Share

Bab 5

"Kinan kebetulan kamu berkunjung kesini. Sebenarnya ada yang mau ibu sampaikan kepada kamu, Nak," tatap Bu Hasna sendu.

"Ada apa Bu, bicara saja sama Kinan," sahutku.

"Sebenarnya ketika kamu dibawa ke panti ini, kamu memakai sebuah kalung. Ibu melepas kalung dengan liontin yang ada bandul foto seorang wanita dan seorang laki-laki yang kemungkinan itu orang tuamu. Waktu itu ibu melepas dan menyimpannya karena ibu takut menimbulkan kejahatan jika tetap kamu pakai. Ibu baru ingat lagi tentang kalung itu kemarin ketika ada seseorang yang datang mencari kamu," ucap Bu Hasna.

***

FLASHBACK ON

Tok..tok..tok...

Terdengar suara ketukan di pintu panti oleh seseorang. Suasana cukup sepi karena memang waktunya jam istirahat tidur siang bagi anak-anak panti.

Bu Hasna pun gegas membuka pintu panti. Ketika pintu terbuka terlihat seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahunan berdiri di ambang pintu. Bu Hasna pun menyipitkan mata yang silau terkena sinar matahari. Laki-laki denga gurat wajah tegas tersebut segera memperkenalkan diri.

"Selamat siang, Bu. Apa saya bisa bertemu dengan kepala panti asuhan Kasih Bunda ini?" tanya laki-laki tersebut.

"Iya selamat siang, Pak. Kebetulan saya sendiri kepala panti asuhan ini. Saya Hasna Nuril, panggil saja saya Bu Hasna. Kalau boleh tau ada keperluan apa ya Bapak datang kemari?" jawab Bu Hasna sembari memperkenalkan diri.

"Emm.. Begini Bu Hasna, saya Ferdinan Hasan, panggil saja Ferdi. Kebetulan saya kemari ingin menanyakan seorang anak yang mungkin sekitar 15  tahun silam yang dititipkan disini. Dia bernama Kinanti Ayudya. Apakah saya bisa bertemu dengan dia, Bu?" jelas Ferdi kepada Bu Hasna.

"Maaf kalau boleh tahu ada keperluan apa ya, Pak?  Soalnya begini kebetulan wanita yang bapak sebutkan namanya barusan sudah tidak tinggal di panti lagi. Dia sudah menikah sekitar 4 tahun yang lalu dan sekarang tinggal dengan suaminya," cerita Bu Hasna pada Ferdi.

Ferdi hanya terdiam dengan penjelasan dari Bu Hasna. Dia sedang berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Bu Hasna apakah boleh saya meminta alamat Kinan yang sekarang?" tanya Ferdi dengan hati-hati.

"Untuk apa ya Pak?" tanya Bu Hasna sembari mengernyitkan kening menatap Ferdi dengan curiga. Agak aneh memang karena selama belasan tahun Kinan tinggal di panti asuhan belum pernah ada satu orang pun yang datang untuk mencari Kinan. Jadi ketika sekarang ada yang datang untuk mencari Kinan jelas dia merasa curiga.

"Begini Bu Hasna, sebelumnya saya minta maaf mungkin kedatangan saya terlalu tiba-tiba. Dan pastinya Bu Hasna kaget dengan kedatangam saya ini, sebenarnya saya utusan dari nenek kandung Nona Kinanti yang ditugaskan untuk menjemputnya kembali ke keluarganya. Moho maaf sekali Bu Hasna untuk keterangan lebih rincinya belum bisa saya jelaskan secara detail, karena berbahaya bagi keselamatan Nona Kinanti," jelas Ferdi dengan panjang lebar. 

Bu Hasna terkejut mendengar penuturan Ferdi, karena selama ini dia hanya tau kalau Kinanti sebatang kara sejak ditinggal kedua orang tuanya, apalagi dari pihak kepolisian yang menitipkan waktu itu juga menjelaskan kalau Kinanti memang tidak ada keluarga lagi yang merawatnya. Jadi dia tidak tahu pasti apakah harus mempercayai perkataan pria yang duduk di depannya ini atau tidak.

FLASHBACK OFF

***

Bu Hasna menceritaakan kejadian kemarin kepada Kinan. Sedangkan Kinan dan Mahira mendengarkan cerita Bu Hasna dengan serius. Begitu Bu Hasna selesai dengan ceritanya, dia kembali bertanya apakah dia tidak mengingat keluarganya apakah ada yang masih hidup. Kinan pun menjelaskan setau dia selama ini hanya hidup dengan oang tuanya saja. Oun orang tuanya tidak pernah menceritakan tentang neneknya.

Kalau Kinan bertanya tentang kakek neneknya, kedua orang tuanya selalu mengalihkan pembicaraan. Jadi Kinan pun tidak tahu apakah pria bernama Ferdi itu orang suruhan neneknya atau bukan.

"Kalau begitu kamu bawa saja kalung ini, Kinan. Siapa tau nanti kamu membutuhkannya. Lagipula kalung ini memang milik kamu jadi sudah sewajarnya ibu mengembalikan kembali kalung ini kepada kamu," terang Bu Hasna.

"Waah kalung kamu bagus sekali, Kinan. Terlihat sekali bahannya bagus pati mahal deh itu," sahut Mahira heboh.

Kinan hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil melihat tingkah Mahira yang heboh sendiri. Tapi dalam hati dia juga bingung dengan apa yang terjadi. Otaknya berpikir keras mengira-ngira siapa Ferdi dan apakah benar jika dia masih punya seorang nenek. Lalu kenapa dia di oanti asuhan dan kenapa baru sekarang neneknya mencarinya. Tapi nihil, dia sama sekali tidak bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaannya.

*****

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
knp ibu pabti gak minta alamat rmh si nenek ? minimal minta no hape yg bisa dihubungi, pak fredy atau no hape si nenek.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status