"Bi, pesan lima porsi lagi ya. Tapi dibungkus," ucap Raffa. Minah yang memang tengah berada di meja disamping tempat duduk mereka. Ia menoleh lalu menganggukkan kepala sebagai jawaban. Sedangkan Amel tersenyum geli melihat calon suaminya yang memesan lagi."Wah, apa Om sanggup menghabiskan semua itu. Padahal tadi Om nolak makan di sini lho," goda Amel.Raffa yang mendengar godaan atau bisa dibilang ejekan itu menoleh. Ia mencubit gemas pipi Amel, membuat gadis tersebut mengaduh. "Duh, calon istriku ini suka banget godain aku ya. Ini itu buat semua orang di rumah, sekalian kamu juga lho. Sekarang lebih baik cepat makannya, kita bakal pulang," seru Raffa."Apa terjadi sesuatu?" tanya Amel. Gadis itu mulai melahap makanan dengan suapan besar. Raffa ingin tertawa kala melihat bibir sang kekasih yang belepotan. "Kamu ini kaya anak kecil aja, masa makan masih belepotan sih," ejek Raffa. Dia mengusap bibir Amel dengan jarinya. Tatapan gadis itu terpaku memandang wajah Raffa."Apaan sih,
"Jadi Mama menyuruh kami cepat pulang cuma gara-gara bingung milih surat undangan," kata Raffa. Pria itu mengembuskan napas kala melihat sang Mama mengangguk sebagai jawaban. "Hah ... coba sini aku liat contoh surat undangnya," pinta Raffa. Pria itu menyodorkan tangan meminta pada sang Mama. Wanita paruh baya tersebut langsung memberikan kepada anak pertamanya."Aku juga pengen liat, Om," lontar Amel. Panggil Amel yang membuat semua yang berada di ruangan itu langsung menoleh memandang dia. "Ini sepertinya bagus, Sayang," ujar Raffa. Amel yang terlalu fokus pada undangan, ia tak terlalu mendengar perkataan Raffa. Dia hanya mengangguk kala mendengar ucapan lelaki itu. "Cie ... kayanya ada yang lagi sayang-sayangan deh." Ucapan Shilla membuat Amel menoleh ke arah gadis tersebut. Ia memiringkan kepalanya, dan menatap bingung. "Kamu lagi godain siapa? Siapa yang lagi sayang-sayangan," lontar Amel. Gadis itu langsung menggarukan kepala bingung. Membuat Raffa yang melihat itu tak t
"Kepo! Mendingan kamu siapin mangkok gih, aku mau ambil mie ayam di mobil," seru Raffa. Amel melotot mendengar balasan Raffa, terlihat lelaki itu kini bangkit. Amel ikut berdiri dan tangannya mencubit pinggang Raffa melampiaskan kekesalan. Melangkah pergi dengan menampilkan raut bahagia. "Wahhh ... kayanya nanti yang KDRT Amel deh," ucap Shilla. Sekar dan Wulan hanya meringis melihat Raffa yang kini mengusap pinggangnya. "Sudah! Gak perlu kasihan gitu, mendingan ke meja makan gih. Aku mau ambil mie ayam di mobil," tegur Raffa. Lelaki itu langsung menampilkan wajah datar lagi, mereka tercengah melihat perubahan Raffa yang sangat cepat. "Lawan yang seimbang," cicit Wulan pelan. "Kenapa kalian masih di sini, ayo ke meja makan. Dan Om Duda! Katanya mau ngambil mie ayam, ayo cepat!" omel Amel. Gadis itu menatap kesal ke semua orang. Sedangkan Raffa langsung pergi dengan langkah cepat. Mereka lagi-lagi tercengah, melihat Raffa sangat gesit kala diperintah oleh Amel. "Kenapa malah n
Hari pernikahan tiba, suara gedoran membuat Amel memekik kesal. Ia membuka matanya dan melangkah dengan menghentakan kaki menuju pintu. Baru saja hendak mengomel, tangan gadis itu telah ditarik masuk lagi ke kamarnya."Ahhh ...," pekik Amel terkejut."Kamu ini gimana sih! Dari tadi Ibu gedor pintu juga gak dibuka-buka," omel Sekar."Ibu rese ih, kalo Amel jantungan gimana!" Gadis itu bukannya meminta maaf, ia malah ikut membalas dengan omelan. Sekar mendengkus kesal lalu mengusap dadanya beristigfar. "Kamu ini, inget gak! Sekarang hari apa?" lontar Sekar. "Emang ini hari apa, Bu. Udeh deh, Amel mau tidur lagi, ngantuk tau," ucap Amel. Sekar langsung menarik lengan anaknya, karena Amel hendak berbaring lagi di kasur. "Kamu ini mau nikah hari ini tau, udah ayo ikut! Kamu harus siap-siap," tutur Sekar. "Astagafirullah, iya-ya sekarang aku mau nikah," gumam gadis tersebut.Wanita itu mendorong punggung anaknya agar ke kamar mandi. "Sana gosok gigi sama cuci muka aja," kata sang Ib
Perias itu hanya tersenyum kecil, ia menepuk bahu Amel. Lalu bibirnya mendekat ke telinga gadis tersebut. "Tenang aja, walau kamu gak mandi. Aku jamin kamu gak bakal bau kok," bisik perias."Serius? Ya udah, cus kerjain kerjaanmu," ucap Amel."Oke, cap cus kita buat Nona Amel jadi ratu sehari," celetuk perias tersebut.Amel langsung menoleh ke arah perias yang tengah menata alat tempurnya. "Kok cuma sehari sih, aku pengenya selamanya jadi ratu," protes Amel. Perias itu tepuk jidat, ia tersenyum kecil. "Insyaallah bakal dijadiin ratu selamanya oleh calon suamimu yang akan sah menjadi imammu." Beruntung perias itu tidak ambil pusing dengan tingkah Amel. memulai pekerjaan. Semua orang diperintahkan keluar dulu kala Amel hendak dipakaikan baju pengantin. Senyuman puas terukir di bibir kala melihat hasil karyanya."Kebaya ini sangat pas untuk kamu, kamu terlihat sangat canik," puji perias."Dimana Ibumu, sekarang giliran dia," tuturnya.Amel mengedikan bahu, ia kini tengah melihat pan
"Gue, kan mau salaman sang Amel," protes lelaki itu. "Sama aja, mau sama saya atau sama istri saya. Udah sana turun! Masih banyak yang mau mengucapkan selamat sama kami," seru Raffa. Lelaki itu berkata seraya mengusir, Amel yang melihat itu hanya tersenyum kecil."Dih, cemburuan banget," cibir mantan Amel. Ia melangkah turun dari pelaminan dan mengedipkan mata pada Amel. Raffa yang melihat itu menggepalkan tangannya. "Seneng ya, mantanmu datang. Ampe tebar senyuman gitu," cibir Raffa pelan."Iyalah seneng, apalagi liat Om Duda cemburu gitu," balas Amel."Apaan sih, siapa lagi yang cemburu," sahut Raffa.Mereka berbicara dengan keadaan duduk berdekatan dan saling berbisik. Jika yang melihat, mungkin keduanya seperti pasangan romantis."Mereka lengket banget ya, serasi lagi,"cetus salah satu tamu."Iya, walau pasangan Raffa seorang gadis yang menurutku baru lulus SMA," balas seorang Pria."Moga aja bisa saling menyeimbangkan."Mereka mengangguk bersamaan, ada yang setuju dengan pas
"Ini kerjaan siapa lagi, bunga sekali ditebarin di kasur," geram Amel."Udah, gak usah dipikiran. Kamu mendingan mandi gih," seru Raffa. Lelaki itu membuka jas yang ia pakai. Mata Amel membulat dia cepat-cepat mengambil handuk dan berlari ke bilik mandi."Om Duda gak tau sikon banget, udah tau ada aku. Malah buka baju segala," dumel Amel.Perempuan yang baru menjadi istri Raffa itu tengah mengelus dada. Amel menarik napas dan mengembuskannya."Ini jantung kenapa gak mau tenang sih," gerundel Amel. "Mel! Kamu kenapa lama banget," teriak Raffa.Lelaki itu mengetuk pintu kamar mandi, membuat yang di dalam terkejut. "Bentar, ini lagi baru mau mandi. Sabar dikit dong Om," balas Amel. Gadis itu akhirnya berusaha membuka sleting pakaian tetapi gak bisa. Ia mengembuskan napas kasar kesal. "Kenapa susah banget sih," geram Amel. Suara ketukan terdengar lagi, Amel yang kesal membuka pintu. Tatapan kesal dilayangkan pada Raffa. Pria itu menjadi kebingungan. "Gak sabaran banget sih, Om! Tau
"Kok kamu malah cubit aku sih, Ayang," keluh Raffa.Lelaki itu mengusap pinggangnya. Ringan sekali lengan Amel sampe tubuh Raffa selalu kena sasaran cubitan."Kesel sama Om Duda!" omel Amel. Amel mulai mencari baju tidur lagi, tetapi tak ketemu. Raffa yang melihat itu akhirnya memilih duduk di kasur memperhatikan Amel."Huh! Gak ketemu satupun. Ini semua pakaian kekurangan bahan, pasti ini ulah Shilla!" geram Amel.Gadis itu memukul lemari, napasnya memburu. Tanda ia sangat marah, Raffa yang melihat itu hanya mengulas senyum."Shilla, habis ini kamu akan Kakak kasih hadiah," batin lelaki tersebut."Hey, udahlah. Jangan diobrak-abrik lagi, kalau ini kerjaan Shilla pasti dia gak akan meninggalkan satupun pakaianmu. Mendingan pake ini aja, dari pada handuk itu nanti kamu masuk angin lagi," lontar Raffa.Amel langsung mempautkan bibirnya, ia merampas lingerie yang ada di tangan Raffa. Kala menoleh ke arah lelaki itu, netra Amel langsung membulat lalu menutup mata dengan telapak tangan."