Share

3

Di tempat Raffa, kini lelaki itu sangat sibuk. Bahkan ponselnya tertinggal di mobil, ia akhirnya mengembuskan napas kala ada waktu beristirahat. Dia bersandar di kursi, lalu merogoh saku dan tidak mendapatkan benda pipih.

"Huh, segala ketinggalan lagi," gerutu Raffa, lelaki itu bangkit dari kursi dan mulai berjalan menuju parkiran untuk mengambil ponselnya di kendaraan roda empat tersebut.

"Banyak banget telepon dari Shilla," gumam Raffa pelan, kala mengambil handphonenya lalu memilih melangkah terlebih dahulu menuju ruangannya.

"Pak, gak ke kantin buat maka?" tanya salah satu karyawatinya dengan senyuman di bibir.

Raffa hanya melirik sekilas lalu menggeleng. "Kalian saja yang makan siang, kalian harus menjaga kesehatan agar bisa terus bekerja dengan benar," balasnya lalu melangkah pergi lagi meninggalkan wanita itu.

"Ahhh ... Pak Raffa perhatian banget sih," ucap perempuan itu seraya memegang pipinya yang tersipu malu.

"Bukan cuma ke, lu, kali, itu juga ke kita-kita. Jangan kegeeran deh, mendingan ayo cepet kita isi perut," timpal seorang pria yang dibalas anggukan beberapa temannya lalu mereka lekas menuju kantin.

"Ke kita aja perhatian, apalagi ke istrinya nanti," celetuk perempuan itu yang disetujui teman wanitanya yang ikut melangkah menuju kantin.

"Padahal Pak Raffa sudah menduda lumayan lama, kapan dia nikah lagi ya," ucap salah satu dari mereka membuat ia menjadi pusat perhatian.

"Kalau gue jadi istrinya gak bakal di sia-siain deh, gak kaya mantan istrinya Pak Raffa," papar perempuan yang tadi tersipu itu yang dibalas anggukan semua.

"He! Udah jangan pada ngerumpi, mendingan kalian jalan cepetan deh. Lelet banget sih! Kita-kita lapar lho," omel salah satu lelaki membuat para wanita menoleh ke belakang.

"Dih! Sirik aja sih," sewot Mawar yang tadi tersipu.

"Siapa yang sirik sih," gerundel lelaki itu yang bernama Rehan lelaki yang tadi mengomel.

"Ayo ah, kita duluan aja, biarin mereka biar gak kebagian tempat duduk," seru Rehan lalu melangkah dengan langkah lebar dan menabrak pundak Mawar.

"Ihh ... apa-apaan sih!" geram Mawar hendak menjambak rambut Rehan tetapi teman disamping menghentikannya.

"Udah gak usah diladenin, dia caper doang suka kali sama kamu," ucap temannya membuat Rehan menoleh dan bergaya seperti hendak muntah.

"Gak sudi gue suka ama dia," sembur Rehan.

Sedangkan di ruangan Raffa, lelaki itu sudah duduk di kursi kebesarannya. Lalu lekas menelepon balik sang adik, kala sudah tersambung terdengar suara Shilla yang memanggilnya dengan nada keras membuat ia mengusap telinga.

"Apaan sih! Pelanin suara kamu deh, udah kaya toa masjid aja," dumel Raffa kala sudah menempelkan handphone di telinganya lagi.

"Kakak sih, nyebelin! Kok aku telepon gak diangkat-angkat udah kaya lirik lagu aja," cerocos Shilla membuat Raffa menghela napasnya.

"Udah deh, langsung ke topik aja. Kamu mau dibeliin apa? Emang nilaimu bagus?" cecar Raffa dengan beberapa pertanyaan.

"Iya dong, aku juara dua lho, pokoknya Kakak kudu tepat janji," balas Shilla yang membuat Raffa mengangguk.

"Iya-iya," sahut Raffa membuat Shilla mengulas senyum.

"Oh iya, Mama kasih tau aku suruh bilang Ka Raffa jangan terlalu malam pulangnya. Katanya pulang agak sorean aja, kan, Ka Raffa bos tuh," papar Shilla.

"Gak janji bakal pulang sore," sahut Raffa lalu terdengar Shilla bilang ke Mama mereka.

"Apa-apaan, kamu! Pokoknya pulang harus sore! Karna nanti malam kita mau ke rumah Amel buat ngelamar dia, titik! Gak ada kata membantah!" sembur Wulan membuat Shilla dan Raffa terkejut, bahkan lelaki itu tak tau jika sang Mama telah mematikan sambungan telepon.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status