Amel langsung melangkah pergi, tidak memperdulikan Gala yang ia dorong. Sedangkan Shilla memandang lelaki itu dan dibalas pelototan Gala. "Gak usah liatin gue! Pergi sana," usir Gala. Ia berkata dengan kasar, Shilla yang mendengar itu hanya mengedikan bahu lalu memilih tak ambil pusing. Yang penting sudah memastikan jika lelaki tersebut tidak terluka. "Ya udah, gue pergi," ujar Shilla. Gadis itu mengejar kakak iparnya yang ternyata kini tengah melahap makanan. Melihat hal tersebut, Shilla memilih dud uk menunggu Amel selesai mengisi perut. "Gila! Lo baru aja masuk udah buat cowok tergila-gila sama lo," lontar Shilla. Amel hanya melirik sekilas lalu melanjutkan melahap makanan lagi. "Malahan itu seperti musibah," balas Amel. Wanita itu mengembuskan napas, ia terlihat begitu lesu. "Gue aja yang masih gadis belum ada yang deketin, sedang lo udah jadi istri Kakak gue. Ada aja cowok yang deketin, lumayan ganteng lagi," celetuk Shilla. "Memang pesona istri orang itu silau ya," lan
Amel membulatkan mata, ia langsung mendorong Gala membuat dia terjatuh karena Gala tidak menahan lagi. "Nah kan, jatuh. Makanya jangan sok jual mahal," cecar Gala. Lelaki itu membantu Amel berdiri, ia menyodorkan tangan tetapi di tepis Amel. Perempuan tersebur tak sadar, jika sambungan telepon masih terhubungan. "Apaan sih! Gaje banget. Lo itu gak ada kerjaan apa ngikutin gue sampe sini," sinis Amel. Gala hanya mengedikan bahu, membuat Amel geram. Beruntung Shilla sudah berada di sini dan langsung berdiri di samping wanita itu begitupun seseorang yang disuruh Raffa. "Pokoknya gue bakal dapetin lo gimana pun caranya," seru Gala. Lelaki itu langsung pergi membuat Amel geram. Ia mengepalkan tangan, dan mengembuskan napas. "Gila banget sih itu orang, masih aja ngejar-ngejar gue, padahal gue udah bilang kalau udah punya laki," geram Amel. Raffa yang mendengar semua perkataan istrinya mengulas senyum dengan tangan mengepal. Lelaki itu langsung mematikan sambungan telepon takut Amel
Lelaki itu terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Dengan gemas Shilla mencubit paha pria tersebut membuat dia mengaduh. "Aww ... sakit tau, itu tangan kecil-kecil juga sakit banget kalau nyubit," seru lelaki itu."Biarin, lagian ditanya Kakak Ipar gue lo diem aja. Jawab napa!" omel Shilla.Lelaki itu hanya mendengkus, ia kesal dengan gadis yang selalu semena-mena ini. "Awas, lo itu selalu KDRT aja, pasti gak ada laki yang suka sama lo," sembur lelaki itu.Amel yang melihat pertengkaran kedua manusia ini hanya mengeryit bingung. "Kalian ini malah berantem, malu tau! Dilihatin banyak orang juga. Lagian kalian aneh, udah kaya orang saling kenal aja," cecar Amel.Shilla dan lelaki itu saling pandang. Mereka terdiam kala mendengar perkataan Amel. "Kalau kalian berantem, siapa yang mau jelasin," sembur Amel.Kini malah keduanya malah saling sikut. Membuat Amel hanya menggelengkan kepala dan memilih melahap makanan."Tuh, gara-gara lo temen gue marah," hardik Shilla.Amel melirik sekil
"Tapi gak sopan lah, Bos," seru Dimas. Amel menghela napas mendengar perkataan Dimas. Ia menatap malas lelaki itu. "Kalau diluar bicara formal apalagi di kantor laki gue, kalau cuma kita-kita aja ya gak usah lah. Gak nyaman gue," jelas Amel.Dimas mengangguk paham, mereka kini berjanji akan menjadi teman. "Gimana kakak ipar gue, baek bukan. Makanya jangan termakan sama gosip!" seru Shilla. Gadis itu sangat senang menggoda Dimas. "Udah deh, jangan mulai lagi. Mendingan kalian habisin itu makan, habis itu anterin kami pulang," ujar Amel. ***Waktu berputar begitu cepat, kini malam tiba. Jam tengah menunjuk angka sebelas. Raffa masih berkutak di meja kerjanya, ia sesekali melirik jam tangan melihat pukul berapa sekarang. "Akhh ... akhirnya selesai juga, pasti Amel menungguku," ujar Raffa. Lelaki itu lekas bangkit dari duduk dan mulai melangkah keluar. Ia berpamitan pada sekuriti dan mulai melajukan kendaraan roda empat miliknya."Tunggu aku, Sayang. Aku sangat merindukanmu," seru
Raffa terkejut mendengar teriakan sang istri, ia langsung membekam bibir wanita itu. Lalu menunduk agar wajah mereka sejajar. "Jangan teriak, nanti kalau Shilla denger pasti ke sini lho," ucap Raffa. Amel berusaha melepaskan bekaman sang suami. Tetapi masih tidak dilepaskan lelaki itu."Aku bakal lepasin kalau kamu gak teriak."Raffa memberikan syarat pada sang istri. Amel langsung mengangguk sebagai jawaban. "Mas ini, kok keluar cuma pake handuk aja sih," omel Amel. Perempuan itu menatap nyalang mata sang suami. Dengan gerakan kesal ia memukul lelaki tersebut tapi malah membuat handuk Raffa melorot."Mas!" pekik Amel. Raffa yang mendengar teriakan sang istri lagi ia langsung bergegas membelit handuk di pinggang. Dan berlari mengunci pintu kamar. Selang beberapa menit suara ketukan terdengar. Sepasang suami istri itu saling pandang. "Aku sudah bilang jangan teriak," tekan Raffa. Raffa bergegas mencari pakaian dan memakai dengan tergesa-gesa. Ia langsung membuka pintu dan menata
Kedua perempuan itu terkejut mendengar ucapan Raffa. Shilla langsung memegang bulu matanya dan berperaga seperti merapikan. "Ini lho, Ka. Kayanya ada bulu mataku yang copot deh," sahut Shilla. Sedangkan Amel, ia juga berusaha mengalihkan perhatian sang suami. "Mas, boleh ya kami ke kantormu." Amel mengedipkan mata dengan wajah memohon. Raffa terlihat menghela napas dan mengusap wajahnya."Ya udah boleh, tapi kalau kamu capek mendingan langsung pulang aja ya, kita." Amel mengangguk dengan semangat, membuat Raffa yang melihat itu mengulas senyum."Oh iya, hari ini biar aku yang jemput. Tapi nanti kalau aku sibuk, boleh ya si Dimas lagi yang jemput kamu," tutur Raffa.Amel hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia langsung mendaratkan kecupan di pipi pria itu lalu keluar dari mobil. Wanita tersebut mencari ke sekitar tidak menemukan adik iparnya.Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Karena dia kini fokus melahap makan. Setelah sarapan, mereka diantar oleh Raffa. "Makasih, Ka. S
Gala yang sebenarnya tau semua itu karena memang memerintahkan salah satu siswa kelas ini untuk memberitahu apapun apa yang dilakukan Amel. Senyuman terukir di bibir pria tersebut, lalu ia masuk ke sana dan mendekati meja Amel. "Ada apa ini? Kenapa kalian di sini?" tanya Gala. Kedua wanita itu langsung menoleh sedangkan Amel hanya cuek. Perempuan tersebut memilih duduk di kursinya. "Ini lho, Gala. Dia gigit jari aku," adu cewek itu. Amel hanya melirik perempuan itu sekilas, lalu mulai mengeluarkan buku karena melirik jam sebentar lagi masuk. "Masa sih, Amel gigit jari lo. Pasti lo aja yang cari gara-gara sama dia," balas Gala. Lelaki itu mata kini memandang Amel yang sibuk dengan dirinya sendiri. Ia mengacuhkan mereka yang berada di dekatnya."Kalau lo pengen ngadu pergi sana! Bentar lagi kelas ini mulai," usir Amel. Dua senior perempuan itu melotot ke arah Amel. Sedangkan Gala hanya menyeringai. Ia menarik baju dua cewek teman sekelasnya ini dan menarik agar ikut keluar. "Lo
Diana menelepon seseorang, lalu mengulas seringai kala selesai berbincang. Ia tersenyum miring dan melangkah keluar, bergegas menuju kelas. "Lo ngapain aja sih, lama banget," bisik sang teman. Diana hanya menoleh melirik temannya lalu cuma ngeulas senyum. Sedangkan di kantor Raffa, ia masih menyuruh asistennya untuk mencari dalang dari gosip itu. Dia menggeram kesal karena belum menemukan yang membikin reputasi Amel jelek. "Kenapa lama banget! Bisa kerjanya lebih cepat," omel Raffa. Lelaki itu menatap asistennya yang menunduk. Raffa menghela napas lalu menerintahkan dia pergi. Tak lupa menyuruh membeli bahan bangunan untuk kediamannya."Ahh ... semoga istriku gak tau tentang gosip ini," gumam Raffa pelan.Dengan cepat ia mengerjapkan pekerjaan. Agar jika sang istri sudah berada di sini, Raffa tidak terlalu sibuk. Sesekali lelaki tersebut memijat kening dan terus melirik jam."Bos," panggil Asistennya. Terlihat lelaki itu meringis membuat Raffa mengeryitkan alis. Ia memandang taj