"Ini tehnya, Bu. Silahkan diminum," kusajikan teh panas seperti pesanan ibu di meja makan. Kutata juga makanan di atas meja. Ada roti bakar dengan selai kacang favorit suamiku untuk sarapan. Dan nasi goreng seafood untuk sarapan ibu mertuaku.
Adik iparku jam segini belum bangun. Dia masih kuliah semester akhir di sebuah universitas swasta di kotaku. Nyatanya meskipun kakak beradik, tapi adik iparku tidak seperti Mas Jaka yang pintar dan rajin. Dia sangat pemalas, kerjanya hanya bermain i*******m atau joged tiktok. Tidak sedikitpun dia membantuku mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tapi ibu mertuaku tidak pernah menegurnya. Begitu pun Mas Jaka selalu memanjakan adiknya ini. Dia merasa adik bungsunya kekurangan figur seorang ayah jadi dia menggantinya dengan selalu memanjakannya setiap hari."Emm.. Mas aku boleh ijin untuk menemui Bu Hasna siang ini di panti. Aku rindu sekali dengan beliau Mas. Semalam aku bermimpi tidak enak tentang beliau, jadi aku kepikiran. Makanya hari ini aku ingin menemui beliau sekalian silaturahmi dengan anak-anak panti lainnya. Gimana Mas?" tanyaku memecah hening saat sarapan. "Kenapa mendadak sayang? Mas hari ini ada meeting penting di kantor jadi tidak bisa mengantar kamu. Kamu mau naik apa kesananya nanti?" jawab Mas Jaka sambil mengunyah roti bakarnya."Aku berangkat sendiri nggak apa-apa. Nanti bisa naik taksi online sayang. Kamu tenang saja tidak usah khawatir," jawabku sambil tersenyum."Kamu yakin sayang? Mas khawatir kalau kamu berangkat sendirian. Emm.. Gimana kalau hari sabtu manti saja sayang. Mas bisa antarkan kamu ke panti," Mas Jaka menatapku khawatir."Sayang aku nggak masalah kok kalau berangkat sendiri. Lagipula panti kan tidak jauh mas hanya 30 menit dari sini, boleh ya Mas?" terangku seraya memohon agar diijinkan untuk berangkat. Mas Jaka memang selalu seperti itu, semenjak aku menjadi selalu tidak rela kalau aku pergi kemana-mana. Dia juga memintaku untuk resign dari pekerjaanku yang dulu karena dia tidak tega melihat aku bekerja. Padahal aku dari kecil sudah terbiasa untuk hidup mandiri. Ditinggalkan orang tua sejak kecil dan dibesarkan di panti asuhan setelahnya membuatku mandiri dan kuat dalam bertahan hidup."Halah kamu ngapain sih pake acara ke panti segala? Kayak disini nggak ada kerjaan saja. Keluyuran terus ngabisin duit suami aja bisamu, dasar tidak tahu diri sekali!" ibu mertuaku menyahut dengan kasar dan menatapku dengan pandangan tidak suka.Aku tidak tau mengapa ibu mertuaku menjadi berubah perangainya kepadaku. Padahal di tahun pertama pernikahan kami, sikap beliau sangat baik kepadaku. Bahkan kami sering belanja ke mall bersama. Semua pekerjaan rumah tangga kita kerjan berdua. Kami pun sangat kompak hingga Mas Jaka selalu cemburu dengan kedekatan kami. Namun sejak tahun ketiga pernikahan kami sikap ibu mertua berubah kepadaku. Dia setiap hari berkata kasar kepadaku dan selalu menyebutku mandul. Semua pekerjaan rumah tangga jadi aku yang mengerjakan. Dia tidak pernah mau tau lagi urusan rumah."Sudah Bu tidak usah bertengkar lagi. Baiklah sayang. Kamu hati-hati ya, kabari Mas kalau sudah sampai sana, uang saku kamu nanti Mas transfer, jangan lupa memberikan oleh-oleh untuk Bu Hasna dan anak panti lainnya. Mas titip salam sampaikan permintaan maaf Mas karena belum bisa silaturahmi kesana," jawab Mas Jaka memberiku ijin untuk pergi ke panti."Jaka kamu apa-apaan sih, ngapain kamu pake kasih duit buat istrimu kasih ke panti. Buang-buang uang aja. Mending uang itu kamu kasihkan Ibu untuk shopping daripada untuk beli oleh-oleh buat panti, " kamu itu anak ibu ya Jaka. Ibu tidak rela uang kami diporotin sama dia!!" bentak ibu mertuaku.*****Sudah Bu jangan marah-marah, nanti darah tingginya kambuh," Mas Jaka berusaha menghentikan ibu mertuaku."Kamu mendoakan darah tinggi ibu kumat, Jaka? Tega sekali kamu! Pasti karena hasutan istri kamu ini kan jadi kamu berani melawan ibu sekarang?" maki ibu mertuaku. Dia sekarang ikutan marah kepada mas Jaka, padahal apa yang dikatakan Mas Jaka benar. Ibu mertuaku ini memang punya riwayat penyakit darah tinggi, apalagi kalau terlalu banyak pikiran pasti kambuh lalu masuk rumah sakit.Sudah berulang kali ibu mertuaku diingatkan oleh Mas Jaka agar mengurangi beban pikiran, toh sekarang semua biaya hidup sudah ditanggung Mas Jaka. Memang sejak Mas Jaka sudah bekerja, ibu mertuaku tidak berjualan sembako di depan rumah lagi karena dilarang oleh Mas Jaka untuk bekerja terlalu berat. Benar bukan yang aku bilang kalau Mas Jaka ini sayang sekali sama ibu dan adiknya. Dia bekerja dengan giat hingga bisa seperti sekarang menjadi supervisor di usia yang masih relatif muda."Bukan begitu, Bu. Jak
Setelah perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya aku sampai juga di panti asuhan. Aku segera turun dari taksi online setelah membayar tarifnya. Tadi aku sudah minta keoada sopir taksinya untuk mampir sebentar ke tempat buah untuk buah tangan kepada anak-anak panti."Assalamualaikum," ucapku agak keras."Waalaikumsalam, eh mashaAllah Kinan, ini teh beneran kamu? Alhamdulillah kirain kamu teh uda lupa sama kami yang ada di panti," jawab Mahira, sahabatku di panti sejak kecil. Dia sama sepertiku sampai besar tidak ada yang mengadopsi, jadilah kami berdua mengabdi di panti sampai akhirnya aku meninggalkan panti saat menikah dengan Mas Jaka."Hehehe, apasih Hiraa? Akutuh ya jelaslah ga lupa sama kamu. Apalagi sama anak-anak panti. Eh iya ini sedikit oleh-oleh untuk anak panti," jawabku."Haduh kamu jni pake repot segala bawa beginian. Kamu datang berkunjung ke panti aja kita udah seneng banget loh. Eh iya lupa, ayuk atuh masuk dulu. Kita ngobrolnya lanjut di dalem aja. Masak berdiri teru
"Kinan kebetulan kamu berkunjung kesini. Sebenarnya ada yang mau ibu sampaikan kepada kamu, Nak," tatap Bu Hasna sendu."Ada apa Bu, bicara saja sama Kinan," sahutku."Sebenarnya ketika kamu dibawa ke panti ini, kamu memakai sebuah kalung. Ibu melepas kalung dengan liontin yang ada bandul foto seorang wanita dan seorang laki-laki yang kemungkinan itu orang tuamu. Waktu itu ibu melepas dan menyimpannya karena ibu takut menimbulkan kejahatan jika tetap kamu pakai. Ibu baru ingat lagi tentang kalung itu kemarin ketika ada seseorang yang datang mencari kamu," ucap Bu Hasna.***FLASHBACK ONTok..tok..tok...Terdengar suara ketukan di pintu panti oleh seseorang. Suasana cukup sepi karena memang waktunya jam istirahat tidur siang bagi anak-anak panti.Bu Hasna pun gegas membuka pintu panti. Ketika pintu terbuka terlihat seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahunan berdiri di ambang pintu. Bu Hasna pun menyipitkan mata yang silau terkena sinar matahari. Laki-laki denga gurat wajah tegas ters
POV AUTHORKinan sekarang sedang berada dalam perjalanan pulang, dia sudah memberitahu suaminya kalau dia sedang dalam perjalanan. Cerita yang disampaikan Bu Hasna mengenai lelaki tadi sebenarnya masih berkecamuk di kepalanya. Tapi dia berusaha tidak ambil pusing, nanti kebenaran akan terungkap, begitu pikir Kinan. Yang terpenting sekarang dia bisa secepatnya sampai di rumah."Duuhh.. Semoga saja tidak macet," pikir Kinan dalam hati. Dia gelisah karena dia pulang bertepatan dengan jam pulang karyawan kantor. Dia takut ibu mertuanya akan memarahinya jika dia datang terlambat. Dia merasa sangat penat sekarang jadi dia tidak ingin menambah penat otaknya.Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya Kinan pun sampai di depan rumahnya. Beruntung tadi meskipun jalanan cukup ramai tapi tidak sampai macet. Setelah membayar ongkos taksi online dia pun segera memasuki rumah suaminya. Ternyata ibu mertua dan adik iparnya sedang duduk di ruang tami. sepertinya mereka tengah menunggu kedatangan dirinya.
"Tuh Bu denger sendiri kan, Mas Jaka sekarang pelit sama Imel. Ada saja alasannya kalau Imel minta duit, pasti nih Mbak Kinan yang ngelarang Mas Jaka buat ngasih duit ke Imel nih," Imel mengadu pada ibu mertuaku. Waduh feelingku mulai tak enak, pasti sebentar lagi ibu mertuaku akan memarahiku. Dia sangat menyayangi anak bungsunya itu. Apapun yang Imel minta wajib hukumnya untuk dituruti. Kalaupun misal Mas Jaka belum gajian, ibu mertuaku pasti mencari cara lain yang penting keinginan Imel terpenuhi."Heh Kinan, kamu hasut apa ke anakku? Kamu harus tau ya, anak laki-lakiku ini masih bertanggung jawab untuk keluarganya sampai kapanpun. Kamu itu hanya orang luar jangan coba-coba ya menguasai harta anak saya," semprot ibu mertuaku.Tuh kan apa kubilang pasti aku yang akan kena marah ibu mertuaku. "Maaf Bu, tapi Kinan tidak pernah melarang Mas Jaka memberikan uang untuk keluarganya. Lagipula Kinan ini istrinya Mas Jaka buka orang lain Bu," jawabku."Alah Mbak, nggak usah ngeles deh. Aku t
Sementara itu di rumah milik Nenek Kinan .."Nyonya maaf ternyata Kinan sudah meninggalkan panti asuhan sejak 4 tahun yang lalu," jelas Ferdi pada Nyonya Arini, Nenek kandung Kinan.Nenek Arini termenung lama, dia seolah kembali di masa lalu. Dimana dua anak-anaknya masih saling hidup rukun. Segalanya begitu indah, dia dan suaminya hidup dengan bahagia bersama keluarga kecil mereka. Waktu itu mereka belum lah sekaya sekarang. Mereka hanya seorang penjual di toko kue kecil. Tapi meskipun hidup seadanya mereka sangat berbahagia dengan kesederhanaan mereka. Prinsip mereka waktu itu adalah keluarga adalah nomor satu. Sampai akhirnya sebuah peristiwa yang mulai memporak porandakan keluarga mereka.***FLASHBACK ONSuatu hari setibanya Kakek Damar, kakek kandung Kinan, pulang dari toko kuenya, dia bertemu seseorang wanita yang tergeletak di jalan tanpa ada yang berniat menolong. Orang tersebut tergeletak bersimbah darah, gegas Kakek Damar membawanya ke rumah sakit terdekat untuk diobati. S
POV JAKAPerkenalkan namaku Jaka Saputra, di usiaku yang masih 28 tahun, aku sudah menjadi seorang supervisor di sebuah perusahaan swasta di kotaku. Aku sudah menikah dan mempunyai istri cantik bernama Kinanti Ayudya, gadis yang tak sengaja ku jumpai di sebuah toko buku saat aku sedang membelikan buku untuk adikku.Aku mempunyai ibu dan adik yang aku sayangi. Mereka adalah keluargaku yang tersisa sejak ayahku meninggal dunia sejak ayahku meninggal. Sebelum meninggal ternyata ayahku sempat mengatakan rahasia yang membuatku tercengang.Seorang ayah yang kusegani dan kubanggakan ternyata pernah melakukan hal seperti itu. Akhirnya kuputuskan untuk diam tidak memberitahukan kepada siapapun. Juga dengan wasiat ayah yang mengatakan aku harus mencari keberadaan gadis itu tidak kuhiraukan lagi. Karena aku sudah menemukan tambatan hati yang sangat kucintai.Tapi di tengah kebahagiaan keluarga kecilku, kami belum dikaruniai seorang anak. Padahal usia pernikahan kami sudah 4 tahun. Itu pula yang
POV KINAN)"Assalamualaikum Mas Jaka, loh kok baca korannya terbalik?" salamku ketika melihat Mas Jaka yang ternyata masih duduk di teras seperti waktu kutinggal tadi. Tapi anehnya dia duduk terdiam seperti sedsng memikirkan sesuatu, dan ternyata koran yang dibaca suamiku pun dalam keadaan terbalik."Assalamualaikum Mas Jaka," ulangku sambil menepuk bahunya."Eh i..i..yya sayang, baru pulang ya?" jawab suamiku sambil terkejut. Dia terburu-buru melipat koran yang dibacanya.Aku mengerutkan kening sambil menatapnya curiga, kenapa dia terkejut seperti itu. Apa yang tengah dipikirkannya hingga membuat dia melamun. Ah tapi suamiku itu bukan tipikal orang yang suka menyembunyikan rahasia jadi nanti kalau dia siap dia pasti akan cerita kepadaku. Lebih baik aku diam saja tidak usah bertanya, takutnya nanti dia malah tersinggung kalau kitanya, batinku."Mas, Kinan masuk ke dalam dulu ya, sekalian mau masak. Takutnya kalau telat masaknya, ibu akan marah," ucapku akhirnya. Aku harus segera memas