Share

Tanpa Status
Tanpa Status
Penulis: J Shara

Bab 1 Kejutan?

"Nico kenapa kau ada di sini?"

Senyum di wajah Nico seketika memudar begitu melihat reaksi kekasihnya. Alih-alih senang, gadis cantik berambut lurus nan panjang itu malah terkejut dan tak senang oleh keberadaan Nico.

"Untuk menemuimu, aku mau memberitahumu kalau minggu depan aku sudah masuk kerja di kota ini," sahut Nico begitu antusias, " bagaimana? Kau senang, kan? Kita tidak perlu menjalani LDR lagi dan aku akan menabung agar kita bisa segera menikah."

"Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?" sergah gadis itu.

Nico semakin tak menyangka akan balasan kekasihnya. Jauh-jauh ia datang dari kota asalnya untuk memberi kejutan kepada kekasihnya, ia malah disambut tak ramah.

"Kenapa? Kau tidak senang?" tanya Nico.

"Bukan begitu ...."

"Nerra, siapa dia?" Tiba-tiba seorang pria keluar dari rumah gadis bernama Nerra.

Nico memandang pria itu, seorang pria dengan bentuk tubuh tingginya yang proporsional, kulitnya bersih dan sangat good looking. Pastilah pria itu dari kalangan berada jika melihat mobil yang terparkir di depan rumah Nerra. Nico bertanya-tanya dalam hati, siapa gerangan pria itu?

"Um ... dia ...." Nerra malah tampak kebingungan menjawab. Ia kini dihadapkan oleh situasi yang tak diinginkannya, kedua kekasihnya kini berada di tempat dan waktu yang bersamaan.

"Siapa dia? Apa dia temanmu?" cecar Nico pada Nerra.

"Dia ...."

"Aku calon suami Nerra," sela pria tampan itu dengan raut wajah serius.

Nico memandang Nerra dengan tatapan ketidakmenyangkaan. Empat tahun ia menjalin cinta dengan gadis itu dan dua tahun mereka menjalin hubungan jarak jauh dan ia merasa hubungan mereka baik-baik saja. Dan sekarang, ia dikejutkan oleh kehadiran pria yang mengaku sebagai calon suami kekasihnya.

"Nerra, kenapa dia mengaku sebagai calon suamimu?" tanya Nico, sambil memandang kekasihnya dengan tatapan nanar. Seakan meminta penjelasan pada gadis yang kini menunduk seakan tak berani memandang mata Nico.

Nerra memilih diam dan menunduk. Ia bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan kedua pria itu.

"Aku tidak tahu kamu ini siapa tapi aku ini calon suami Nerra dan bulan depan kami akan menikah," terang pria itu.

Nico memandang tanya ke arah Nerra. Gadis itu hanya diam sambil menundukkan wajah, membantah ucapan pria itu pun tidak, membuat hati Nico seakan tergores. Jauh-jauh ia mencari pekerjaan di kota tempat kekasihnya berada dan ia rela merantau, meninggalkan orang tua dan saudaranya, demi bisa dekat dengan kekasih hati. Namun, yang ia dapat malah kejutan yang menikam hatinya. Kekasihnya ternyata menjalin hubungan dengan pria lain dan mereka akan segera menikah.

Nico menatap sendu ke arah Nerra, tak menyangka kekasih yang sangat ia cintai ternyata mengkhianatinya. "Aku tidak menyangka ternyata kau mengkhianatiku selama ini " ucapnya lirih, "kalau kau ingin putus, kenapa tidak bilang?"

Nerra mengangkat sedikit wajahnya, matanya tampak berkaca-kaca memandang Nico. "Nico, aku ...," ia memejamkan matanya sejenak, "maafkan aku ...."

Nico memalingkan wajahnya dengan penuh kekecewaan. "Semoga pernikahanmu bahagia," katanya sebelum ia berbalik.

"Nico ...!"

Nico memilih melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Nerra bersama pria itu. Ia mencoba tak mengubris ketika Nerra mencoba memanggilnya dengan nada penuh penyesalan.

Angin malam terasa begitu dingin menusuk kulit membuat Nico masuk ke suatu bar di tengah kota. Bar dengan cahaya lampu yang agak remang, musik jazz yang lembut dan mendayuh-dayuh terdengar di bar itu, membuat hati Nico semakin merana.

Nico memilih duduk di kursi bar, ia melemparkan pandangannya ke segala arah. Bar itu tak banyak pengunjung, hanya beberapa orang dewasa saja yang tampak minum sendirian.

"Kopi hitam hangat dengan sedikit gula," ucap Nico pada pelayan bartender di bar itu.

Nico menopang dagunya. Pertemuan terakhirnya dengan Nerra terus terngiang-ngiang di otaknya, ekspresi keterkejutan gadis itu sewaktu melihat ia menghampirinya secara tiba-tiba. Niat untuk memberi kelasihnya kejutan, kejutan itu malah berbalik padanya.

Tidak lama kemudian pelayan itu menaruh secangkir kopi hangat pesanan Nico di meja. Nico mengaduk-ngaduk sebentar kopinya sebelum menyeruput kopinya dengan wajah murungnya. Entah ia akan terus bekerja di kota itu atau memilih pulang ke kota asalnya karena satu-satunya tujuan ia bekerja di sana adalah kekasihnya, Nerra.

Nico menoleh ke samping, tak jauh di seberang tempat ia duduk, tampak seorang wanita muda cantik berambut hitam sebahu dengan tatapan kosong yang menyedinkan. Ia mengambil gelas panjang berisi cocktail dan menenggaknya dengan begitu anggun. Sejurus membuat Nico terpesona dengan gesture-nya, gadis dari kota besar memang berbeda dengan gadis di kota asalnya, begitu anggun dan memesona.

Nico kembali menatap kopinya, agak lama ia memandangnya sebelum menyeruputnya. Kembali ia merenungi hubungan ia dan Nerra.

Sejam lebih berlalu dan malam semakin larut. Nico memutuskan untuk kembali ke apartemen kecil yang ia sewa selama setahun, tentunya menghabiskan uang tabungannya demi bisa bekerja di kota itu. Ia mulai berpikir, jika ia pulang ke kotanya dan meninggalkan sewa apartemen dan pekerjaannya, akan sangat sayang dengan uang yang sudah ia keluarkan.

Nico berdiri dan mulai beranjak dari sana setelah membayar minumannya. Ia hendak berjalan keluar namun begitu ia berbalik, lengannya bertabrakan dengan bahu wanita anggun itu.

"Maaf!" ucap Nico cepat-cepat namun wanita itu tak memedulikannya dan terus berjalan melewati Nico. Nico sempat melihat sorot mata wanita itu, begitu hampa dengan wajah moleknya namun wanita itu terus berjalan hingga ia keluar dari bar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status