"Udah merasa dewasa ya, nasehatin Kakaknya," sinis Raffa dengan bertolak pinggang, membuat nyali Shilla menciut gadis itu langsung menundukan kepalanya.
"Eummm ... bukan gitu, Kakak. Maksudku ...," ucapan Shilla terhenti karna ia terkejut kala tangan sang Kakak tiba-tiba memegang bahunya."Udah, Kakak ngerti kok. Kamu khawatir kan sama sahabatmu itu, tenang aja! Kakak gak main-main kalau soal pernikahan, Sayang. Mungkin memang dia jodoh Kakak, doakan yang terbaik aja ya," tutur Raffa membuat Shilla mendongak lalu memeluk lelaki itu."Ahhh ... aku doain memang kalian berjodoh, Ka. Aku sayang banget sama kalian," lontar Shilla yang dibalas anggukan Raffa, setelah itu ia melepaskan pelukkan pada Kakaknya."Ya udah, sana pergi! Kakak banyak kerjaan tau. Biar nanti pas hari akad tiba, Kakak bisa istirahat, makanya Kakak sekarang bener-bener usahain agar tak mengabaikan sahabatmu itu, eh bukan deh. Calon Kakak iparmu," ujar Raffa membuat Shilla yang tadinya cemberut lalu terkekeh mendengar ucapan terakhir Raffa."Maaf udah berburuk sangka sama Kakak, semangat ya, Ka!" kata itu keluar dari bibir Shilla seraya menggerakan tangannya ke atas dan jemari terkepal yang dibalas anggukan Raffa."Tapi ya ... jangan ngusir juga kali, aku tersinggung nih," lanjut Shilla tetapi diabaikan Raffa, lelaki itu menggerakan tangannya mengusir."Ahh ... punya Kakak rese banget sih, moga aja si Amel kagak bosen dah liat kelakuan Kakak," dumel Shilla kala melangkah keluar dan menutup pintu kamar Raffa.***Kini matahari telah bersinar sangat tinggi, tapi seorang gadis masih bergelung dengan selimut. Suara ketukan pintu tak membuat ia terganggu, membikin yang mengetuk geram lalu semakin kencang melakukan itu."Ishhh ... bentar-bentar," teriak Amel pada akhirnya, ia berusaha membuka mata lalu melangkah mendekat pintu dan membukanya."Lo gimana sih! Jam segini masih tidur, ayo cepat mandi! Kita bakal ke kantor Kak Raffa," seru Shilla menarik lengan sahabatnya itu lalu mengambilkan handuk dan mendorong Amel agar masuk ke bilik mandi."Apaan sih, La! Gue masih ngantuk tau, biarin gue tidur lagi," pinta Amel hendak keluar dari ruangan itu, tetapi menghentikan langkahnya kala melihat sang Ibu."Kenapa kamu belum mandi, Mel. Ayo cepet mandi! Kamu harus anterin makanan buat calon suamimu," omel Sekar membuat Amel menghela napas lalu menutup pintu kamar mandi dengan kencang, Shilla bener-bener ingin tertawa tetapi ia tahan."Ayo keluar, La. Kamu udah makan belum?" ajak Sekar sembari bertanya dan wanita itu keluar bersamaan dengan Shilla."Kalau nasi belum, Tante," sahut Shilla seraya memamerkan giginya, membuat Sekar gemas lalu mencubit pipi gadis itu."Kalau gitu ayo ikut makan bareng Amel," ujar Sekar yang dibalas anggukan gadis itu.Akhirnya mereka berbincang ngalor-ngidul. Sedangkan Amel terus mendumel gara-gara tidurnya terganggu. Setelah selesai, gadis itu keluar dari kamar dan melihat Sekar dan Shilla yang sangat akrab."Kalian akrab banget sih, jangan-jangan aku dan Shilla adalah putri tertukar," celetuk Amel yang baru saja mendaratkan bokong di kursi, lalu mulai melahap makanan yang dihidangkan."Kamu ngomong apaan sih! Jangan ngelantur deh. Masa kalian putri yang tertukar, sedangkan kamu lebih tua dari Shilla," sembur Sekar, ia menjitak kening anaknya membuat Amel mengaduh."Ihh ... Ibu jahat banget sih, maen jitak-jitak aja," keluh Amel yang menggosok keningnya."Jangan digosok terus itu kening, emang teko ajaib apa yang nanti kalau digosok keluar jin yang bisa mengabulkan permintaan," celetuk Shilla yang langsung menyeringai kala di tatap sinis Amel sedangkan Sekar tertawa mendengar celotehan gadis itu."Pala lo kalau ditoyor di gosok gak?" tanya Amel menatap kesal Shilla. "Gak di gosok kok, cuma di usap aja," balas Shilla dengan sebuah seringai di bibirnya membuat Amel mendengkus. "Sama aja dodol!" geram Amel."Udah jangan berantem, mendingan saling tonjok-tonjokkan aja," lerai Sekar yang membuat kedua gadis itu menoleh ke arahnya. "Gak sekalian disuruh smakedown aja" ketus Amel yang membuat Sekar terkekeh lalu mencubit pipi anaknya itu. "Gak dong, Ibu bercanda. Udah mendingan kalian makan aja dulu, kan, katanya mau anter makanan buat Rafa, itu Ibu udah siapin. Lain kali kamu yang harus masakin buat calon suamimu, Mel," ujar Sekar memandang anaknya yang hanya mengangguk malas lalu gadis itu melahap makanannya lagi. "Lo demen banget numpang makan sih, di sini," ucap Amel yang membuat Sekar mengembuskan napas, sepertinya kalau sehari aja gak cek cok mereka gak bakal tenang. "Demen banget, Beb. Biar hemat juga," jawab Shilla membuat Amel melirik malas. "Itu bukan jawaban dodol!
"Tuh, Om Duda gak diganggu. Yuk! Mendingan kita pergi aja." Amel hendak pergi tetapi cepat dicegah Raffa. "Eh, kamu jangan pergi. Ayo sini ikut aku!" pinta Raffa.Lelaki itu menarik lengan Amel, membuat Shilla memberengut dan melepaskan pegangannya pada tangan sang teman. Memilih berdiri di pintu sambil bersidekap. Ia mengembuskan napas kasar kala Raffa seperti tidak menganggap dia ada. "Kamu ngapain ke sini?" tanya Raffa lembut terus memandang wajah Amel. "Aku mau anterin makan siang buat, Om Duda, kata Shilla, Om pasti belum makan." Amel menjawab dengan suara pelan, entah kenapa dadanyajadi berdebar. Ia sangat bingung, dulu sebelum kejadian itu terjadi dia sama sekali tak merasakan hal ini. "Ohh, kalau gitu ayo dong disiapin," pinta Raffa.Amel yang tadi melamun terkejut, ia mengangguk dengan wajah polos membuat Raffa gemas. "Wihhh ... terasa dunia milik berdua." Shilla memandang sinis ke arah Raffa dan Amel dengan tangan bersidekap di dada. "Apaan sih! Kamu lagian ngapain b
"Apa yang kamu dengar, aku tidak mengatakan apapun," elak Rafa.Lelaki itu menyelesaikan makannya lalu lekas merapikan rantang. Amel mengembuskan napas karena tak puas mendengar jawaban Raffa. Ia akhirnya ikut membantu menyusun benda tersebut."Apa yang mau kamu omongin, Mel?" tanya Raffa. Raffa meletakan sikut di meja dan menyangga dahu oleh telapak tangan sambil memandang Amel. Tatapan itu hanya berpusat ke Amel, membuat gadis tersebut merasa salah tingkah karena pandangan sang calon suami selalu ke arahnya."Om Duda kalau kita udah resmi nikah, Om Duda, jangan banyak ngelarang aku ya," pinta Amel, membuat Raffa mengerutkan keningnya."Tergantung," sahut Raffa, membuat Amel langsung mengercutkan bibirnya."Kok tergantung sih, harusnya tinggal jawab iya aja napa! Biar aku seneng gitu." Amel menatap marah ke arah Raffa, tatapan kesal ia layangkan."Ye... itumah maunya kamu aja." Raffa dengan perasaan gemas akhirnya memencet hidung Amel membuat perempuan itu mengaduh. Tatapan tak su
"Ada apa, Mel!" seru Raffa.Lelaki itu berada di depan pintu, matanya membulat kala melihat Amel. Sedangkan yang dipanggil langsung menjerit lalu lekas mengambil selimut. Ia langsung melemparkan bantal ke arah Raffa. "Pergi! Ngapain kamu ke kamar aku, dasar Om Duda mesum," teriak Amel, kala ia menyadari jika baju tidurnya jiplak dan transparan membuat bra yang ia pakai terlihat. Lelaki itu mengerjapkan matanya lalu lekas pergi kala melihat tatapan tajam Sekar. "Aku pergi dulu," seru Raffa. "Sudah, mendingan kamu mandi. Terus makan dan pergi fitting baju pengantin sama Raffa," perintah Sekar, lalu pergi keluar kamar putrinya. "Ihhh ... Ibu nyebelin," pekik Amel. Gadis itu mengembuskan napas kasar, ia memyibakkan selimut. Lalu turun dan melangkah meraih handuk dan bergegas masuk ke bilik mandi. Di dalam sana ia terus mengoceh, melampiaskan kekesalan di hati. Sedangkan Raffa telah berada di ruang tamu lagi, ia mengusap dadanya yang berdebar kencang. "Raffa," panggil Sekar, membua
"Udah-udah, mendingan kalian cepat makan. Katanya mau fitting baju pengantin," lerai Sekar. Akhirnya semua fokus melahap makanan. Sekar terlebih dahulu selesai, wanita itu pamit meninggalkan kedua sejoli tersebut. "Makannya cepetan bisa, gak!" seru Raffa. Amel melirik Raffa dengan tatapan judes, ia memilih melahap makanan tanpa mengubris perkataan calon suaminya. "Bisa sakit kepala kalau tiap hari berhadapan sama kamu ini." Raffa memijit keningnya kala selesai menggerutu. "Dari pada menggerutu gak jelas, mendingan Om Duda cuci deh piring bekas Om Duda," seru Amel. Raffa mendengkus, lelaki itu mengambil piring bekasnya. Lalu melangkah mendekati wastafel, ia langsung mencuci. Kala sedangkan melakukan hal tersebut, Sekar masuk dan membulatkan mata kala melihat sang calon menantu tengah melakukan hal yang harusnya dilakukan Amel."Kamu ngapain, Raf," tegur Sekar yang kini berada di samping Raffa. "Cuci piring," sahut Raffa. Lelaki itu mematikan keran, lalu memutarkan tubuh agar
Kini kedua sejoli itu berada di mobil. Raffa tengah fokus melajukan kendaraan tersebut."Ahhh ... suasananya hening banget, udah kaya di pemakaman," celetuk Amel. Perempuan itu mengembuskan napas kasar, lalu menyandarkan kepala ke sandaran jok. Raffa melirik sekilas dengan cepat tangan lelaki tersebut menepuk paha sang calon istri. Amel langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Raffa. "Om Duda, nakal ih," sembur Amel.Gadis itu langsung mencubit dengan kencang lengan Raffa. Membuat lelaki itu mengaduh lalu menepis tangan sang calon istri. "Sakit, Mel! Di mana nakalnya coba, aku cuma nepuk pelan lho. Bukan ngelus," geram Raffa, ia menyorot kesal ke arah Amel. "Lagian kamu ini, asal ngomong aja. Disamain gara-gara hening gini kaya pemakaman, di sana rame lho, tempat setan ngumpul," lanjut Raffa. Perkataan lelaki itu membuat Amel membulatkan mata. Ia langsung memeluk tubuh, merasakan tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Padahal sekarang sudah siang, memang dasar gadis tersebut penakut
"Kamu berisik banget," kata itu yang keluar dari bibir Raffa. Amel ingin tertawa kala mendengar perkataan Raffa. Tetapi perempuan itu tahan, Raffa sempat menoleh memandang calon istrinya lalu fokus lagi membalas tatapan Kayla. "Kenalkan, dia calon istriku," seru Raffa.Kayla membulatkan matanya kala mendengar perkataan Raffa. Ia menggeleng, lalu spontan memegang bahu Raffa. "Kamu pasti bohong, kan, kamu pasti lagi ngeprank aku," lontar Kayla."Apaan sih, Kay! Apa untungnya coba bohongin kamu," cecar Raffa."Pakaiannya sudah siap, Tuan, Nona," ucap pegawai Mila. "Oh, sudah siap. Antarkan kami ke sana," balas Raffa. Lelaki itu bangkit dan menyodorkan tangannya ke hadapan Amel. Gadis tersebut langsung menerima, tak lupa lirikan mengejek ke arah Kayla. "Berani banget bocah itu," batin Kayla berseru.Tangan perempuan tersebut mengepel, ia langsung mengikuti langkah kedua sejoli itu. Dihadapan mereka, terlihat beberapa menekin yang sudah terbalut gaun pengantin."Tante ngapain ngikut
Amel baru saja selesai memakai gaun tersebut. Ia memandang cermin yang memantulkan dirinya. Tatapan kagum terpancar di mata gadis tersebut. "Nona sangat cantik memakai gaun ini, tinggal dibantu dikit sesuaikan tubuh Nona," puji salah satu perempuan yang membantu Amel. "Mbak ini bisa aja, nanti bilang aja sama Om Duda," seru Amel yang masih sibuk memandang pantulannya. Para pegawai Mila saling pandang. Mereka bingung dengan panggil Amel pada calon suaminya. "Sudah, ayo bantu gue, eh aku ke Om Duda," ucap Amel.Para pegawai Mila langsung memusatkan perhatian pada Amel kala perempuan itu mulai bersuara. Mereka dengan sigap membantu Amel, memegangi gaun yang dilantai agar tidak kotor dan Amel tidak sulit melangkah. Perlahan gadis tersebut mulai berjalan diikuti mereka.Sedangkan di tempat Raffa menunggu. Lelaki itu kini tengah duduk dengan bersilang kaki dan jemari mengetik handphone. Raffa sangat fokus ke layar ponsel tersebut, sampai Kayla yang berada di sampingnya merasa diabaikan