Setelah perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya aku sampai juga di panti asuhan. Aku segera turun dari taksi online setelah membayar tarifnya. Tadi aku sudah minta keoada sopir taksinya untuk mampir sebentar ke tempat buah untuk buah tangan kepada anak-anak panti.
"Assalamualaikum," ucapku agak keras."Waalaikumsalam, eh mashaAllah Kinan, ini teh beneran kamu? Alhamdulillah kirain kamu teh uda lupa sama kami yang ada di panti," jawab Mahira, sahabatku di panti sejak kecil. Dia sama sepertiku sampai besar tidak ada yang mengadopsi, jadilah kami berdua mengabdi di panti sampai akhirnya aku meninggalkan panti saat menikah dengan Mas Jaka."Hehehe, apasih Hiraa? Akutuh ya jelaslah ga lupa sama kamu. Apalagi sama anak-anak panti. Eh iya ini sedikit oleh-oleh untuk anak panti," jawabku."Haduh kamu jni pake repot segala bawa beginian. Kamu datang berkunjung ke panti aja kita udah seneng banget loh. Eh iya lupa, ayuk atuh masuk dulu. Kita ngobrolnya lanjut di dalem aja. Masak berdiri terus di depan pintu gini sih," Mahira mengajakku masuk ke panti."Eh iya gimana kabar anak-anak panti sehat semua kan? Bu Hasna juga gimana kabarnya?" sambungku bertanya pada Mahira."Alhamdulillah semua sehat. Cuma Bu Hasna agak kurang badan. Sudah 2 hari ini beliau badannya panas. Aku sudah aja ke dokter tapi kata beliau nggak usah, minum obat warung aja cukup. Kamu tau sendiri dari dulu Bu Hasna memang tidak suka dibawa ke dokter bukan," cerita Mahira."Innalillahi, ayok antar aku ke kamar Bu Hasna. Pantas saja dari kemarin perasaanku tidak enak. Kepikiran terus sama beliau," ujarku.Aku diantar Mahira ke kamar Bu Hasna. Kuketuk perlahan pintu kamar beliau.Ceklek ..Pintu perlahan terbuka. Terlihat olehku Bu Hasna membuka pintu. Raut wajahnya terlihat sayu. Mukanya pucat sekali. Segera kupeluk wanita yang sudah membesarkanku selama ini."Assalamuaikum Bu Hasna, ini Kinan datang," kataku dalam pelukan beliau sembari terisak."Waalaikumsalam Nduk, kamu datang? MashaAllah gimana kabarnya? Sudah lama sekali kamu tidak berkunjung kesini. Ibu kangen sama kamu. Suami kamu mana?" Bu Hasna berkata pelan."Kinan sehat, Bu. Huhuhu Kinan baik-baik saja," entah mengapa aku reflek menangis terisak di pelukan Bu Hasna. Pelukan yang sangat menenangkanku."Wes tho, cup cup cup. Kamu kenapa malah nangis? Ayo sini duduk dulu. Ibu belum kuat kalau harus berdiri lama. Masih suka pusing," Bu Hasna mengajakku duduk di tempat tidurnya yang sederhana.Mahira sudah menghilang ke belakang, katanya sih tadi mau membuatkan aku minum. Dasar anak itu masih saja suka menghilang seenaknya. Aku sudah duduk di kasur bersama Bu Hasna. Ku pandangi lagi wajah teduh Bu Hasna, ku lihat wajah beliau yang semakin menua, tapi tidak melunturkan kharisma dan kewibawaan beliau. Memang Bu Hasna ini super sekali."Kamu sudah lama tidak kesini, ibu kira kamu sudah melupakan kami sekarang," tanya Bu Hasna sambil tersenyum."Ah.. Ibu bisa saja bicaranya. Kinan tidak akan pernah melupakan Ibu dan anak-anak di panti ini. Kinan tumbuh besar di panti ini. Dan berkat Bu Hasna pula, Kinan sekarang bisa tumbuh seperti ini," jawabku."Hahah.. Baiklah Kinan. Ibu percaya kamu tidak akan sejahat itu melupakan kami. Jadi kamu sendirian atau bersama suamimu?" "Kinan sendirian, Bu. Mas Jaka tidak bisa ikut karena ada meeting penting hari ini. Kinan tidak enak perasaannya dari kemarin, jadi Kinan memohon pada Mas Jaka agar diijinkan untuk silaturahmi ke panti."Toktoktok...Terdengar suara ketukan pintu, ternyata Mahira datang membawa 2 cangkir teh hangat juga camilan."Wah Hira kamu baik sekali, makasih loh udah dibikinin teh, kamu teh emang terbaik teh" ucapku menggoda Mahira yang selalu menmbahkan kata teh di kalimatnya.Aku pun mengobrol panjang lebar dengan Bu Hasna dan juga Mahira. Syukurlah kulihat Bu Hasna sudah mulai bisa tersenyum dan suhu badannya juga tidak panas lagi siang ini. Aku bahagia bisa ke panti yang suasananya tenang, membuat damai hatiku. Ah seandainya saja setiap hari aku bisa merasakan ketenangan tampa teriakan dari ibu mertua. Alangkah bahagianya hatiku. *****"Kinan kebetulan kamu berkunjung kesini. Sebenarnya ada yang mau ibu sampaikan kepada kamu, Nak," tatap Bu Hasna sendu."Ada apa Bu, bicara saja sama Kinan," sahutku."Sebenarnya ketika kamu dibawa ke panti ini, kamu memakai sebuah kalung. Ibu melepas kalung dengan liontin yang ada bandul foto seorang wanita dan seorang laki-laki yang kemungkinan itu orang tuamu. Waktu itu ibu melepas dan menyimpannya karena ibu takut menimbulkan kejahatan jika tetap kamu pakai. Ibu baru ingat lagi tentang kalung itu kemarin ketika ada seseorang yang datang mencari kamu," ucap Bu Hasna.***FLASHBACK ONTok..tok..tok...Terdengar suara ketukan di pintu panti oleh seseorang. Suasana cukup sepi karena memang waktunya jam istirahat tidur siang bagi anak-anak panti.Bu Hasna pun gegas membuka pintu panti. Ketika pintu terbuka terlihat seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahunan berdiri di ambang pintu. Bu Hasna pun menyipitkan mata yang silau terkena sinar matahari. Laki-laki denga gurat wajah tegas ters
POV AUTHORKinan sekarang sedang berada dalam perjalanan pulang, dia sudah memberitahu suaminya kalau dia sedang dalam perjalanan. Cerita yang disampaikan Bu Hasna mengenai lelaki tadi sebenarnya masih berkecamuk di kepalanya. Tapi dia berusaha tidak ambil pusing, nanti kebenaran akan terungkap, begitu pikir Kinan. Yang terpenting sekarang dia bisa secepatnya sampai di rumah."Duuhh.. Semoga saja tidak macet," pikir Kinan dalam hati. Dia gelisah karena dia pulang bertepatan dengan jam pulang karyawan kantor. Dia takut ibu mertuanya akan memarahinya jika dia datang terlambat. Dia merasa sangat penat sekarang jadi dia tidak ingin menambah penat otaknya.Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya Kinan pun sampai di depan rumahnya. Beruntung tadi meskipun jalanan cukup ramai tapi tidak sampai macet. Setelah membayar ongkos taksi online dia pun segera memasuki rumah suaminya. Ternyata ibu mertua dan adik iparnya sedang duduk di ruang tami. sepertinya mereka tengah menunggu kedatangan dirinya.
"Tuh Bu denger sendiri kan, Mas Jaka sekarang pelit sama Imel. Ada saja alasannya kalau Imel minta duit, pasti nih Mbak Kinan yang ngelarang Mas Jaka buat ngasih duit ke Imel nih," Imel mengadu pada ibu mertuaku. Waduh feelingku mulai tak enak, pasti sebentar lagi ibu mertuaku akan memarahiku. Dia sangat menyayangi anak bungsunya itu. Apapun yang Imel minta wajib hukumnya untuk dituruti. Kalaupun misal Mas Jaka belum gajian, ibu mertuaku pasti mencari cara lain yang penting keinginan Imel terpenuhi."Heh Kinan, kamu hasut apa ke anakku? Kamu harus tau ya, anak laki-lakiku ini masih bertanggung jawab untuk keluarganya sampai kapanpun. Kamu itu hanya orang luar jangan coba-coba ya menguasai harta anak saya," semprot ibu mertuaku.Tuh kan apa kubilang pasti aku yang akan kena marah ibu mertuaku. "Maaf Bu, tapi Kinan tidak pernah melarang Mas Jaka memberikan uang untuk keluarganya. Lagipula Kinan ini istrinya Mas Jaka buka orang lain Bu," jawabku."Alah Mbak, nggak usah ngeles deh. Aku t
Sementara itu di rumah milik Nenek Kinan .."Nyonya maaf ternyata Kinan sudah meninggalkan panti asuhan sejak 4 tahun yang lalu," jelas Ferdi pada Nyonya Arini, Nenek kandung Kinan.Nenek Arini termenung lama, dia seolah kembali di masa lalu. Dimana dua anak-anaknya masih saling hidup rukun. Segalanya begitu indah, dia dan suaminya hidup dengan bahagia bersama keluarga kecil mereka. Waktu itu mereka belum lah sekaya sekarang. Mereka hanya seorang penjual di toko kue kecil. Tapi meskipun hidup seadanya mereka sangat berbahagia dengan kesederhanaan mereka. Prinsip mereka waktu itu adalah keluarga adalah nomor satu. Sampai akhirnya sebuah peristiwa yang mulai memporak porandakan keluarga mereka.***FLASHBACK ONSuatu hari setibanya Kakek Damar, kakek kandung Kinan, pulang dari toko kuenya, dia bertemu seseorang wanita yang tergeletak di jalan tanpa ada yang berniat menolong. Orang tersebut tergeletak bersimbah darah, gegas Kakek Damar membawanya ke rumah sakit terdekat untuk diobati. S
POV JAKAPerkenalkan namaku Jaka Saputra, di usiaku yang masih 28 tahun, aku sudah menjadi seorang supervisor di sebuah perusahaan swasta di kotaku. Aku sudah menikah dan mempunyai istri cantik bernama Kinanti Ayudya, gadis yang tak sengaja ku jumpai di sebuah toko buku saat aku sedang membelikan buku untuk adikku.Aku mempunyai ibu dan adik yang aku sayangi. Mereka adalah keluargaku yang tersisa sejak ayahku meninggal dunia sejak ayahku meninggal. Sebelum meninggal ternyata ayahku sempat mengatakan rahasia yang membuatku tercengang.Seorang ayah yang kusegani dan kubanggakan ternyata pernah melakukan hal seperti itu. Akhirnya kuputuskan untuk diam tidak memberitahukan kepada siapapun. Juga dengan wasiat ayah yang mengatakan aku harus mencari keberadaan gadis itu tidak kuhiraukan lagi. Karena aku sudah menemukan tambatan hati yang sangat kucintai.Tapi di tengah kebahagiaan keluarga kecilku, kami belum dikaruniai seorang anak. Padahal usia pernikahan kami sudah 4 tahun. Itu pula yang
POV KINAN)"Assalamualaikum Mas Jaka, loh kok baca korannya terbalik?" salamku ketika melihat Mas Jaka yang ternyata masih duduk di teras seperti waktu kutinggal tadi. Tapi anehnya dia duduk terdiam seperti sedsng memikirkan sesuatu, dan ternyata koran yang dibaca suamiku pun dalam keadaan terbalik."Assalamualaikum Mas Jaka," ulangku sambil menepuk bahunya."Eh i..i..yya sayang, baru pulang ya?" jawab suamiku sambil terkejut. Dia terburu-buru melipat koran yang dibacanya.Aku mengerutkan kening sambil menatapnya curiga, kenapa dia terkejut seperti itu. Apa yang tengah dipikirkannya hingga membuat dia melamun. Ah tapi suamiku itu bukan tipikal orang yang suka menyembunyikan rahasia jadi nanti kalau dia siap dia pasti akan cerita kepadaku. Lebih baik aku diam saja tidak usah bertanya, takutnya nanti dia malah tersinggung kalau kitanya, batinku."Mas, Kinan masuk ke dalam dulu ya, sekalian mau masak. Takutnya kalau telat masaknya, ibu akan marah," ucapku akhirnya. Aku harus segera memas
Hari ini Kinan mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan tidak fokus. Dia terus memikirkan permintaan ibu mertuanya kepada suaminya. Untungnya hari ini tampaknya ibu mertuanya pun tidak berniat untuk mengganggunya. Dia hanya diam saja ketika bertemu dengan Kinan. Hari ini rupanya ibu mertuanya lebih banyak di dalam kamar.Akhirnya Kinan memutuskan untuk mengambil air wudhu dan melakukan shalat dhuha agar hatinya lebih tenang. Selesai shalat dhuha, dia melanjutkan dengan dzikir dan membaca shalawat nabi, agar hatinya lebih merasa tenang. Lalu dia pun berdoa untuk meminta pertolongan kepada Allah, agar rumah tangganya selalu dilimpahi perlindungan.***Malam harinya ketika Kinan dan suaminya selesai makan malam, suaminya langsung mengajak untuk masuk ke kamar. Mas Jaka memintanya untuk mendengarkannya berbicara terlebih dahulu sampai selesai."Dek, Mas sekarang akan jujur sama kami mengenai permintaan Ibu. Tapi Mas harap setelah ini kamu membantu Mas untuk mencari bagaimana solusinya. Ja
POV IBU MERTUAAkhirnya aku berhasil mengatakan apa yang menjadi permintaanku, aku yakin Jaka dan Kinan sekarang sedang ribut. Perlahan rencanaku untuk memisahkan mereka akan terwujud. Dan setelah mereka resmi berpisah, Jaka akan segera aku nikahkan dengan Saskia, anaknya Jeng Naya yang kaya raya itu, batinku sembari membayangkan rencana selanjutnya.Sebenarnya waktu Jaka mengenalkan Kinan sebagai calon menantuku waktu itu, aku sudah tidak setuju. Karena latar belakang Kinan sebagai yatim piatu dan dibesarkan di panti asuhan membuatku tidak menyukainya. Hanya saja waktu itu Jaka terus memohon kepadaku untuk menerima Kinan, wanita yang dicintainya itu sebagai menantuku. Bahkan Jaka sampai masum rumah sakit akibat mogok makan selama 3 hari. Akhirnya aku pun luluh melihat Jaka yang terus memohon kepadaku. Dan mereka akhirnya menikah.Saat Jaka akhirnya memboyong Kinan untuk tinggal di rumah kami setelah menikah pun masih ada gelenyar rasa tak suka dalam hatiku. Seharusnya Jaka bisa menda