Share

Bab 50

Mataku membulat sempurna, meraba bibir dan mencari apa yang dikatakan oleh gadis kecil yang tidak lain adalah adik dari Hilman.

Tante Rumi memukul pundak gadis kecilnya dan memarahinya, sedangkan aku langsung berlari ke kamar mandi. Membasuh wajahku dengan air berkali-kali, aku menepuk keningku sendiri. Merasa lalai dengan kewajibanku sebagai umat beragama.

"Jam berapa ini?" gumamku.

Tidak ingin ambil pusing dengan iler yang dikatakan oleh gadis kecil itu, aku keluar dari kamar mandi dan berpamitan. Tante Rumi mencegahku, dan memintaku untuk menunda kepulanganku, karena ini masih subuh. Mendengar itu, aku bernapas lega.

"Kalau begitu, saya ke Musala dulu, tan," ijinku.

Aku sedikit membungkuk, saat melewati kerabat Hilman yang lainnya. Senyum mereka membuatku sedikit tidak nyaman. aku jadi menafsirkan sesuatu yang tidak baik. Buru-buru aku ke musala terdekat dan melaksanakan sholat, meski jam sudah menunjukkan pukul 6. Prinsipku, lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali.

"Maaf
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status