Share

9

"Udah merasa dewasa ya, nasehatin Kakaknya," sinis Raffa dengan bertolak pinggang, membuat nyali Shilla menciut gadis itu langsung menundukan kepalanya.

"Eummm ... bukan gitu, Kakak. Maksudku ...," ucapan Shilla terhenti karna ia terkejut kala tangan sang Kakak tiba-tiba memegang bahunya.

"Udah, Kakak ngerti kok. Kamu khawatir kan sama sahabatmu itu, tenang aja! Kakak gak main-main kalau soal pernikahan, Sayang. Mungkin memang dia jodoh Kakak, doakan yang terbaik aja ya," tutur Raffa membuat Shilla mendongak lalu memeluk lelaki itu.

"Ahhh ... aku doain memang kalian berjodoh, Ka. Aku sayang banget sama kalian," lontar Shilla yang dibalas anggukan Raffa, setelah itu ia melepaskan pelukkan pada Kakaknya.

"Ya udah, sana pergi! Kakak banyak kerjaan tau. Biar nanti pas hari akad tiba, Kakak bisa istirahat, makanya Kakak sekarang bener-bener usahain agar tak mengabaikan sahabatmu itu, eh bukan deh. Calon Kakak iparmu," ujar Raffa membuat Shilla yang tadinya cemberut lalu terkekeh mendengar ucapan terakhir Raffa.

"Maaf udah berburuk sangka sama Kakak, semangat ya, Ka!" kata itu keluar dari bibir Shilla seraya menggerakan tangannya ke atas dan jemari terkepal yang dibalas anggukan Raffa.

"Tapi ya ... jangan ngusir juga kali, aku tersinggung nih," lanjut Shilla tetapi diabaikan Raffa, lelaki itu menggerakan tangannya mengusir.

"Ahh ... punya Kakak rese banget sih, moga aja si Amel kagak bosen dah liat kelakuan Kakak," dumel Shilla kala melangkah keluar dan menutup pintu kamar Raffa.

***

Kini matahari telah bersinar sangat tinggi, tapi seorang gadis masih bergelung dengan selimut. Suara ketukan pintu tak membuat ia terganggu, membikin yang mengetuk geram lalu semakin kencang melakukan itu.

"Ishhh ... bentar-bentar," teriak Amel pada akhirnya, ia berusaha membuka mata lalu melangkah mendekat pintu dan membukanya.

"Lo gimana sih! Jam segini masih tidur, ayo cepat mandi! Kita bakal ke kantor Kak Raffa," seru Shilla menarik lengan sahabatnya itu lalu mengambilkan handuk dan mendorong Amel agar masuk ke bilik mandi.

"Apaan sih, La! Gue masih ngantuk tau, biarin gue tidur lagi," pinta Amel hendak keluar dari ruangan itu, tetapi menghentikan langkahnya kala melihat sang Ibu.

"Kenapa kamu belum mandi, Mel. Ayo cepet mandi! Kamu harus anterin makanan buat calon suamimu," omel Sekar membuat Amel menghela napas lalu menutup pintu kamar mandi dengan kencang, Shilla bener-bener ingin tertawa tetapi ia tahan.

"Ayo keluar, La. Kamu udah makan belum?" ajak Sekar sembari bertanya dan wanita itu keluar bersamaan dengan Shilla.

"Kalau nasi belum, Tante," sahut Shilla seraya memamerkan giginya, membuat Sekar gemas lalu mencubit pipi gadis itu.

"Kalau gitu ayo ikut makan bareng Amel," ujar Sekar yang dibalas anggukan gadis itu.

Akhirnya mereka berbincang ngalor-ngidul. Sedangkan Amel terus mendumel gara-gara tidurnya terganggu. Setelah selesai, gadis itu keluar dari kamar dan melihat Sekar dan Shilla yang sangat akrab.

"Kalian akrab banget sih, jangan-jangan aku dan Shilla adalah putri tertukar," celetuk Amel yang baru saja mendaratkan bokong di kursi, lalu mulai melahap makanan yang dihidangkan.

"Kamu ngomong apaan sih! Jangan ngelantur deh. Masa kalian putri yang tertukar, sedangkan kamu lebih tua dari Shilla," sembur Sekar, ia menjitak kening anaknya membuat Amel mengaduh.

"Ihh ... Ibu jahat banget sih, maen jitak-jitak aja," keluh Amel yang menggosok keningnya.

"Jangan digosok terus itu kening, emang teko ajaib apa yang nanti kalau digosok keluar jin yang bisa mengabulkan permintaan," celetuk Shilla yang langsung menyeringai kala di tatap sinis Amel sedangkan Sekar tertawa mendengar celotehan gadis itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status