Share

Bab 2

"Ini tehnya, Bu. Silahkan diminum," kusajikan teh panas seperti pesanan ibu di meja makan. Kutata juga makanan di atas meja. Ada roti bakar dengan selai kacang favorit suamiku untuk sarapan. Dan nasi goreng seafood untuk sarapan ibu mertuaku.

Adik iparku jam segini belum bangun. Dia masih kuliah semester akhir di sebuah universitas swasta di kotaku. Nyatanya meskipun kakak beradik, tapi adik iparku tidak seperti Mas Jaka yang pintar dan rajin. Dia sangat pemalas, kerjanya hanya bermain i*******m atau joged tiktok. Tidak sedikitpun dia membantuku mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tapi ibu mertuaku tidak pernah menegurnya. Begitu pun Mas Jaka selalu memanjakan adiknya ini. Dia merasa adik bungsunya kekurangan figur seorang ayah jadi dia menggantinya dengan selalu memanjakannya setiap hari.

"Emm.. Mas aku boleh ijin untuk menemui Bu Hasna siang ini di panti. Aku rindu sekali dengan beliau Mas. Semalam aku bermimpi tidak enak tentang beliau, jadi aku kepikiran. Makanya hari ini aku ingin menemui beliau sekalian silaturahmi dengan anak-anak panti lainnya. Gimana Mas?" tanyaku memecah hening saat sarapan. 

"Kenapa mendadak sayang? Mas hari ini ada meeting penting di kantor jadi tidak bisa mengantar kamu. Kamu mau naik apa kesananya nanti?" jawab Mas Jaka sambil mengunyah roti bakarnya.

"Aku berangkat sendiri nggak apa-apa. Nanti bisa naik taksi online sayang. Kamu tenang saja tidak usah khawatir," jawabku sambil tersenyum.

"Kamu yakin sayang? Mas khawatir kalau kamu berangkat sendirian. Emm.. Gimana kalau hari sabtu manti saja sayang. Mas bisa antarkan kamu ke panti," Mas Jaka menatapku khawatir.

"Sayang aku nggak masalah kok kalau berangkat sendiri. Lagipula panti kan tidak jauh mas hanya 30 menit dari sini, boleh ya Mas?" terangku seraya memohon agar diijinkan untuk berangkat. Mas Jaka memang selalu seperti itu, semenjak aku menjadi selalu tidak rela kalau aku pergi kemana-mana. Dia juga memintaku untuk resign dari pekerjaanku yang dulu karena dia tidak tega melihat aku bekerja. Padahal aku dari kecil sudah terbiasa untuk hidup mandiri. Ditinggalkan orang tua sejak kecil dan dibesarkan di panti asuhan setelahnya membuatku mandiri dan kuat dalam bertahan hidup.

"Halah kamu ngapain sih pake acara ke panti segala? Kayak disini nggak ada kerjaan saja. Keluyuran terus ngabisin duit suami aja bisamu, dasar tidak tahu diri sekali!" ibu mertuaku menyahut dengan kasar dan menatapku dengan pandangan tidak suka.

Aku tidak tau mengapa ibu mertuaku menjadi berubah perangainya kepadaku. Padahal di tahun pertama pernikahan kami, sikap beliau sangat baik kepadaku. Bahkan kami sering belanja ke mall bersama. Semua pekerjaan rumah tangga kita kerjan berdua. Kami pun sangat kompak hingga Mas Jaka selalu cemburu dengan kedekatan kami. Namun sejak tahun ketiga pernikahan kami sikap ibu mertua berubah kepadaku. Dia setiap hari berkata kasar kepadaku dan selalu menyebutku mandul. Semua pekerjaan rumah tangga jadi aku yang mengerjakan. Dia tidak pernah mau tau lagi urusan rumah.

"Sudah Bu tidak usah bertengkar lagi. Baiklah sayang. Kamu hati-hati ya, kabari Mas kalau sudah sampai sana, uang saku kamu nanti Mas transfer, jangan lupa memberikan oleh-oleh untuk Bu Hasna dan anak panti lainnya. Mas titip salam sampaikan permintaan maaf Mas karena belum bisa silaturahmi kesana," jawab Mas Jaka memberiku ijin untuk pergi ke panti.

"Jaka kamu apa-apaan sih, ngapain kamu pake kasih duit buat istrimu kasih ke panti. Buang-buang uang aja. Mending uang itu kamu kasihkan Ibu untuk shopping daripada untuk beli oleh-oleh buat panti, " kamu itu anak ibu ya Jaka. Ibu tidak rela uang kami diporotin sama dia!!" bentak ibu mertuaku.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status