Share

6. Ingin Lebih Mengenalmu

Max menggendong Shada di pelukannya. Ia lalu dengan perlahan mendaratkan tubuh Shada di tempat tidur yang didominasi oleh warna pastel itu. Ia membelai lembut wajah Shada. Ia pandangi wajah cantiknya kemudian mendorong bibirnya memagut bibir Shada. Mereka saling mengulum lembut, terlihat menikmati momen milik bersama.

Dengan pelan, tangan Max menjelajahi tubuh Shada kembali. Ia mengeksplorasi tubuh halus yang ada di bawahnya. Kedua tangannya menelusuk ke dalam kaos Shada, menggerayangi kedua dada yang menggembung itu.

Sedangkan Shada terlihat menikmati setiap sentuhan Max yang dilayangkan untuknya.

Kini tangan Max sudah berada di balik bra, bermain-main di kulit polos Shada.

Max sontak melepas ciumannya, dengan cepat segera melepaskan kaos ketat yang dipakai wanita tersebut. Dilihatnya pemandangan menggoda yang menyembul di balik bra berenda coklat yang sangat menawan.

Ia tak sabar, segera ia singkap bra itu dan membebaskan pemandangan indah di dalamnya.

"So beautiful," kagum Max tetap terpaku pada objeknya. Shada menatap Max, pipinya bersemu merah.

Max memeluk dan memagut bibir Shada kembali. Napas keduanya terlihat berkejaran. Max kembali meraba tubuh Shada, lalu berhenti di kedua dadanya, bermain di situ. Sedang ciuman Max menjalar ke leher jenjang bening Shada, menghapus tanda kepemilikan yang sebelumnya telah terjejak.

Perlahan ciumannya semakin turun. Udara panas menyeruak di antara mereka. Mereka menginginkan lebih. Lebih dalam. Maka, mereka menyatukan tubuh mereka.

Sementara itu, Demian sesaat tadi sempat mengawasi keduanya. Namun perasaannya sekarang sudah sangat kecewa. Ia memutuskan pergi, ditelan oleh gelapnya sang malam.

♡♡♡

Shada mengerjap oleh silaunya cahaya sang fajar yang bergerak menembus korden di jendelanya. Matanya kemudian teralihkan kepada seseorang yang ada di sebelahnya. Ia membelalak lebar ketika menyadari kedua tubuh mereka polos tanpa tertutupi oleh sehelai kain pun.

Ia ingin bangun, namun nyatanya badannya menjadi berat. Perut Shada sekarang sedang menjadi tumpuan lengan kekar yang dilingkarkan oleh pria itu.

Shada menyerah, lalu memandangi Max yang masih terlelap. Ia pandangi juga pintu kamarnya yang masih terbuka lebar. Mendadak ia ingat Demian. Apakah semalam ia ke sini lagi? Shada menggelengkan kepalanya. Tidak, kenapa ia malah memikirkan Demian. Toh, Demian bukan manusia yang memiliki perasaan. Dan yang paling penting, ia bukan siapa-siapa baginya.

Oh iya ini sudah jam berapa ya? Batin Shada mengingatkan. Dengan lincah tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas. Matanya membulat sempurna ketika ia pandangi jam sudah menunjukkan pukul 06.50 pagi.

"Max, bangun. Kita harus berangkat kerja." Shada berusaha membangunkan Max dengan menepuk pelan lengan kekar itu. Max menggeliat perlahan, lalu membuka matanya. Ia mulai menyesuaikan penglihatannya dengan intensitas cahaya pagi ini.

Pandangan Max beralih kepada Shada, ia tersenyum tatkala melihat seluruh tubuh polos wanita tersebut. Mata Max berbinar lalu mengecup singkat dahi juga bibirnya.

"I love you, Sayang," ungkap Max menatap lamat kekasihnya itu.

"Dan, oh iya. Kita bisa berangkat agak telat hari ini," lanjut Max sambil terkekeh.

Keduanya bersiap-siap untuk berangkat kerja. Mereka berencana akan makan bersama di kantin karena untuk menyiapkan sandwich saja tidak cukup waktunya.

Setiba di kantor, Shada melihat Richard baru saja menghampiri meja Ruth. Dilihatnya wajah cantik itu memanyunkan bibirnya.

"Si Richard itu, seenaknya saja menyuruh kita untuk survey pasar di beberapa supermarket." Ruth mendengus kesal karena Richard.

Sejak dulu sampai sekarang, ia tak pernah cocok dengan managernya itu. Padahal Richard seusia dengan Ruth, tapi sikapnya tak pernah menghargai dan cenderung seenaknya sendiri. Shada pun juga tak terlalu menyukai sosok Richard ini.

"Dasar Richard brengsek!" gerutu Ruth kembali, mendatangkan gelak tawa Shada.

"Kau tahu, Shada. Sebenarnya itu adalah tugas yang Max berikan untuknya! Lalu dengan seenak jidat, Richard lempar kepada kita!" Ruth mengomel lagi. Dengan jelas, Ruth bisa melihatnya tadi. Meskipun ia tak tahu langsung ketika Max memberinya tugas itu, tapi Ruth bisa membaca dengan jelas pikiran licik Richard.

"Sudah, Ruth. Mari kita lakukan saja. Setelah ini kita makan dulu di kantin lalu berangkat," usul Shada diikuti langkah mereka yang mempersiapkan segala keperluan untuk surveynya nanti.

Setelah itu, mereka menggiring kaki menuju kantin. Tadi Shada tak lupa mengabari Max bahwa ia dan Ruth mau makan. Tidak lama bagi Max untuk mencapai kantin.

Mereka berdiri mengantre untuk mengisi nampan mereka masing-masing. Shada melihat Max yang memasukkan mashed potato, chicken pop sekaligus sausnya, juga salad sayur dan buah di nampannya. Shada mencontoh apa yang dimakan Max hari ini.

Seusai makan, mereka pun berpisah ke ruangannya sendiri-sendiri. Shada dan Ruth lalu meluncur cepat dengan mobil perusahaan menjauhi gedung Holy Food.

Jalanan cukup terik hingga aspal seakan menguap membumbung tinggi ke atas. Mobil yang dikendarai Shada kini melesat gesit di jalan besar yang menghubungkan antar kota ini. Sesekali menyalip beberapa kendaraan besar yang merayap di depannya.

Mereka akan menuju ke barat daya saat ini. Beberapa supermarket yang akan mereka tuju bisa dibilang cukup besar. Hanya swalayan tertentu yang telah dimasuki bermacam produk makanan instan dari perusahaan. Perusahaan mereka cuma melihat swalayan-swalayan dengan kompatibel baik dan stabil per tahunnya.

Ruth yang berada di samping Shada sudah tertidur pulas sejak ia melalui batas kota tadi. Ruth memang sangat membenci kendaraan bermobil, ia tak tahan dengan apapun suasana di dalam kendaraan itu. Jadi, ia menghibur suasana hatinya dengan memakai masker mata dan tidur.

Mobil mereka akhirnya sudah terparkir rapi di salah satu dari enam supermarket target mereka hari ini. Shada mengeluarkan buku besarnya dan mencentang salah satu nama supermarket di sana. Bunyi gerakan Shada lantas membangunkan Ruth yang berada di sebelahnya.

"Hoaaam.. ah, sudah sampai ya?" Ruth meregangkan kedua tangannya, mengerjap cepat, lalu melepas kedua masker yang menempel di matanya.

"Iya, kita sudah sampai. Kau bisa ya pake masker mata di perjalanan hahaha.." tawa Shada seraya memukul pelan lengan Ruth.

Karena Ruth tidak suka berlama-lama di dalam mobil, maka ia segera keluar. Disusul oleh Shada kemudian. Mereka memasuki supermarket itu, lalu menyesuaikan data penjualan bulan ini.

Tak butuh waktu lama mereka sudah selesai di supermarket satu, lalu melanjutkan perjalanan menuju supermarket kedua dan sampai yang terakhir.

Sekarang mereka sudah akan menuju lokasi keenam, di daerah Oakville. Setelah memarkir mobil, mereka berderap masuk ke supermarket itu. Tempat ini dua kali lebih besar dari supermarket yang sebelumnya.

Mereka langsung disibukkan dengan mencocokkan data kembali. Tiba-tiba di ekor mata Shada, ia seperti melihat sekelebat seseorang yang familier. Shada kaget dengan sosok yang telah ia tangkap, lalu segera menoleh ke belakang.

Namun di detik itu juga, Ruth berpaling ke arah yang sama. Shada terkesiap menatap Ruth, lalu mencoba bertanya, "Kau juga melihatnya, Ruth?"

"Apa? Ah.. tidak." Ruth terlihat kaget, namun bisa segera menyesuaikan mimiknya.

"Kupikir kau juga melihat ada sekelebat orang yang sangat cepat di belakang kita. Karena kau menoleh di waktu dan arah yang sama," hardik Shada kepada Ruth, nyaris seperti menyelidik, lalu melanjutkan "Dan menurutku, itu tadi adalah Demian."

Shada menatap lekat sahabatnya itu. Ia merasa perlu mengenalnya Ruth lebih. Padahal selama ini, ia sudah cukup mengenal wanita itu dengan baik. Tapi juga sadar, ia tak pernah mendengar perihal bagian hidup Ruth seluruhnya.

Ruth selama ini menjadi pendengar yang sangat baik bagi Shada. Shada juga sering mendengar cerita Ruth, meskipun wanita itu hanya menceritakan tentang pekerjaan, rekan kerja, terutama Richard yang menyebalkan. Bahkan kisah cinta dan keluarganya pun tidak Shada ketahui.

"Ruth, apakah aku sudah mengenalmu dengan benar?" Tatapan tajam Shada seakan menghunus dan meruntuhkan pertahanan diri Ruth yang telah dibangun bertahun-tahun.

- Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status