Share

8

Akhirnya acara itu selesai, mereka mulai menentukan kapan pernikahan terjadi. Wulan meminta agar secepatnya. Dua minggu lagi akad dan repsesi akan dilaksanakan. Kala semua sudah pulang, kini rumah Amel telah sepi.

"Allhamdulillah, semuanya akhirnya berjalan lancar." Sekar mengucapkan syukur, wanita itu kini duduk lesehan di karpet.

"Kan, sudah Bagas bilang, pasti Raffa terlambat karna macet, Bu. Lihat dia aja abis pulang langsung ke sini, gak mandi atau ganti baju dulu," timpal Bagas yang dibalas anggukan Sekar.

"Amel mau ke kamar dulu ya, capek. Mau istirahat," pamit gadis itu pada Ibunya yang langsung dibalas anggukan Sekar.

"Sana istirahat, biar Mas yang rapihin ini semua. Sekalian Ibu juga istirahat," lontar Bagas pada perempuan yang ia sayangi.

Amel langsung berlalu dengan lesu ke kamar. Ia menghempaskan bokong ke kasur, lalu memukul-mukul bantal untuk melampiaskan kekesalannya.

"Aku harus telepon Om Duda," kata Amel lalu mencari handphone, ia mengembuskan napas kasar karna ternyata baterai ponsel itu habis.

"Pake habis lagi," dumel Amel lalu ia segera mengecas benda pipih itu, lalu memilih ke kamar mandi untuk berendam dan merilekskan tubuhnya.

Sedangkan di kediaman Raffa, lelaki itu kini baru saja selesai membersihkan diri. Kala keluar dari bilik mandi, ia dikejutkan oleh sang adik yang berada di kamarnya. Terlihat gadis tersebut tengah berbaring di kasur sambil memainkan ponsel.

"Ngapain kamu disini, La?" tanya Raffa, beruntung lelaki itu sudah berpakaian kala keluar kamar mandi.

Shilla langsung menoleh memandang Raffa, ia bangkit dan memasukan handphone ke saku. Gadis itu mendekat lalu bersidekap di hadapan sang Kakak. Tatapan tajam dilayangkan perempuan tersebut, membuat Raffa mengeryitkan alis bingung karna tingkah adiknya ini.

"Ada apa sih! Gak usah gaya-gayaan sangar gitu napa," omel Raffa karna kesal dengan tatapan adiknya, lalu menoyor kening Shilla.

"Kakak ini! Gak usah noyor juga kali. Nanti yang ada Amel pas jadi istri Kakak kalau minta cerai gara-gara KDRT," dumel Shilla yang mengusap-usap keningnya.

"Kagak ada hubungannya ke situ, kamu ngapain masuk ke kamar Kakak! Gak sopan banget sih, maen nyelonong masuk aja, bisa gak ketuk pintu dulu dan tunggu Kakak buka!" sembur Raffa balik mengomeli adiknya, yang disambut seringai Shilla.

"Biasanya juga gitu ah, Ka! Oh iya, aku mau ngomong sesuatu sama Kakak, tolong jangan alihkan topik deh," ujar Shilla yang membuat Raffa mengeryitkan alisnya lalu memilih duduk di kasur.

"Ayo cepat! Mau ngomong apa? Kakak lagi sibuk nih," cecar Raffa yang malah mengambil laptop dan mulai mengetik ini itu.

"Kakak! Aku mau ngomong serius lho! Tolong dengerin tanpa Kakak kerja dulu, bisa!" geram Shilla lalu merebut laptop Raffa dan menaruh di meja kerja lelaki itu.

"Oke! Ini Kakak udah gak ngapa-ngapain. Sekarang kamu mau ngomong apa, cepet dong! Kakak banyak kerjaan nih," seru Raffa kesal dengan Shilla yang merebut laptopnya.

"Kakak ini! Udah mau punya istri juga, jangan terlalu gila kerja lah Ka. Kasian nanti sahabat aku, mulai sekarang tolong berusaha ngurangin gila kerjanya," omel Shilla, dengan gaya bertolak pinggang.

"Oh iya, Kakak beneran kan, Sayang sama Amel. Jangan cuma karna mau balas dendam sama dia gara-gara manggil Kakak, Om Duda, jadi Kakak marah dan melampiaskan dengan begini," lanjut Shilla lagi membuat Raffa bangkit lalu mendekati adiknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status