Share

7

"Beda lah, tahu bulat itu enak walau dadakan. Kalau lamaran ini kan gak enak kalau sampe telat, udah dadakan telat lagi," dumel Wulan, wanita itu pun ikut berusaha menelepon sang anak.

"Mama ini kok malah ngelawak! Lagi genting juga," omel Shilla membuat Wulan mendengkus.

"Siapa yang ngelawak sih, La! Kalau Mama mau ngelawak mendingan ke acara opera van java aja," balas Wulan.

"Ngapaian punya handphone kalau ditelepon aja gak diangkat sih," gerutu Wulan lagi membuat Shilla geleng-geleng kepala, ia sudah bilang seperti handphone sang kakak baterainya habis.

"Mama ini apaan sih, itumah acara udah lama banget tau, lho. Lagian ngapain jadi bahas itu sih, ini kita lagi ketar-ketir lho," ucap Shilla akhirnya kedua wanita itu malah berdebat.

Sedangkan di kediaman Amel, gadis itu sudah tersenyum sumringah karna yang mau melamar belum datang. Bahkan sang Ibu kini tengah cemas menunggu kedatangan keluarga Raffa, padahal rumah mereka cuma berjarak beberapa langkah. Sedangkan Bagas, Kakaknya Amel sudah ada di sini. Lelaki itu menyempatkan diri datang ke acara sang adik.

"Ibu mendingan tenang aja, jangan gelisah. Coba Ibu duduk di sofa, mungkin si Raffa lagi dijalan, di kantornya lagi sibuk kali," tutur Bagas, menarik lengan wanita yang melahirkannya dan menyuruh duduk di kursi.

"Tapi ini udah terlalu lama, Gas. Semua orang juga udah nunggu dari tadi lho," sahut sang Ibu, membuat Amel yang melihatnya menjadi sedih.

"Udah, Bu. Bener kata, Mas Bagas, mungkin di jalan lagi macet, mungkin Om Duda sekarang lagi berusaha agar cepet-cepet pulang ke rumahnya," timpal Amel, akhirnya gadis itu mendekati sang Ibu dan menggenggam jemari wanita yang melahirkannya itu.

"Semoga aja dia cepat datang ya," kata itu keluar dari bibir Sekar yang diaminin gadis itu.

Jam terus berputar kini, menunjuk angka delapan malam. Suara deru motor membuat beberapa orang bahkan Wulan dan Shilla keluar melihat ke halaman rumah. Senyuman lega terukir kala melihat Raffa, yang berlari setelah membayar ongkos ojek.

"Mas! Ini kebanyakan uangnya," ucap tukang ojek itu, membuat Raffa menoleh.

"Itu buat Bapak aja, rezeki sedikit buat keluarga Bapak. Karena Bapak udah berusaha mengantarkan saya secepatnya ke rumah," balas Raffa lalu lelaki itu melangkah segera duduk di kursi saat sampai, Wulan langsung mendekat ke tempat anaknya.

"Allhamdulillah, makasih ya, Mas! Semoga acaranya lancar bahkan sampe hari pernikahan nanti," ujar tukang ojek itu lalu memasukan uang ke dompet dan bergegas untuk pulang.

"Kamu kok pulangnya naik ojek, Raf, kemana mobilmu?" tanya sang Mama membuat Raffa menoleh lalu merampas minuman adiknya dan meneguk hingga tandas.

"Ihh ... Kakak! Apa-apaan sih, main rampas-rampas aja, emang Kakak jamret apa," sembur Shilla dengan nada kesal, Raffa hanya melirik adiknya dengan malas.

"Udah, ayo mendingan kita langsung ke rumah Amel. Ini udah telat kebangetan, semuanya udah siap kan?" tutur Raffa sekaligus melempar pertanyaan pada Mamanya.

"Udah beres semua, Raf. Seserahan juga udah beres, ayo semua bantu bawain semuanya," ujar Wulan lalu pamit terlebih dahulu untuk mengambil tas.

"Kakak gak mandi dulu gitu? Keringat lho, udah berantakan lagi, minimal ganti baju kalau enggak keburu mandi," lontar sang adik memandang Kakaknya yang biasa rapi.

"Udah gak ada waktu, La," jawab Raffa lalu lelaki itu berkaca dan mulai sedikit merapikan baju dan rambutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status