Share

Bab 2 Kekasih Gelap Pak Bos

"Nama saya Nico Aditya. Saya seorang karyawan baru di sini di tim kreatif di salah satu brand perusahaan ini. Saya senang bisa bergabung bersama kalian. Sebelumnya, saya bekerja di beberapa perusahaan. Jadi, saya harap bisa melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini, sehingga perusahaan bisa membuat lebih banyak kemajuan dan mendapat keuntungan yang lebih besar. Itu saja yang dapat saya sampaikan dalam perkenalan diri ini kali ini. Saya harap, kita bisa bekerja sama sebagai sebuah tim. Terima kasih."

Agak gugup Nico memperkenalkan dirinya di depan semua karyawan tapi semua orang bertepuk tangan padanya. Beberapa karyawati muda terkagum-kagum dan tampak berbisik-bisik dengan kolega lainnya sambil memandang paras tampan Nico tapi dilihat dari sisi mana pun Nico tampak seperti pria baik-baik.

Semua karyawan bubar dan berjalan menuju kursi kerja mereka masing-masing. Beberapa karyawati melirik ke arah Nico, pria itu masih kikuk dan belum ada kenalan di sana.

Seorang pria dewasa yang merupakan manager di perusahaan itu mendatangi Nico. Seorang pria tampan berusia kepala empat itu tersenyum ramah pada Nico. Ia bernama Arya. "Habis ini segera ke ruanganku!" pintanya pada Nico.

"Nico mengangguk patuh. "Baik, Pak!" sahutnya.

Pria itu berjalan menuju ruangannya dan Nico mengikutinya dari belakang. Ia memberi isyarat ke Nico untuk duduk di kursi.

"Nico," panggil Arya setelah duduk di kursi kebesarannya.

"Ya, Pak?" balas Nico.

"Perusahaan ini mempunyai toko butik yang cukup lama vakum di suatu kawasan yang cukup elit dan aku berniat untuk menghidupkannya kembali."

Tok tok tok.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Silahkan masuk!" seru Arya.

Pintu terbuka dan Nico langsung menoleh ke arah pintu. Ia langsung terpana melihat sosok yang kini masuk di ruangan itu. Nico belum melupakan wanita yang ia lihat seminggu yang lalu di suatu bar sepi dan wanita itu ternyata bekerja di kantor yang sama dengannya.

"Silahkan duduk, Jessica!" kata Arya mempersilahkan wanita bernama Jessica itu untuk duduk di kursi sebelah Nico.

Wanita itu lalu duduk di samping Nico dengan anggunnya, membuat Nico semakin kikuk berada di dekat wanita secantik Jessica, belum lagi aroma parfumnya begitu menggoda indra penciuman yang menghirupnya.

"Jessica, apa kau ingat toko Cattleya yang berada di sekitar balai kota?" tanya Arya sambil menatap serius ke arah Jessica.

"Iya, aku tahu," sahut Jessica, "toko butik yang sudah lama terbengkalai itu, kan?"

"Ya, tepat sekali," kata Arya, "awalnya aku ingin membiarkan saja butik itu bangkrut tapi ... aku berubah pikiran dan ingin mempertahankan toko itu dan aku akan menyerahkan proyek itu padamu."

Kening Jessica mengerut, menatap aneh ke arah atasannya itu. Ia tidak habis pikir, mengapa atasannya tiba-tiba memintanya untuk mempertahankan toko yang nyaris bangkrut tanpa menceritakan sebelumnya padanya.

"Pak Arya, menurutku toko Cattleya itu ... walaupun dipertahankan tidak akan menghasilkan untung yang banyak, di sekitar sana terlalu banyak saingan yang sangat hebat. Lagi pula, minat orang-orang akan pakaian-pakaian klasik sangat minim. Hanya orang-orang tertentu dan mencari desainer yang sudi bekerja merancang pakaian untuk butik itu juga sulit. Jadi, kurasa hanya akan mendatangkan ru-"

"Karena itu aku menyerahkan proyek ini padamu, Jessica," Arya memotong ucapan Jessica, "aku percaya, kau pasti bisa melakukannya."

Jessica menghela napas. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima perintah atasannya itu.

"Kau tenang saja, kau tidak akan sendirian menjalani proyek ini," kata Arya, "untuk itu aku meminta Nico sebagai partnermu, kuharap kalian bisa bekerja sama dengan baik," lanjutnya.

Jessica menoleh ke arah Nico, ia memandang Nico dari atas ke bawah lalu kembali melihat paras Nico yang terlihat masih kikuk.

"Sekarang kau bisa kembali ke tempatmu!" kata Arya pada Jessica.

Jessica membungkuk sekali lalu ia berdiri dan beranjak dari sana. Arya lalu memandang Nico dengan tatapan serius.

"Selama proyek itu berjalan, tolong jaga Jessica!" pinta Arya, nada suaranya agak lirih.

Nico agak merasa aneh dengan ucapan atasannya barusan namun ia mengangguk patuh. "Baik, Pak."

"Sekarang kembalilah ke tempatmu!"

Nico menunduk sekali dengan kikuk lalu ia berdiri dan beranjak dari ruangan Arya. Nico berjalan menuju kursinya. Di sana, ia hanya duduk diam karena belum tahu apa yang harus ia kerjakan.

"Hai, Sob!" seru seorang pria muda bertubuh tinggi dan kurus. Pria itu tiba-tiba melingkarkan lengannya di bahu Nico.

"Oh, hai," balas Nico.

"Nama panggilmu siapa? Nico, ya?"

"Iya, panggil aku Nico saja."

"Kau bisa memanggilku Rendy, kursi kita bersebelahan by the way."

"Oh, salam kenal, Rendy," ucap Nico buru-buru.

"Hehe jangan terlalu kaku! Di sini kita kerja santai tapi serius. Oh, iya kau di tim kreatif brand BnC, berarti kau satu tim dengan Jessica.

"Jessica? Oh ... iya, aku ikut proyek bersama dia."

"Proyek? Benarkah?" Rendy tampak terkejut, "bersama Jessica?"

Nico mengangguk. "Iya."

"Wah, kau beruntung sekali langsung satu proyek dengannya. Dia itu anak emas pak bos di sini," kata Rendy, "Anaknya cantik dan ramah tapi kau harus hati-hati dengannya."

Nico mengernyit bingung. "Oh, ya? Kenapa?"

"Soalnya dia itu pacar pak bos," terang Rendy.

Pandangan Nico langsung mengarah ke ruangan Arya. "Maksudmu, pacar Pak Arya?" tanya Nico hampir tak percaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status