Akhirnya acara itu selesai, mereka mulai menentukan kapan pernikahan terjadi. Wulan meminta agar secepatnya. Dua minggu lagi akad dan repsesi akan dilaksanakan. Kala semua sudah pulang, kini rumah Amel telah sepi.
"Allhamdulillah, semuanya akhirnya berjalan lancar." Sekar mengucapkan syukur, wanita itu kini duduk lesehan di karpet."Kan, sudah Bagas bilang, pasti Raffa terlambat karna macet, Bu. Lihat dia aja abis pulang langsung ke sini, gak mandi atau ganti baju dulu," timpal Bagas yang dibalas anggukan Sekar."Amel mau ke kamar dulu ya, capek. Mau istirahat," pamit gadis itu pada Ibunya yang langsung dibalas anggukan Sekar."Sana istirahat, biar Mas yang rapihin ini semua. Sekalian Ibu juga istirahat," lontar Bagas pada perempuan yang ia sayangi.Amel langsung berlalu dengan lesu ke kamar. Ia menghempaskan bokong ke kasur, lalu memukul-mukul bantal untuk melampiaskan kekesalannya."Aku harus telepon Om Duda," kata Amel lalu mencari handphone, ia mengembuskan napas kasar karna ternyata baterai ponsel itu habis."Pake habis lagi," dumel Amel lalu ia segera mengecas benda pipih itu, lalu memilih ke kamar mandi untuk berendam dan merilekskan tubuhnya.Sedangkan di kediaman Raffa, lelaki itu kini baru saja selesai membersihkan diri. Kala keluar dari bilik mandi, ia dikejutkan oleh sang adik yang berada di kamarnya. Terlihat gadis tersebut tengah berbaring di kasur sambil memainkan ponsel."Ngapain kamu disini, La?" tanya Raffa, beruntung lelaki itu sudah berpakaian kala keluar kamar mandi.Shilla langsung menoleh memandang Raffa, ia bangkit dan memasukan handphone ke saku. Gadis itu mendekat lalu bersidekap di hadapan sang Kakak. Tatapan tajam dilayangkan perempuan tersebut, membuat Raffa mengeryitkan alis bingung karna tingkah adiknya ini."Ada apa sih! Gak usah gaya-gayaan sangar gitu napa," omel Raffa karna kesal dengan tatapan adiknya, lalu menoyor kening Shilla."Kakak ini! Gak usah noyor juga kali. Nanti yang ada Amel pas jadi istri Kakak kalau minta cerai gara-gara KDRT," dumel Shilla yang mengusap-usap keningnya."Kagak ada hubungannya ke situ, kamu ngapain masuk ke kamar Kakak! Gak sopan banget sih, maen nyelonong masuk aja, bisa gak ketuk pintu dulu dan tunggu Kakak buka!" sembur Raffa balik mengomeli adiknya, yang disambut seringai Shilla."Biasanya juga gitu ah, Ka! Oh iya, aku mau ngomong sesuatu sama Kakak, tolong jangan alihkan topik deh," ujar Shilla yang membuat Raffa mengeryitkan alisnya lalu memilih duduk di kasur."Ayo cepat! Mau ngomong apa? Kakak lagi sibuk nih," cecar Raffa yang malah mengambil laptop dan mulai mengetik ini itu."Kakak! Aku mau ngomong serius lho! Tolong dengerin tanpa Kakak kerja dulu, bisa!" geram Shilla lalu merebut laptop Raffa dan menaruh di meja kerja lelaki itu."Oke! Ini Kakak udah gak ngapa-ngapain. Sekarang kamu mau ngomong apa, cepet dong! Kakak banyak kerjaan nih," seru Raffa kesal dengan Shilla yang merebut laptopnya."Kakak ini! Udah mau punya istri juga, jangan terlalu gila kerja lah Ka. Kasian nanti sahabat aku, mulai sekarang tolong berusaha ngurangin gila kerjanya," omel Shilla, dengan gaya bertolak pinggang."Oh iya, Kakak beneran kan, Sayang sama Amel. Jangan cuma karna mau balas dendam sama dia gara-gara manggil Kakak, Om Duda, jadi Kakak marah dan melampiaskan dengan begini," lanjut Shilla lagi membuat Raffa bangkit lalu mendekati adiknya."Udah merasa dewasa ya, nasehatin Kakaknya," sinis Raffa dengan bertolak pinggang, membuat nyali Shilla menciut gadis itu langsung menundukan kepalanya. "Eummm ... bukan gitu, Kakak. Maksudku ...," ucapan Shilla terhenti karna ia terkejut kala tangan sang Kakak tiba-tiba memegang bahunya. "Udah, Kakak ngerti kok. Kamu khawatir kan sama sahabatmu itu, tenang aja! Kakak gak main-main kalau soal pernikahan, Sayang. Mungkin memang dia jodoh Kakak, doakan yang terbaik aja ya," tutur Raffa membuat Shilla mendongak lalu memeluk lelaki itu. "Ahhh ... aku doain memang kalian berjodoh, Ka. Aku sayang banget sama kalian," lontar Shilla yang dibalas anggukan Raffa, setelah itu ia melepaskan pelukkan pada Kakaknya. "Ya udah, sana pergi! Kakak banyak kerjaan tau. Biar nanti pas hari akad tiba, Kakak bisa istirahat, makanya Kakak sekarang bener-bener usahain agar tak mengabaikan sahabatmu itu, eh bukan deh. Calon Kakak iparmu," ujar Raffa membuat Shilla yang tadinya cemberut lalu terkekeh menden
"Pala lo kalau ditoyor di gosok gak?" tanya Amel menatap kesal Shilla. "Gak di gosok kok, cuma di usap aja," balas Shilla dengan sebuah seringai di bibirnya membuat Amel mendengkus. "Sama aja dodol!" geram Amel."Udah jangan berantem, mendingan saling tonjok-tonjokkan aja," lerai Sekar yang membuat kedua gadis itu menoleh ke arahnya. "Gak sekalian disuruh smakedown aja" ketus Amel yang membuat Sekar terkekeh lalu mencubit pipi anaknya itu. "Gak dong, Ibu bercanda. Udah mendingan kalian makan aja dulu, kan, katanya mau anter makanan buat Rafa, itu Ibu udah siapin. Lain kali kamu yang harus masakin buat calon suamimu, Mel," ujar Sekar memandang anaknya yang hanya mengangguk malas lalu gadis itu melahap makanannya lagi. "Lo demen banget numpang makan sih, di sini," ucap Amel yang membuat Sekar mengembuskan napas, sepertinya kalau sehari aja gak cek cok mereka gak bakal tenang. "Demen banget, Beb. Biar hemat juga," jawab Shilla membuat Amel melirik malas. "Itu bukan jawaban dodol!
"Tuh, Om Duda gak diganggu. Yuk! Mendingan kita pergi aja." Amel hendak pergi tetapi cepat dicegah Raffa. "Eh, kamu jangan pergi. Ayo sini ikut aku!" pinta Raffa.Lelaki itu menarik lengan Amel, membuat Shilla memberengut dan melepaskan pegangannya pada tangan sang teman. Memilih berdiri di pintu sambil bersidekap. Ia mengembuskan napas kasar kala Raffa seperti tidak menganggap dia ada. "Kamu ngapain ke sini?" tanya Raffa lembut terus memandang wajah Amel. "Aku mau anterin makan siang buat, Om Duda, kata Shilla, Om pasti belum makan." Amel menjawab dengan suara pelan, entah kenapa dadanyajadi berdebar. Ia sangat bingung, dulu sebelum kejadian itu terjadi dia sama sekali tak merasakan hal ini. "Ohh, kalau gitu ayo dong disiapin," pinta Raffa.Amel yang tadi melamun terkejut, ia mengangguk dengan wajah polos membuat Raffa gemas. "Wihhh ... terasa dunia milik berdua." Shilla memandang sinis ke arah Raffa dan Amel dengan tangan bersidekap di dada. "Apaan sih! Kamu lagian ngapain b
"Apa yang kamu dengar, aku tidak mengatakan apapun," elak Rafa.Lelaki itu menyelesaikan makannya lalu lekas merapikan rantang. Amel mengembuskan napas karena tak puas mendengar jawaban Raffa. Ia akhirnya ikut membantu menyusun benda tersebut."Apa yang mau kamu omongin, Mel?" tanya Raffa. Raffa meletakan sikut di meja dan menyangga dahu oleh telapak tangan sambil memandang Amel. Tatapan itu hanya berpusat ke Amel, membuat gadis tersebut merasa salah tingkah karena pandangan sang calon suami selalu ke arahnya."Om Duda kalau kita udah resmi nikah, Om Duda, jangan banyak ngelarang aku ya," pinta Amel, membuat Raffa mengerutkan keningnya."Tergantung," sahut Raffa, membuat Amel langsung mengercutkan bibirnya."Kok tergantung sih, harusnya tinggal jawab iya aja napa! Biar aku seneng gitu." Amel menatap marah ke arah Raffa, tatapan kesal ia layangkan."Ye... itumah maunya kamu aja." Raffa dengan perasaan gemas akhirnya memencet hidung Amel membuat perempuan itu mengaduh. Tatapan tak su
"Ada apa, Mel!" seru Raffa.Lelaki itu berada di depan pintu, matanya membulat kala melihat Amel. Sedangkan yang dipanggil langsung menjerit lalu lekas mengambil selimut. Ia langsung melemparkan bantal ke arah Raffa. "Pergi! Ngapain kamu ke kamar aku, dasar Om Duda mesum," teriak Amel, kala ia menyadari jika baju tidurnya jiplak dan transparan membuat bra yang ia pakai terlihat. Lelaki itu mengerjapkan matanya lalu lekas pergi kala melihat tatapan tajam Sekar. "Aku pergi dulu," seru Raffa. "Sudah, mendingan kamu mandi. Terus makan dan pergi fitting baju pengantin sama Raffa," perintah Sekar, lalu pergi keluar kamar putrinya. "Ihhh ... Ibu nyebelin," pekik Amel. Gadis itu mengembuskan napas kasar, ia memyibakkan selimut. Lalu turun dan melangkah meraih handuk dan bergegas masuk ke bilik mandi. Di dalam sana ia terus mengoceh, melampiaskan kekesalan di hati. Sedangkan Raffa telah berada di ruang tamu lagi, ia mengusap dadanya yang berdebar kencang. "Raffa," panggil Sekar, membua
"Udah-udah, mendingan kalian cepat makan. Katanya mau fitting baju pengantin," lerai Sekar. Akhirnya semua fokus melahap makanan. Sekar terlebih dahulu selesai, wanita itu pamit meninggalkan kedua sejoli tersebut. "Makannya cepetan bisa, gak!" seru Raffa. Amel melirik Raffa dengan tatapan judes, ia memilih melahap makanan tanpa mengubris perkataan calon suaminya. "Bisa sakit kepala kalau tiap hari berhadapan sama kamu ini." Raffa memijit keningnya kala selesai menggerutu. "Dari pada menggerutu gak jelas, mendingan Om Duda cuci deh piring bekas Om Duda," seru Amel. Raffa mendengkus, lelaki itu mengambil piring bekasnya. Lalu melangkah mendekati wastafel, ia langsung mencuci. Kala sedangkan melakukan hal tersebut, Sekar masuk dan membulatkan mata kala melihat sang calon menantu tengah melakukan hal yang harusnya dilakukan Amel."Kamu ngapain, Raf," tegur Sekar yang kini berada di samping Raffa. "Cuci piring," sahut Raffa. Lelaki itu mematikan keran, lalu memutarkan tubuh agar
Kini kedua sejoli itu berada di mobil. Raffa tengah fokus melajukan kendaraan tersebut."Ahhh ... suasananya hening banget, udah kaya di pemakaman," celetuk Amel. Perempuan itu mengembuskan napas kasar, lalu menyandarkan kepala ke sandaran jok. Raffa melirik sekilas dengan cepat tangan lelaki tersebut menepuk paha sang calon istri. Amel langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Raffa. "Om Duda, nakal ih," sembur Amel.Gadis itu langsung mencubit dengan kencang lengan Raffa. Membuat lelaki itu mengaduh lalu menepis tangan sang calon istri. "Sakit, Mel! Di mana nakalnya coba, aku cuma nepuk pelan lho. Bukan ngelus," geram Raffa, ia menyorot kesal ke arah Amel. "Lagian kamu ini, asal ngomong aja. Disamain gara-gara hening gini kaya pemakaman, di sana rame lho, tempat setan ngumpul," lanjut Raffa. Perkataan lelaki itu membuat Amel membulatkan mata. Ia langsung memeluk tubuh, merasakan tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Padahal sekarang sudah siang, memang dasar gadis tersebut penakut
"Kamu berisik banget," kata itu yang keluar dari bibir Raffa. Amel ingin tertawa kala mendengar perkataan Raffa. Tetapi perempuan itu tahan, Raffa sempat menoleh memandang calon istrinya lalu fokus lagi membalas tatapan Kayla. "Kenalkan, dia calon istriku," seru Raffa.Kayla membulatkan matanya kala mendengar perkataan Raffa. Ia menggeleng, lalu spontan memegang bahu Raffa. "Kamu pasti bohong, kan, kamu pasti lagi ngeprank aku," lontar Kayla."Apaan sih, Kay! Apa untungnya coba bohongin kamu," cecar Raffa."Pakaiannya sudah siap, Tuan, Nona," ucap pegawai Mila. "Oh, sudah siap. Antarkan kami ke sana," balas Raffa. Lelaki itu bangkit dan menyodorkan tangannya ke hadapan Amel. Gadis tersebut langsung menerima, tak lupa lirikan mengejek ke arah Kayla. "Berani banget bocah itu," batin Kayla berseru.Tangan perempuan tersebut mengepel, ia langsung mengikuti langkah kedua sejoli itu. Dihadapan mereka, terlihat beberapa menekin yang sudah terbalut gaun pengantin."Tante ngapain ngikut