Share

4

"Mel, kamu cepet dandan gih! Ini, pake baju yang ini," seru Sekar menyodorkan pakaian pada anaknya yang kini tengah menonton drama korea.

"Nanti aja, Bu, ini lagi seru-serunya nih," tolak Amel yang matanya masih pokok ke layar handphone.

"Jangan nonton terus, ini udah sore! Waktunya kamu mandi, masa perawan jam segini belum mandi sih," gerutu Sekar mengambil handphone anaknya lalu memasukan ke tas.

"Ihhh ... Ibu apa-apaan sih! Itu tadi lagi seru-serunya lho," keluh Amel mempautkan bibirnya, ia sama sekali tak berani mengambil ponselnya itu.

"Mandi dulu! Baru nanti handphonenya Ibu kasih, ingat kudu dandan yang cantik," ucap Sekar lalu pergi keluar dari kamar putrinya.

"Ihh, Ibu rese. Ngapain coba pake baju ginian dan disuruh dandan," gerundel Amel lalu mengambil handuk dan masuk ke bilik mandi.

Sambil menunggu anaknya selesai mandi dan dandan. Ia lekas menelepon seseorang yang dia suruh membuat beberapa kue, senyuman lega terukir kala semua akhirnya beres. Sekar bergegas melakukan perkerjaan rumah.

"Ibu kenapa hari ini sibuk banget sih, lagian ngapain aku disuruh pake baju ini sama dandan," cecar Amel, gadis itu sebenernya hanya memakai cream wajah, bedak dan lipstik saja.

Sekar langsung menoleh lalu memandang anaknya, ia mengembuskan napas kesal. Memilih menarik Amel agar duduk di sofa, lalu dia pergi ke kamar anaknya sebentar dan membawa sesuatu.

"Sini! Biar Ibu dandanin, kenapa make-upnya cuma begitu," gerundel Sekar.

"Padahal Ibu beliin make-up lengkap lho, kenapa kamu jarang banget dandan sih, biar fress aja gak usah menor juga Ibu udah seneng," dumel Sekar lalu menahan tangan Ibunya yang hendak menjepit bulu mata Amel.

"Udah, Bu! Biar Amel aja sendiri, dan ... cukup pake maskara aja, yang lain Amel gak mau," seru Amel yang membuat Sekar menghela napas tapi mengangguk mengiyakan.

"Lagian, mau ada acara apa sih! Ribet banget perasaan." Amel mengoceh sambil berdandan, sedangkan sang Ibu hanya tersenyum.

"Udah, beres, kan. Sekarang Amel bawa semua ini ke kamar lagi ya," ucap Amel lalu membereskan make-upnya.

"Iya, sembarin kita ke kamarmu aja, Ibu mau ngomong sesuatu," balas Sekar membuat Amel menoleh lalu mengangguk sebagai jawaban ia melangkah menuju kamarnya.

"Ibu mau ngomong apa sih, kayanya serius banget," ujar Amel kala merapikan alat make-upnya lalu perempuan itu memilih menghempaskan bokong ke kasur.

"Kamu tau, gak, siapa yang beliin baju ini," lontar Sekar membuat Amel mengeryitkan alisnya.

"Emangnya siapa, Bu. Emang bukan, Ibu?" tanya Amel.

"Itu yang beliin Mamanya Raffa, Mel. Keluarga mereka baik banget sama kita, kadang Ibu dikasih minjem uang bahkan sesekali dia bilang gak usah dibalikin. Apalagi Raffa, baik banget lho, anaknya sopan dan bertanggung jawab," papar Sekar membuat Amel mengeryitkan alisnya.

"Maksud Ibu apa sih, kok malah ngomongin keluarga Shilla, memang mereka semua baik kok. Aku juga tau," ucap Amel dan disambut helaan napas Sekar, perempuan itu akhirnya memiringkan kepala memandang wajah sang Ibu.

"Nanti malam, keluarga mereka bakal ke sini. Buat lamar kamu buat Raffa, Ibu pengen kamu terima lamaran itu, apalagi Ibu yang mulai sakit-sakitan. Ibu pengen kamu udah punya yang bisa jagain kamu," ujar Sekar yang mulai mengarah ke topik utamanya.

"Apa! Yang bener aja, Bu! Om Duda udah duda lho, Bu. Kok Ibu mau nikahin aku sama seorang duda, aku masih gadis lho Bu! Lagian aku masih pengen kuliah," kata Amel dengan nada terkejut, ia membulatkan matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status