juga menginginkannya, tapi kalau memang masih belum diberi Allah, aku bisa apa. Toh selama ini mas Jaka, suamiku, selalu menolak jika kuajak untuk periksa ke dokter. Dia beralasan anak itu rejeki dari Allah, jadi dia hanya selalu menyuruhku untuk bersabar.

"Heh mantu mandul, malah ngelamun lagi. Kamu itu lelet banget sih, pagi begini itu harusnya semua sudah siap jam segini," oceh ibu mertuaku lagi.

"Ada apa ini, Bu? Masih pagi sudah ribut, kedengeran sampai depan?" tanya Mas Jaka yang baru pulang dari masjid.

"Ini Kinan sudah tau tiap pagi Ibu harus minum teh panas setelah bangun tidur tapi dia belum membuatnya. Sengaja sekali dia membuat Ibu marah, Jak. Bisa darah tinggi Ibu punya mantu model seperti ini. Sudah lelet kerjanya, mandul pula," cerocos ibu mertua mengadu ke suamiku.

Aku hanya menghela napas agar bisa meredam emosiku sebelum naik ke ubun-ubun. Ya begitulah ibu mertuaku kalau berbicara kepadaku selalu dengan teriak seolah aku tidak mempunyai telinga sehingga dia harus menggunakan nada tinggi untuk berbicara kepadaku.

"Sudah Bu, tidak usah diteruskan lagi marahnya. Mungkin Kinan masih repot sehingga belum selesai menyiapkan teh Ibu. Sabar ya Bu, nanti darah tingginya kumat, ayo kita ke ruang makan saja sambil menunggu Kinan menyiapkan teh Ibu ya?" jawab suamiku dengan sabarnya.

"Kinan tolong siapkan teh Ibu, sekalian kopi buat Mas ya. Mas tunggu di ruang makan," perintah suamiku dengan lembut.

Mas Jaka suamiku itu memang orang yang sabar, bicaranya selalu lemah lembut. Dia tidak pernah sekalipun berbicara kasar kepadaku semarah apapun dia. Selain itu dia juga pekerja keras dan tangung jawab kepada keluarganya. Itulah yang membuatku jatuh cinta kepada dia dan langsung menerima lamarannya meskipun kita baru berkenalan 4 bulan sebelum memutuskan untuk menikah.

***

FLASHBACK ON

"Kinan, Mas tau kita belum lama berkenalan. Tapi Mas ingin serius dengan kamu, Mas ingin menikahi kamu. Mas ingin menua bersamamu memiliki anak-anak yang lucu dengan kamu. Mas tau mungkin kedengarannya ini mendadak tapi Mas sangat berharap kamu mau menerima Mas sebagai suami kamu. Mas janji akan mencurahkan jiwa dan raga Mas untuk kamu, Kinan. Mas akan membahagiakan kamu seumur hidup Mas. Maukah kamu menikah dengan Mas, Kinan??" Mas Jaka bersimpuh sambil menyodorkan buket bunga lili putih yang merupakan bunga favoritku.

Pipiku terasa panas, kurasa wajahku pun sudah memerah sekarang. Mas Jaka, pria yang baru kukenal 4 bulan ini. Kami bertemu dengan tidak sengaja bertabrakan di toko buku saat aku berencana untuk membeli novel terbaru penulis favoritku. Dan Mas Jaka sedang mencari buku untuk adiknya yang masih duduk di bangku SMA. Setelah tabrakan yang tidak sengaja itu, dia minta nomerku. Dan kami pun melanjutkan perkenalan kami dengan obrolan via w******p dan sering makan siang bersama. Hingga akhirnya malam ini Mas Jaka mengajakku untuk dinner romantis di sebuah restoran.

"Emmm... Aku mau menjadi istri Mas, dan menemani Mas seumur hidup Mas hingga maut memisahkan kita," jawabku sambil tersipu.

"Alhamdulillah, terima kasih sudah menerima Mas menjadi suami kamu. Mas cinta sekali dengan kamu sayang," Mas Jaka tampak terharu dan bahagia sekali dengan jawaban yang kuberikan.

"Aku juga cinta sama kamu, Mas. Tapi apakah ibu kamu merestui pernikahan kita, Mas? Aku hanya bekerja di pabrik dan aku juga seorang yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak orang tuaku meninggal saat usiaku masih 10 tahun karena tabrak lari. Dan aku pun hanya lulusan SMA, karena aku tidak mampu untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Apakah ibu kamu akan menerima semua masa laluku, Mas? Aku takut tidak diterima ibu kamu," sahutku sambil menundukkan kepala.

Tiba-tiba muncul rasa minder untuk menikah dengan Mas Jaka karena dia merupakan anak laki-laki kebanggaan dari calon ibu mertuaku. Aku takut jika calon ibu mertuaku mengharapkan Mas Jaka yang notabene anak lelaki satu-satunya di keluarganya untuk mendapatkan wanita yang sepadan dengan dia. Apalagi dari yang aku dengar dari cerita Mas Jaka, ayahnya telah meninggal dunia saat dia masih kuliah semester 3 di salah satu universitas negeri favorit di kotaku. Sedangkan adiknya waktu itu masih kelas 2 SMP. Jadi ibunya yang harus bekerja keras membanting tulang untuk menyekolahkan dia dan adiknya. Beruntung sewaktu ayahnya meninggal, dia meninggalkan warisan yang cukup untuk keluarga mereka melanjutkan hidup. Dan karena Mas Jaka merupakan orang yang tekun dan ulet sehingga setelah lulus kuliah dia langsung bekerja di sebuah perusahaan swasta cukup besar sebagai supervisor.

Dengan warisan peninggalan suaminya ibunya membangun sebuah toko sembako di depan rumah mereka untuk menyambung hidup. Mas Jaka selalu memuji ibunya, dan selalu berkata bahwa ibunya adalah orang yang sangat berjasa bagi hidupnya. Tanpa ibunya, Mas Jaka belum tentu bisa sekuat dan setegar itu menghadapi kenyataan bahwa ayahnya sudah meninggalkan mereka untuk selamanya. Karena Mas Jaka sangat dekat dengan ayahnya sewaktu ayahnya masih hidup.

"Sstt.. Jangan memikirkan yang aneh-aneh sayang. Ibu akan menerima kamu dengan tangan terbuka. Karena beliau adalah orang yang tidak melihat orang hanya dari statusnya saja. Jadi jangan takut ya sayang, Mas akan selalu membela kamu karena Mas sayang sekali sama kamu. Kita ketemu Ibu dulu saja lalu kamu buktikan sendiri kata-kata Mas," jawab Mas Jaka berusaha meyakinkanku sambil menggenggam tanganku.

"Baiklah Mas, ayo kita temui ibu Mas Jaka untuk meminta restu. Semoga beliau merestui rencana pernikahan kita ya sayang," jawabku sambil tersenyum.

FLASHBACK OFF

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status