POV KINANKemarin lusa aku sudah menyerahkan beberapa berkas yang dibutuhkan untuk pengajuan percaraian kepada Pak Budi sebagai pengacara keluarga kami. Menurut Pak Budi dengan adanya banyak bukti pendukung yang menjelaskan mengenai perselingkuhan yang mereka lakukan maka persidangan bisa segera dengan cepat diputuskan.Aku menyerahkan semua kepada Pak Budi, aku tidak mau datang ke persidangan. Biarlah aku terima beres saja karena aku pun takut hatiku akan menjadi goyah ketika bertemu dengan Mas Jaka."Kamu tidak ingin melaporkan suamimu atas dugaan pemalsuan identitas?" tanya Pak Budi tiba-tiba membuatku spontan menoleh kepadanya."Memangnya bisa Pak?" tanyaku balik."Tentu bisa, karena dengan jelas disitu suamimu mencatatkan pernikahannya secara agama dan negara. Dan status suamimu disana sudah sah menjadi duda. Tentu itu bisa menjadi masalah ke depannya Kinan. Kamu bisa kalau memperkarakan hal ini." jawab Pak Budi menjelaskan dengan gamblang kepadaku."Oh seperti itu, kalau begitu
Hari ini adalah hari akad akad nikah dari Mas Jaka dan Saskia. Akad nikah akan dilaksanakan pukul 9 pagi, dan resepsi akan dilakukan setelah itu. Aku tentu saja tidak mau kalah dengan pasangan yang akan akad hari ini. Aku juga dandan secantik mungkin dibantu oleh MUA yang sudah disewa oleh Nenek Arini. Aku harus tampil paripurna hari ini.Bu Hasna dan Mahira juga sudah datang ke rumah Nenek, mereka ikut menginap di rumah Nenek dari semalam. Rencananya mereka akan ku ajak ke resepsi nikahan Mas Jaka karena aku tidak mungkin mengajak Nenek Arini. Aku tidak mau identitasku sebagai pewaris tunggal bisnis nenek diketahui oleh keluarga Mas Jaka.Bu Hasna dan Mahira sudah kuceritakan secara singkat bagaimana kronologis ceritanya. Dan mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Jaka yang mereka kenal selalu santun bisa menghamili perempuan di luar pernikahan."Wah wah kamu cantik banget Kinan, beda banget," puji Mahira yang takjub melihat penampilan Kinan setelah menggunakan make up."Ah kamu bi
Kinan merasa puas sekali sudah merusak acara pernikahan suaminya. Kinan yakin saat ini suaminya sedang ketakutan berada di kantor polisi. Biarkan saja, dengan begitu dia tidak akan bisa datang besok ke sidang cerai.Aku sudah bilang ke pengacara keluarga kalau akan datang ke kantor polisi besok saja setelah dari sidang cerai. Saat ini aku merasa lelah sekali, perutku agak sedikit kram mungkin karena efek kelelahan."Nek, perutku rasanya kram," ujarku pada Nenek Arini begitu tiba di rumah. Bu Hasna dan Mahira sudah pulang ke panti karena ada anak panti yang tiba-tiba sakit."Kamu kecapekan Nak, ayo Nenek antar ke kamar. Kamu harus istirahat. Nanti kalau masih kram baru kita ke dokter," perintah Nenek Arini sambil mengantar Kinan ke kamarnya."Kamu harus siapkan mentalmu untuk sidang besok, kamu juga harus memberikan kesaksian di kantor polisi kan?" tanya Nenek Arini yang dijawab anggukan kepala oleh Kinan."Tapi adek bayi nggak apa kan Nek? Aku salah Nek sudah membuat adek bayi kesakit
"Malang benar nasibmu Kinan, akankah kamu sanggup mendengar kenyataan ini?" gumam Nenek Arini mendesah pelan.Kepala Nenek Arini tersa berdenyut setelah mendengar berita yang mengejutkan ini. Sungguh tak menyangka bahwa semua saling berkesinambungan."Kamu pergilah, rahasiakan masalah ini dari Kinan. Dia sedang banyak pikiran karena Jaka, jadi aku tidak ingin menambah beban hidupnya lagi," perintah Nenek Arini."Baik Nyonya," jawab Ferdinan sambil mengangguk."Tolong kamu bilang Mbok Yem untuk membuatkan saya teh hangat. Kepala saya agak pusing," ujar Nenek Arini."Nyonya mau saya panggilkan dokter?" sahut Ferdinan merasa khawatir akan kesehatan Nenek Arini.Dia merasa kasihan kepada majikannya itu, seharusnya di usia sekarang dia hanya perlu menikmati hari tua dengan tenang. Tapi dia masih harus memikirkan berbagai macam hal."Tidak perlu, saya hanya perlu teh hangat," sahut Nenek Arini pelan."Baik Nyonya," sahut Ferdinan segera keluar dari ruang kerja dan meminta Mbok Yem untuk seg
POV JAKAAku kira setelah aku melangsungkan pernikahan dengan Saskia hidupku akan bahagia. Nyatanya malah kebalikannya, hidupku menjadi sial.padahal belum ada hitungan hari aku menikahi Saskia,disini nasibki sekarang mendekam di hotel prodeo atas dugaan pemalsuan identitas.Saskia kemarin hanya menjadi saksi jadi dia tidal ditahan, ini semua gegara aku yang menuruti kemauan ibu. Hidupku berantakan, seharuanya sekarang aku sedang mengecap malam indah bersama Saskia, bukan disiniMenurut polisi aku harus menunggu Kinan sebagai pelapor untuk memberikan keterangan.Kinan, Mas rindu kamu. Mas minta maaf sudah mengkhianati kamu, batinku dengan penuh penyesalan.Kalau ibu tidak memaksaku untuk menikahi Saskia tentu aku masih menikmati keluarga yang harmonis. "Pak Jaka ada yang datang berkunjung," ujar polisi yang tadi memeriksaku, kalau tidak salah namanya Pak Santoso."Siapa Pak?" tanyaku yang merasa malas untuk bertemu siapapun hari ini."Ibu dan adik anda," jawab Pak Santoso seraya menga
Keesokan harinya Kinan sudah siap untuk berangkat menuju sidang cerai pertamanya. Sesungguhnya kalau boleh jujur saat ini Kinan sangat gugup. Apalagi setelah itu dia akan ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.Dia hari ini hanya didampingi oleh Mahira, sejak Kinan diketahui hamil dia meminta sang Nenek untuk mengijinkan Mahira menjadi asistennya. Nenek Arini tentu saja langsung menyetujui ide dari Kinan tersebut. Maka dari itu Kinan selalu ditemani Mahira dalam berbagai kondisi termasuk saat ini."Kinan gimana udah siap kan?" tanya Mahira ketika mereka bertemu di depan ruang sidang."Insha Allah siap tidak siap harus kujalani kan?" jawab Kinan sambil tersenyum. Dia sudah pasrah dengan takdir rumah tangganya yang ternyata harus berakhir dengan jalan seperti ini.Pak Tudi sebagai pengacara yang akan mendampingi Kinan di dalam sidang kali ini pun sudah datang dan menunggunya di depan ruang sidang."Pagi Pak Rudi, hari ini saya pasrahkan semua kepada Bapak ya. Saya rasa tidak perlu
"Lalu apakah karena saya belum bisa memberikan Mas Jaka keturunan, lalu Ibu dengan mudahnya membuat Mas Jaka menghamili wanita lain yang bahkan belum resmi dinikahinya. Apa ibu sudah cukup bekal ke akhirat sehingga tidak mengingat dosa?" sindir Kinan."Ibu macam apa yang bisa bahkan membiarkan begitu saja anaknya untuk berbuat zina dengan yang bukan muhrimnya padahal anak lelakinya masih berstatus sah menjadi suami orang lain," lanjut Kinan yang semakin membuat Ibu Jaka malu sekaligus emosi mendengarnya.Semua yang ada di ruangan tersebut menahan nafas mendengar sindiran telak dari Kinan. Terutama Jaka yang merasa aibnya dikuliti habis-habisan oleh istrinya itu."Hei kamu jangan menuduh kami berzina ya, jangan sembaramgan kalau ngomong atau kamu akan saya tuntut," teriak Saskia.Kinan hanya tertawa mendengar Saskia meneriakinya."Hei Mbak pelakor, apa namanya kalau ketahuan hamil duluan sebelum menikah kalau bukan karena berzina?" sahut Kinan."Saya ada bukti kok yang menjelaskan den
Kinan sudah sampai di cafe setelah mencari rujak buah yang diinginkan. Mahira masih setia mengikuti dari belakang. Dia sudah berjanji untuk menjaga Kinan dan adek bayi yang sedang dikandung sepenuh hatinya."Hira, ini rujaknya yuk makan barengam," ucap Kinan sambil asik mencomot mangga muda kegemarannya selama hamil.Tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, dan terlihat sang nenek muncul lalu duduk di kursi tamu yang memang terdapat di ruang kerja Kinan untuk menerima tamu."Gimana Kinan sidangnya lancar?" tanya sang nenek begitu duduk di kursi."Alhamdulillah lancar Nek, tadi Kinan juga sudah datang ke penjara dan membuat Mas Jaka menyetujui perjanjian bahwa tidak akan mempersulit sidang cerai kami," jelas Kinan panjang lebar."Syukurlah kalau begitu. Berarti sekarang Jaka sudah bebas? Apa tidak masalah kalau dia bebas begitu saja Kinan?" tanya Nenek Arini."Biar saja Nek, paling tidak dia sudah pernah merasakan rasanya bermalam di penjara," jelas Kinan."Lagipula Nek, meskipun Mas Ja