Share

Lindap

"Sisik siren, duri mawar pelangi, air mata musang putih, serbuk peri hutan kabut, irisan lidah buaya rawa."

"Kuharap itu bukan lidah buaya rawa sungguhan," ujar Zhura menatap wanita bergamis putih yang kini sibuk memasukkan bahan-bahan aneh ke dalam kuali berbahan perunggu di depannya. Sudah beberapa jam sejak ia membuat penawar itu, tapi proses pemasakannya belum juga selesai. Di tengah keheningan, Sanguina menggerakkan bibirnya seolah-olah menggumamkan mantra. Dalam sekejap kemudian cahaya putih berpijar dari telapak tangannya.

Racikan di dalam kuali bergemelutuk. Ruangan seluas empat kali empat meter, tempat khusus bagi Sanguina untuk membuat racikan penawar pun seketika menjadi terang benderang. "Tinggal satu lagi!" Sesaat cahaya putih itu meremang, ketika Sanguina mengulurkan tangannya, tanpa aba-aba wanita itu mencabut satu helai rambut Zhura. Gadis itu sontak saja merintih seraya mengusap kulit kepalanya yang terasa nyeri.

"Bahan terakhir! Rambut kepala," ujar Sanguina mengambi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status